Perkuat Militer Myanmar, Junta Berterima Kasih Pada Rusia

Perkuat Militer Myanmar, Junta Berterima Kasih Pada Rusia
Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu dan Panglima Tertinggi Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing berjalan melewati pengawal kehormatan sebelum pembicaraan mereka di Moskow, Rusia 22 Juni 2021. (Vadim Savitskiy/Kementerian Pertahanan Rusia Federasi/Handout melalui Reuters)

Analisadaily.com, Yangon - Kepala junta Myanmar, Min Aung Hlaing, berterima kasih kepada Rusia, pemasok senjata utama, karena memperkuat tentara yang merebut kekuasaan dalam kudeta awal tahun ini.

Rusia mendukung sekutunya dan memperingatkan Barat agar tidak memberikan sanksi kepada junta.

“Berkat Rusia, tentara kami telah menjadi salah satu yang terkuat di kawasan ini,” kantor berita Rusia TASS mengutip pernyataan Min Aung Hlaing kepada Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu selama pertemuan di Moskow.

"Persahabatan antara Rusia dan Myanmar menjadi semakin kuat," kata pemimpin junta itu, menurut komentarnya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia.

Menurut Shoigu, Myanmar adalah mitra strategis yang telah teruji waktu dan sekutu yang dapat diandalkan. Kerja sama militer adalah “komponen penting” dari hubungan Rusia-Myanmar. Kami berkomitmen untuk terus melakukan upaya untuk memperkuat hubungan bilateral," kata dia dilansir dari Channel News Asia, Rabu (23/6).

Min Aung Hlaing berada di Moskow untuk menghadiri konferensi keamanan internasional tiga hari yang dimulai Selasa dan mempertemukan para pejabat pertahanan dari seluruh dunia. Ini adalah perjalanan kedua pemimpin junta ke luar negeri sejak ia merebut kekuasaan.

Ia bertemu Kepala Dewan Keamanan Rusia, Nikolai Patrushev, dengan keduanya sepakat untuk meningkatkan hubungan antara kedua negara mereka.

"Min Aung Hlaing kemudian bertemu dengan kepala pengekspor senjata negara Rosoboronexport, Alexander Mikheyev, untuk membahas "potensi kerjasama teknis militer," kata seorang juru bicara junta.

Sebuah kelompok pemantau lokal mengatakan, sejak Februari tindakan brutal junta terhadap perbedaan pendapat telah menewaskan sedikitnya 870 warga sipil.

Meskipun Kremlin mengatakan "prihatin" dengan korban sipil, Moskow telah berusaha untuk mengembangkan hubungan dengan junta. Pada bulan Maret, seorang wakil menteri pertahanan Rusia bergabung dengan parade tahunan yang menampilkan kekuatan militer Myanmar, termasuk jet, tank, dan helikopter buatan Rusia.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi