Jose Mourinho mencoba menenangkan Son Heung-min setelah diusir wasit (Dave Shopland/BPI/REX/Daily Mail)
Analisadaily - Pelatih Tottenham Hotspur, Jose Mourinho menegaskan, Video Assitent Referee atau disingkat VAR adalah membunuh liga terbaik di dunia ketika timnya melakukan banding atas kartu merah yang diterima anak asuhnya, Son Heung-min ketika melawan Chelsea.
Pada laga yang berlangsung di Tottenham Hotspur Stadium itu Son diusir dari lapangan karena menendang bek Chelsea Antonio Rudiger saat tuan rumah kalah 2-0 di London pada Minggu pekan lalu.
Sanksi pada menit ke-62 mengikuti intervensi VAR karena reaksi Son sebagai pembalasan atas tantangan oleh Rudiger. Awalnya, wasit Anthony Taylor tidak melihat pelanggaran, namun ia disarankan asistennya, Paul Tierney, untuk melihat tayang ulang di video asisten wasit.
"Situasi dengan Son, kurasa Tuan Tierney salah. Itu panggilan yang salah. Ini adalah Inggris, Premier League, kompetisi terbaik di dunia, dengan karakteristik. Jika kita mengubahnya, kita akan membunuh liga terbaik di dunia,” tegas Mourinho.
“Paul Tierney memutuskan ya dan Anthony Taylor, secara real time, lima meter dari situasinya, memutuskan tidak kartu merah. Jadi siapa yang menjadi wasit permainan? Bukan Tuan Taylor. Itu Tuan Tierney. VAR seharusnya mendukung sepak bola, untuk membawa kebenaran ke penonton. Mereka melakukan itu dengan keputusan penalti dan mereka membunuh permainan dengan keputusan Son,” tegasnya lagi.
Dilansir dari Fox Sports, Selasa (24/12), hasil buruk itu membuat Lilywhites tertahan di posisi ketujuh, terpaut enam poin dari Chelsea, yang mengisi urutan keempat dan terakhir di zona UEFA Champions League.
Mourinho telah kehilangan tiga pertandingan sejak menggantikan Mauricio Pochettino. Dua kekalahan di Premier League dan Champions League.
“Aku tahu bagaimana memperbaikinya. Tapi untuk melakukannya 100 persen saya akan mengambil dari tim beberapa kualitas yang kami ingin menjaga. Tidak sulit untuk meletakkan semua fokus pada clean sheet, pada peningkatan organisasi defensif dan mencoba untuk membunuh kesalahan,” ujarnya.
“Tetapi dengan para pemain yang kami miliki, dan kebiasaan mereka, hal yang sulit adalah untuk memperbaikinya tanpa kehilangan kualitas yang bisa kami miliki ofensif. Jadi kita perlu waktu,” tambahnya.
(CSP)