Destinasi Kaliangkrik Magelang Tak Kalah Indah dari Himalaya

Destinasi Kaliangkrik Magelang Tak Kalah Indah dari Himalaya
Eksotisme destinasi wisata Kaliangkrik Magelang (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Magelang - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, menyebut keindahan destinasi wisata di Dusun Butuh, Kaliangkrik, Magelang, Jawa Tengah, tak kalah indah dari Pegunungan Himalaya.

Dusun Butuh memiliki kontur dan letak pemukiman warga bertumpuk di lereng gunung dengan topografi yang tidak rata, nyaris mirip dengan wilayah yang ada di Pegunungan Himalaya, Nepal. Alhasil ada ungkapan yang menyebut daerah ini sebagai Nepal Van Java.

Sandiaga Uno dalam kunjungan kerjanya ke Dusun Butuh mengaku, keputusannya untuk menginap di dusun yang berada di bawah kaki Gunung Sumbing itu terbilang mendadak.

Dirinya yang semula dijadwalkan menginap di Kota Magelang berkeinginan untuk menginap di desa wisata yang menjadi destinasi penyangga Candi Borobudur yang masuk dalam salah satu dari 5 Destinasi Super Prioritas (DSP).

"Jadi kemarin saya diarahkan untuk menginap di Kota Magelang. Namun saya punya janji untuk menginap di desa wisata. Begitu bangun pagi saya nggak nyesel menginap di sini karena pemandangannya epik yang kita rasakan ini adalah suasana yang majestic suasana yang sangat eksotis. Dan ini menjadi pengalaman pertama dalam hidup saya menginap di desa wisata," kata Sandiaga, Sabtu (3/4).

Sandiaga Uno juga mengapresiasi masyarakat di Dusun Butuh yang memberikan pelayanan atau hospitalit dengan baik kepada wisatawan yang datang. Kemenparekraf akan mendorong pengembangan tidak hanya SDM, namun atraksi, aksesibilitas, dan amenitas serta permodalan bagi pelaku usaha di Kaliangkring.

Sandiaga mengatakan pihaknya akan hadir dan untuk melakukan pendampingan serta sharing ilmu agar SDM di Dusun Butuh semakin unggul dan kompetitif. Kedua dari sisi pemasaran, Nepal Van Java ini sudah memiliki branding yang kuat namun, hal itu harus didukung juga dari sisi atraksi, aksesibilitas, dan amenitas. Sehingga jangan sampai, wisatawan yang datang kemudian melihat, lalu foto-foto dan pulang, sehingga multiplier effect bagi masyarakat kurang terasa.

"Dari segi infrastruktur jalan di sini perlu diperbaiki, drainase diperbaharui sehingga perekonomian di desa ini bergerak. Kemudian dari sisi atraksi perlu dikembangkan lagi berbasis nature and culture, pemandangan luar biasa. Ketiga amenitas, Griya Butuh sebagai salah satu contoh baik dan perlu diikuti homestay-homestay lainnya untuk perlu ditingkatkan," sebutnya.

Kemudian, lanjut Sandiaga, destinasi tersebut dipromosikan, baik di own media atau paid media. Terakhir terkait permodalan, para pelaku usaha diberikan kemudahan untuk bisa mendapat akses permodalan yang efisien dengan suku bunga terjangkau, dari situ diharapkan terwujud pariwisata yang memberikan manfaat bagi masyarakat.

Menparekraf mengatakan, pandemi ini membuat tren berwisata berubah. Segmentasi pariwisata ke depan yang disebutkan akan lebih personalize, customize, localize dan smaller in size.

"Pandemi ini membawa kita melakukan transformasi, tren pariwisata bergerak, yang dulunya berbondong-bondong dan massal, kini pendekatannya lebih alam terbuka dan pariwisata berbasis nature and culture dan perlu dikembangkan sebagai pariwisata yang berkelanjutan. Hal itu sesuai Sesuai RPJMN 2020-2024, Kemenparekraf/Baparekraf menargetkan sebanyak 244 desa wisata tersertifikasi menjadi desa wisata mandiri hingga 2024," ujarnya.

Terakhir, terkait larangan mudik tahun ini yang membatasi ruang gerak masyarakat, Menparekraf Sandiaga mengingatkan kepada seluruh pihak khususnya aparat penegak hukum untuk mengawasi penerapan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin.

"Walau begitu, lewat skema penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berskala mikro, masyarakat lokal tetap dapat plesiran. Objek wisata lokal pun tetap dibuka guna mendorong pemulihan sektor parekraf dengan penerapan protokol yang ketat dan disiplin," tukasnya.

(TRY/EAL)

Baca Juga

Rekomendasi