APD Kurang, Tenaga Medis Aceh Dilematis Tangani Pasien COVID-19

APD Kurang, Tenaga Medis Aceh Dilematis Tangani Pasien COVID-19
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Aceh, Dr dr. Safrizal Rahman, M.Kes Sp.OT. (Analisadaily/Muhammad Saman)

Analisadaily.com, Banda Aceh - Kalangan tenaga medis di Provinsi Aceh saat ini berada dalam kondisi dilematis dalam upaya penanganan dan perawatan terhadap para pasien dalam pengawasan (PDP) maupun pasien yang positif terinfeksi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).

Permasalahan tersebut terjadi disebabkan kebutuhan Alat Pelindung Diri (APD) bagi para dokter maupun perawat pasien tidak tersedia dengan cukup saat menjalankan tugas medis dan perawatan.

Bahkan ada tenaga kesehatan di Aceh yang terpaksa harus menggunakan jas hujan sebagai APD, dan berbagai pelindung diri darurat lainnya yang dibuat sendiri akibat ketiadaan APD yang standar.

Kondisi yang dilematis tersebut, juga diakui oleh Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Aceh, Dr dr. Safrizal Rahman, M.Kes Sp.OT.

Menurutnya, dengan kebutuhan APD yang kurang, mengakibatkan para tenaga kesehatan yang menangani pasien terpapar COVID-19, sangat berisiko terjadinya penularan.

"Terus terang, kita dalam posisi dilematis dengan kondisi seperti ini sekarang. Jika tetap bekerja merawat pasien terpapar corona, risiko tertular sangat besar.Jika tidak mau bekerja dengan alasan kekurangan APD, kasihan masyarakat yang tentunya berharap banyak kepada tenaga medis yang berada di garda terdepan," ujar Safrizal Rahman, Sabtu (28/3).

Dengan sudah ada ditemukan empat kasus warga Aceh yang sudah positif terinfeksi COVID-19, maka saat ini Aceh sudah memasuki tahapan berperang total melawan virus tersebut, bukan lagi pencegahan.

"Ketika sudah berperang, maka para tenaga medis berada di garda terdepan, dan butuh alat medis yang lengkap serta pelindung diri yang cukup agar tidak ikut tertular virus, karena kalau tenaga medis sudah kena virus juga, nanti tak ada lagi yang akan merawat masyarakat," sebut Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) itu.

Makanya tak heran jika beberapa organisasi kesehatan di pusat sudah mengeluarkan pernyataan tidak mau lagi menangani pasien COVID-19, bila tenaga medis tidak dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri yang cukup.

Diakuinya, jumlah APD untuk tenaga medis Aceh saat belum memadai dan jauh dari cukup. Di Dinas Kesehatan Aceh hanya ada 2.000 APD, jika satu kabupaten/kota butuh 1.000 APD perbulan, maka perlu 23.000 perbulan. Karenanya, Pemerintah Aceh harus berupaya melengkapi APD ini.

Meskipun demikian, sikap IDI Wilayah Aceh dalam menyikapi kelangkaan dan kekurangan APD dengan meminta pasien mengunakan hotline telepon dalam berobat.

Sehingga kalau perlu pemeriksaan atau perawatan ke layanan kesehatan akan diarahkan ke fasilitas kesehatan atau rumah sakit yang sudah ada tersedia APD. Karena kalau datang ke tempat yang tidak punya APD, bisa tersebar duluan virusnya.

"IDI Aceh sudah mengidentifikasi nomor hotline telepon daerah. Masyarakat dapat berkonsultasi melalui WhatsApp/SMS di nomor telepon tersebut," pungkasnya.

(MHD/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi