SJ182 Kemungkinan Pecah Saat Menabrak Perairan

SJ182 Kemungkinan Pecah Saat Menabrak Perairan
Penyelam Angkatan Laut Indonesia mengeluarkan sebagian pesawat dari air selama operasi pencarian pada 10 Januari 2021, untuk jet penumpang Sriwijaya Air yang jatuh ke laut dekat Jakarta, Indonesia. (AP/Achmad Ibrahim)

Analisadaily.com, Jakarta - Penyidik ??di Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengatakan pesawat Sriwijaya Air yang jatuh di Laut Jawa dengan 62 orang di dalamnya pada akhir pekan kemungkinan pecah saat menabrak perairan berdasarkan puing-puing yang ditemukan.

"Kami tidak tahu pasti, tapi jika kami melihat puing-puingnya, mereka tersebar di daerah yang tidak terlalu luas," kata Kepala Sub Komite Investigasi KNKT, Nurcahyo Utomo kepada Reuters, Senin (11/1).

“Kemungkinan pecah ketika menghantam perairan karena jika meledak di udara, puing-puing akan tersebar lebih luas,” tambahnya dilansir dari Channel News Asia.

Boeing 737-500 sedang dalam penerbangan domestik ke Pontianak di Kalimantan Barat pada hari Sabtu sebelum menghilang dari layar radar empat menit setelah lepas landas. Belum ada petunjuk apa yang menyebabkan kecelakaan itu.

Kepala KNKT, Soerjanto Tjahjono mengatakan, lokasi dua kotak hitam Penerbangan SJ182 telah diidentifikasi.

"Mudah-mudahan bisa segera kami ambil," kata Panglima TNI Hadi Tjahjanto, tanpa memberikan perkiraan jangka waktu yang ditentukan.

"Potongan-potongan reruntuhan dibawa ke pelabuhan Jakarta oleh tim penyelamat, termasuk radar altimeter pesawat, saluran darurat dan bagian yang diduga terlepas dari bagian bawah ekor pesawat," kata Nurcahyo.

Pesawat Sriwijaya Air adalah Boeing 737-500 yang berusia hampir 27 tahun, jauh lebih tua dari model Boeing 737 MAX yang bermasalah. Model 737 yang lebih lama banyak diterbangkan dan tidak memiliki sistem pencegahan kios yang terlibat dalam krisis keamanan MAX.

"Kami menghubungi pelanggan maskapai kami dan siap mendukung mereka selama masa sulit ini," kata Boeing dalam sebuah pernyataan.

"Pikiran kami tertuju pada kru, penumpang, dan keluarga mereka," sambungnya.

Didirikan pada tahun 2003, grup Sriwijaya Air yang berbasis di Jakarta terbang sebagian besar di dalam kepulauan Indonesia yang luas. Maskapai hemat ini memiliki catatan keselamatan yang solid, dengan tidak ada korban dalam empat insiden yang tercatat di database Jaringan Keselamatan Penerbangan.

Pada tahun 2007, Uni Eropa melarang semua maskapai penerbangan Indonesia menyusul serangkaian kecelakaan dan laporan tentang penurunan pengawasan dan pemeliharaan sejak deregulasi pada akhir 1990-an. Pembatasan tersebut sepenuhnya dicabut pada tahun 2018.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi