Yayasan dan Rektor ITM: Kepentingan Mahasiswa Perhatian Utama

Yayasan dan Rektor ITM: Kepentingan Mahasiswa Perhatian Utama
Keterangan pers (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan – Unjuk rasa mahasiswa ITM sudah berlangsung selama sepekan. Hal ini menimbulkan keprihatinan Pembina Yayasan Pendidikan dan Sosial Dwiwarna dan jajaran Rektor ITM, yaitu Mahrizal Masri, selaku Pembina Yayasan, Mahyuzar Masri, Sekretaris Pengurus Yayasan, Rektor ITM, Kuswandi, dan Wakil Rektor I Bidang Akademik.

Menurut Mahrizal, unjuk rasa mahasiswa ITM merupakan hal yang wajar, karena mereka menuntut hak untuk mendapatkan layanan akademik yang bermutu. Selama ini, layanan tersebut memang belum memadai, karena adanya konflik internal di dalam Badan Penyelanggara ITM.

Secara terbuka Mahrizal mengungkapkan upaya menyelesaikan konflik internal teramat sulit diwujudkan, karena Rapat Pembina Yayasan yang digagasnya tidak pernah digubris oleh Cemerlang, yang juga merupakan Pembina Yayasan.

“Sudah enam kali saya mengundang beliau untuk hadir pada Rapat Pembina, tetapi tidak pernah ditanggapi. Upaya mediasi yang dilakukan oleh Kepala LLDIKTI Wilayah I pun tidak beliau hadiri, sehingga harus diagendakan kembali,” ungkap Mahrizal, dalam keterangan resmi diperoleh Analisadaily.com, Rabu (15/7).

“Saya juga sudah menerima surat permintaan dari para dosen dan pegawai agar kami dapat segera bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah kami. Saya juga sudah menerima undangan dari Badan Eksekutif Mahasiswa ITM untuk berdialog bersama dengan Cemerlang. Saya menyatakan kesediaan atas ide-ide mereka tentang bagaimana masalah harus diselesaikan, termasuk secara hukum jika cara itu tidak dapat dihindari. Saya tidak mau konflik internal Yayasan berdampak merugikan bagi sivitas akademika ITM, terutama mahasiswa,” tegas Mahrizal.

Pengurus Yayasan, Mahyuzar Masri menyatakan, para mahasiswa memang sering berunjukrasa, dan itu menunjukkan mereka mampu berpikir kritis dan peka pada persoalan kampusnya. Jika ada insiden kecil yang berakibat pada rusaknya sedikit sarana kampus, selalu bisa diatasi dengan baik.

“Mereka masih muda, dan mereka adalah anak-anak kami. Karena itu jika ada insiden kecil tak patut melaporkan mereka ke polisi seperti ancaman oknum-oknum tertentu,”ujarnya.

Mahyuzar juga menyatakan, oknum-oknum tersebut juga menuduh Ketua Senat ITM sebagai operator demonstrasi mahasiswa. Padahal, para mahasiswa pengunjuk rasa sudah mengatakan tuduhan itu tidak benar.

“Tuduhan keji itu sungguh keterlaluan dan menunjukkan mereka memang benar-benar tidak paham bagaimana menyelenggarakan dan mengelola perguruan tinggi,” ungkap Mahyuzar.

Disebutkan, senat adalah lembaga normatif yang berfungsi mengawasi pelaksanaan tridharma perguruan tinggi di ITM. “Anggota senat adalah perwakilan dosen terpilih dengan reputasi akademis dan punya integritas,” sebut Mahyuzar.

Rektor ITM, Kuswandi menyebutkan, selama unjuk rasa berlangsung, meski pun kampus diblokir mahasiswa dengan cara menutup pintu gerbang masuk, tetapi proses akademik masih bisa diselenggarakan secara daring oleh para dosen. Sehubungan dengan tuntutan mahasiswa agar uang kuliah diturunkan, Kuswandi menyatakan dirinya sudah mendiksusikannya dengan Pembina dan Pengurus Yayasan.

“Bersama, kami menyetujuinya dan tinggal menghitung secara cermat besaran penurunan serta mengatur teknis pelaksanaannya dengan tepat,” kata Kuswandi.

“Kami mengutamakan kepentingan mahasiswa di tengah konflik internal Badan Penyelenggara dan sangat memaklumi kesulitan para mahasiswa dan orang tua mereka pada situasi pandemi Covid-19 ini,” sambungnya.

Terkait dengan keberlangsungan proses akademik, Suwarno, selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik juga mengatakan, ujian akhir semester (UAS) dapat diselenggarakan dengan lancar meski terdapat beberapa kesulitan teknis.

“Praktikum, seminar penelitian, mau pun sidang skripsi tetap dapat kita lakukan dengan mengikuti protokol kesehatan,” pungkasnya.

(RZD)

Baca Juga

Rekomendasi