Petani Bunga di Karo Terdampak COVID-19, Pembeli Sepi

Petani Bunga di Karo Terdampak COVID-19, Pembeli Sepi
Petani bunga di Desa Raya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sibuk Ketaren (Analisadaily/Alex Ginting)

Analisadaily.com, Berastagi – Di tengah pandemi virus corona COVID-19, bunga tidak laku lagi. Tidak ada lagi pembeli datang ke petani, sehingga bunga layu dan membusuk di kebun. Kondisi ini terjadi sejak akhir Februari 2020 dan sampai saat ini.

Petani bunga di Desa Raya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sibuk Ketaren (54) mengatakan, bunga-bunga hasil pertanian Desa Raya, satu-satunya desa penghasil bunga di Kabupaten Karo, benar-benar terpuruk.

“Beda dengan petani lainnya yang menanam beragam jenis tanaman. Produksi pertanian mereka seperti cabai, kentang, wortel, tomat, ada pembeli. Kalau bunga, dibutuhkan karena ada pesta, syukuran dan lainnya,” kata Ketaren, Rabu (15/4).

Diungkapkannya, sebelum ada COVID-19, masih ada pembeli datang membeli bunga ke Berastagi. Setiap pekan rata-rata jenis bunga terjual 30 sampai 50 ikat. Namun saat ini benar-benar tidak ada lagi pembeli.

“Arti tidak laku atau tidak ada pembeli, bukan artinya sama sekali tidak ada pembeli, ya ada. Tapi biasanya seratus orang rata-rata datang, sekarang hanya 1 sampai 5 orang membeli, sepi,” tegas Ketaren.

Biasanya bunga seperti jenis gerberaterjual 20 sampai 45 ikat dengan harga Rp 30.000 sampai Rp50.000/ikat. Bunga jenis krisan kuning terdiri dari 10 batang/ikat dapat dijual Rp 40.000 sampai Rp 60.000/ikat. Begitu juga bunga jenis krisan salju terdiri dari 5 batang/ikat terjual banyak dan mahal untuk menyambut perayaan-perayaan tertentu.

“Sumber dan andalan ekonomi petani bunga benar-benar diharapkan dari hasil penjualan bunga ini,” ujarnya.

(ALEX/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi