Trashmart, Bentuk Kepedulian Lingkungan dan Perkuat Ekonomi Rakyat

Trashmart, Bentuk Kepedulian Lingkungan dan Perkuat Ekonomi Rakyat
Dosen Prodi Statistika Unair Surabaya, M. Fariz Fadillah Mardianto (Analisadaily/Sutrisno)

Analisadaily.com, Surabaya - Pandemi COVID-19 yang terjadi di dunia membuat masyarakat selalu melakukan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Salah satu implementasi PHBS adalah menjaga lingkungan dengan memperhatikan sampah yang berserakan.

Dosen Prodi Statistika Unair Surabaya, M. Fariz Fadillah Mardianto mengatakan, sampah perkotaan merupakan salah satu masalah yang perlu mendapatkan perhatian di Indonesia. Sebab Indonesia termasuk sepuluh negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia.

“Banyaknya penduduk yang tinggal di sebuah negara berpengaruh dalam tingkat belanja dan konsumsi penduduk,” katanya, Selasa (12/5).

Dampak dari tingkat belanja dan konsumsi adalah limbah yang dihasilkan. Merujuk Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2018 Tentang Tata Kelola Sampah, sampah merupakan limbah dalam wujud padat. Pada tahun 2019, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyampaikan, produksi sampah nasional mencapai 175.000 ton per hari. Rata-rata satu orang penduduk Indonesia menyumbang sampah sebanyak 0,7 kg per hari.

“Jika dikalkulasi dalam skala tahunan, Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 64 juta ton,” ujarnya.

Disebutkan Fariz, kota metropolitan dan kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya, adalah kontributor penyumbang sampah terbesar. Berdasarkan hasil studi dari KLHK, tata kelola sempah di Indonesia sebagian besar diangkut dan ditimbun di Tempat Pembuangan Akhir atau TPA (69% persen).

Di Indonesia, jenis sampah yang paling banyak dihasilkan adalah sampah organik yang berasal dari sisa makanan dan tumbuhan, kemudian plastik dan kertas. Komposisi sampah khusus plastik di Indonesia saat ini sekitar 15 persen dari total timbunan sampah, terutama di daerah perkotaan.

Salah satu program pengurangan sampah adalah melalui adanya program bank sampah. Program Bank Sampah merupakan penerapan dari 3R (Reuse, Reduce, Recycle) yang dilakukan untuk mengurangi polusi akibat sampah.

Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 13 Tahun 2012, bank sampah adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang dan diguna ulang yang memiliki nilai ekonomi.

Di Indonesia terjadi tren pertumbuhan bank sampah yang positif. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada tahun 2018 terjadi pertumbuhan bank sampah 5 kali lipat lebih banyak dibandingkan tahun 2014. Pada tahun 2018, jumlah bank sampah di Indonesia 7.488 unit, sedangkan tahun 2014 terdapat 1.172-unit bank sampah.

KLHK menyatakan, bank sampah berkontribusi terhadap pengurangan sampah nasional sebesar 1,7 persen, atau setara dengan 1,4 juta ton sampah per tahun. Di kota besar seperti Malang dan Surabaya, bank sampah merupakan tempat yang digunakan untuk mengumpulkan sampah yang telah dikelompokkan dan tempat yang menghasilkan profit bagi yang dapat menemukan peluang dalam usaha sampah.

Terkait hal itu, Fariz menggagas konsep Trashmart, yang merupakan suatu inovasi sistem bank sampah yang memadukan sistem bank sampah yang telah dikembangkan, khususnya di Kota Surabaya dan Kota Malang. Tidak sendiri, sistem ini digagas Fariz bersama dengan tim mahasiswa, yaitu Idrus Syahzaqi, Siti Amelia Dewi Safitri, dan Ellestya Exa, dari Prodi Statistika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya.

Konsep Trashmart telah didiskusikan dari kajian teknik lingkungan dengan Nurina Fitriani, dosen Prodi Teknik Lingkungan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya, serta kajian ekonomi dengan Lina Nugraha Rani, dosen Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga.

Trashmart telah diseminarkan dalam International Conference on Sustainable Environmental Development and Economic Growth (ISEDEG). Trashmart adalah suatu sistem reduksi sampah berbasis transaksi dan daur ulang untuk mengatasi permasalahan lingkungan dan memperkuat ekonomi masyaraka.

Penilaian masyarakat terhadap poin inovatif Trashmart mendapatkan nilai 85persen. Hal ini dapat menggambarkan bahwa persepsi masyarakat terhadap ide Trashmart adalah inovasi baru yang masih belum dikembangkan. Kemudian penilaian masyarakat terhadap keyakinan untuk kemampuan Trashmart dalam mengatasi permasalahan sampah di kota besar, mendapatkan nilai 90,6 persen.

“Menurut pandangan responden, Trashmart mampu dalam memberikan solusi dalam permasalahan sampah di kota besar. Dari semua kriteria yang diujikan, terdapat kesimpulan bahwa persepsi masyarakat terhadap Trashmart menunjukkan respon positif,” sebut Fariz.

Dengan demikian, ide Trashmart yang berisikan pengenalan kondisi lingkungan serta pemanfaatan sampah diharapkan mampu mengurangi jumlah tumpukan sampah yang berada di TPA. Lingkungan bersih dari sampah menimbulkan banyak dampak positif, sehingga mengurangi bencana dan masalah kesehatan.

“Pada akhirnya konsep ini juga berimbas pada ekonomi mikro khususnya di lingkungan kecil untuk lebih berinovasi menciptakan karya baru di tengah pandemi, apalagi jika ada pemerintah daerah yang memberikan dukungan edukasi, sarana, dan sosialisasi di masyarakat,” sebutnya.

(TRY/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi