Harimau Muncul di Desa Jaranguda, Masyarakat dan Pendaki Diimbau Waspada

Harimau Muncul di Desa Jaranguda, Masyarakat dan Pendaki Diimbau Waspada
Ilustrasi (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Karo - Warga yang kerap memiliki aktivitas di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) maupun di jalur pendakian Gunung Sibayak agar waspada. Beberapa laporan menyebutkan pertemuan warga dengan Harimau Sumatra (Panthera Tigris Sumatrae) dalam beberapa bulan terakhir.

Laporan ini tertuang dalam surat yang dilayangkan oleh pihak Dinas Kehutanan UPT Pengelolaan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Pemprov Sumut kepada pihak Balai Besar KSDA Sumatera Utara (Sumut) per tanggal 8 Oktober 2020.

Dalam surat yang ditandatangani oleh Kepala UPT Ramlan Barus tersebut dijelaskan, pihaknya telah menerima laporan dari warga yang mengaku berjumpa dengan Harimau Sumatera.

Laporan tersebut mereka terima pada 29 Agustus 2020 lalu dari seorang petugas pemungut retribusi pendakian Gunung Sibayak yang melihat binatang buas tersebut di sekitar jalan menuju pos pendakian Gunung Sibayak.

Laporan lainnya yakni tanggal 30 Agustus 2020 oleh warga yang biasa disebut Pak Sembiring, yang melihat Harimau Sumatera di kawasan Gunung Sibayak. Kemudian laporan pada 30 September 2020 dari warga yang sedang mengendarai mobil menuju pos pendakian Gunung Sibayak yang juga bertemu dengan Harimau Sumatera.

Soal kemunculan harimau ini langsung ditindaklanjuti oleh UPT Tahura Bukit Barisan. Mereka langsung berkoordinasi dengan BBKSDA Sumut. Harimau itu terlihat di kawasan hutan yang masih masuk ke dalam wilayah Desa Jaranguda. Tepatnya di seputaran jalur wisata dari desa itu.

"Itu di hutan. Bukan di pemukiman. Masuk kawasan Desa Jaranguda. Sebelum ke gunung. Sebelum pos pendakian. Masih di jalur wisata yang membelah Hutan Tahura," kata Kepala UPT Tahura Bukit Barisan, Ramlan Barus, melalui stafnya, Ashido ASM Munthe, Rabu (14/10).

Menurut Ashido, lokasi itu memang termasuk jalur habitat harimau. Sehingga tidak heran harimau muncul di sana. Namun, untuk menindaklanjuti hal tersebut, pihaknya juga sudah memasang camera trap untuk memantau pergerakan harimau.

"Interval kemunculannya cukup lama. Selama Oktober belum ada," ucapnya.

Ashido mengungkapkan bahwa warga sekitar memang sudah sering melihat harimau sejak lama. Cerita itu dia dapat dari penuturan para orang tua di kampung. Namun harimau tidak pernah mengganggu. Karena masyarakat juga menghormati keberadaan harimau di sana. Harimau juga tidak pernah mengganggu.

"Asalkan kita tidak boleh takabur. Namanya juga di hutan. Intinya kalau kata-kata orang tua, kalau ketemu manusia dia masih elakan kecuali dia sakit butuh pertolongan. Jadi kemungkinan kalau gak sakit, lagi hamil," ungkapnya.

Sejak kemunculan itu, pihaknya rutin melakukan patroli. Khususnya pada malam hari. Petugas juga sering menghidupkan petasan untuk mengusir harimau kembali ke dalam hutan.

"Supaya dia menjauh. Kita mencoba meminimalisir konflik," jelas Ashido.

Sampai saat ini, jalur pendakian juga tidak ditutup. Pihaknya masih mengamati perkembangan. Saat ini sudah tiga camera trap yang terpasang. Nantinya akan ditambah jika situasi semakin berkembang.

"Untuk para pendaki kita ingatkan tetap waspada. Selalu kita ingatkan dan kita tetap melakukan patroli. Mudah-mudahan, harimau itu semakin masuk ke tengah hutan," tandas Ashido.

(JW/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi