Ilmuwan: Tetap Pakai Masker, Cuci Tangan dan Jaga Jarak

Ilmuwan: Tetap Pakai Masker, Cuci Tangan dan Jaga Jarak
Petugas kesehatan di Turki mengenakan alat pelindung diri. (The Guardian/Orhan Cicek/Anadolu Agency/Getty Images)

Analisadaily.com, Amerika Serikat - Seorang ilmuwan terkenal dari Amerika Serikat, William Haseltine mengatakan, orang tidak boleh mengandalkan vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan dalam waktu dekat.

Karena, infeksi virus Corona secara global melewati angka 5 juta setelah melonjak di Amerika Latin, termasuk Brasil, yang telah mencatat hampir 20.000 kasus baru.

Haseltine, yang juga periset kanker, HIV/AIDS dan peneliti proyek genom manusia, menyatampaikan, pendekatan terbaik untuk pandemi ini adalah mengelola penyakit melalui penelusuran infeksi dan langkah isolasi yang ketat setiap kali menyebar.

Menurut dia mengatakan, sementara vaksin dapat dikembangkan, tetapi ia mengaku tidak akan mengandalkan itu. Namun Heseltine, menyarankan kepada orang-orang untuk memakai masker.

“Saya tidak akan mengandalkan itu. Tapi saya mendesak orang untuk mengenakan masker, mencuci tangan, membersihkan permukaan dan menjaga jarak,” saran Heseltine dilansir dari The Guardian, Kamis (21/5).

Saat ini, Unit Penelitian Obat Tropis Mahidol Oxford yang berpusat di Bangkok, yang didukung Universitas Oxford dan badan amal Wellcome, akan melakukan uji klinis, dengan lebih dari 40.000 orang, termasuk petugas kesehatan Inggris, untuk menilai obat anti-malaria terkait dengan Covid-19.

Dokter telah memperingatkan, penggunaan obat-obatan untuk Coronavirus bisa berbahaya dan memiliki efek samping yang sangat serius.

Masih kata dia, vaksin yang dikembangkan sebelumnya untuk jenis Coronavirus lain gagal melindungi selaput lendir di hidung tempat virus biasanya memasuki tubuh.

Amerika Serikat dan negara-negara lain belum melakukan cukup banyak hal untuk 'mengisolasi secara paksa, orang yang terpapar virus tersebut, tetapi dia memuji upaya China, Korea Selatan dan Taiwan untuk mengekang infeksi.

Haseltine mengatakan AS, Rusia dan Brasil, yang menempati urutan pertama, kedua dan ketiga untuk infeksi , telah melakukan yang terburuk.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi