Positif Covid-19, Aksi Donald Trump Temui Pendukungnya Menuai Kritik

Positif Covid-19, Aksi Donald Trump Temui Pendukungnya Menuai Kritik
Donald Trump menemui pendukungnya yang turun ke jalan (AFP)

Analisadaily.com, Washington - Meski sedang menjalani perawatan di rumah sakit akibat terinfeksi virus corona (Covid-19), Donald Trump justru menyapa pendukungnya yang turun ke jalan, Minggu (4/10).

Walau Trump hanya melambaikan tangan dari dalam mobil, namun tindakannya itu menuai kritik dari sebagian kalangan. Bahkan ada yang menyebut itu sebagai aksi politik berbahaya.

Dalam sebuah video yang beredar, tampak Donald Trump mengenakan masker hitam dan duduk di kursi belakang bersama dua pria yang juga bermasker di kursi depan.

"Presiden Trump melakukan perjalanan iring-iringan singkat pada menit-menit terakhir untuk melambai ke pendukungnya di luar dan sekarang telah kembali ke Presidential Suite di dalam Walter Reed," kata juru bicara Gedung Putih, Judd Deere, dilansir dari Al Jazeera, Senin (5/10).

"Tindakan yang tepat" sambungnya.

Seperti diketahui, Presiden Amerika Serikat itu harus menjalani perawatan di Walter Reed, sebuah rumah sakit militer dekat Washington, DC sejak Jumat (3/10), tak lama setelah dinyatakan positif Covid-19.

Tim dokter mengatakan, Trump telah diberi oksigen serta mendapat perawatan eksperimental yang biasanya digunakan untuk orang-orang dengan kasus penyakit parah, termasuk steroid deksametason.

Saat dirawat, ia sempat mengunggah video dan foto tentang pengalamannya di rumah sakit ke akun Twitter-nya.

"Kami akan memberikan sedikit kejutan kepada beberapa patriot hebat yang kami miliki di jalan," kata Trump dalam video terbarunya.

Dr. James Phillips, asisten profesor kedokteran darurat di Universitas George Washington, termasuk di antara mereka yang mengkritik tindakan Trump menemui pendukungnya. Menurutnya itu adalah "teater politik".

"Setiap orang di dalam kendaraan selama perjalanan Presiden yang sama sekali tidak perlu itu harus dikarantina selama 14 hari," tulis Phillips di Twitter.

"Mereka mungkin sakit. Mereka mungkin mati."

Sudah menjadi keharusan bahwa orang yang positif Covid-19 wajib dikarantina selama 14 hari untuk menghindari penularan terhadap orang lain.

"Di luar implikasi etika, klinis, epidemiologi dan kesehatan, ini menampilkan obsesi yang mengerikan karena menunjukkan kepada publik bahwa dia masih memegang kendali, menciptakan rasa normal yang salah dan mencoba menormalkan virus yang sangat mudah menular," kata Dr. Syra Madad, direktur senior Patogen Khusus di Rumah Sakit NYC Health +.

(EAL)

Baca Juga

Rekomendasi