Gerbang Bandara Kabul Dibom, 60 Orang Dilaporkan Tewas

Gerbang Bandara Kabul Dibom, 60 Orang Dilaporkan Tewas
Asap mengepul dari ledakan di luar bandara di Kabul, Afghanistan pada 26 Agustus 2021. Ledakan itu terjadi di luar bandara Kabul, tempat ribuan orang mencoba melarikan diri dari pengambilalihan Afghanistan oleh Taliban. (AP/Wali Sabawoon)

Analisadaily.com Kabul - Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) menyerang gerbang bandara Kabul dengan bom bunuh diri pada Kamis (26/8), menewaskan warga sipil dan sedikitnya 13 tentara Amerika Serikat.

Pejabat kesehatan Kabul dikutip mengatakan 60 warga sipil tewas. Video yang diambil oleh wartawan Afghanistan menunjukkan puluhan mayat berserakan di sekitar kanal di tepi bandara. Setidaknya dua ledakan mengguncang daerah itu.

ISIS mengatakan, salah satu pelaku bom bunuh diri menargetkan penerjemah dan kolaborator dengan tentara Amerika. Para pejabat AS juga menyalahkan kelompok itu.

Korban Amerika, yang meningkat menjadi 13 dari 12 kemudian pada Kamis menurut pejabat AS, diyakini sebagai tentara AS paling tewas di Afghanistan dalam satu insiden sejak 30 personel tewas ketika sebuah helikopter ditembak jatuh pada Agustus 2011.

Serangan itu dilakukan saat pasukan AS berlomba untuk menyelesaikan penarikan mereka dari Afghanistan, setelah Presiden Joe Biden mengatakan Amerika Serikat telah lama mencapai alasan aslinya untuk menyerang negara itu pada tahun 2001 untuk membasmi gerilyawan Al Qaeda dan mencegah terulangnya serangan itu. Serangan 11 September di Amerika Serikat.

Biden bersumpah untuk mengejar para pelaku pemboman hari Kamis dan mengatakan dia telah memerintahkan Pentagon untuk merencanakan bagaimana menyerang ISIS-K, afiliasi ISIS yang mengaku bertanggung jawab.

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengatakan, pasukan sekutu harus terus mengevakuasi sebanyak mungkin orang yang rentan dari Kabul meskipun apa yang dia sebut sebagai "serangan teroris yang mengerikan".

"Prioritas kami tetap mengevakuasi sebanyak mungkin orang ke tempat yang aman secepat mungkin," cuitnya di Twitter dilansir dari Channel News Asia, Jumat (27/8).

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres, mengutuk pemboman itu sebagai "serangan teroris" dan mengadakan pertemuan anggota tetap Dewan Keamanan untuk membahas situasi kacau di Afghanistan.

"Insiden ini menggarisbawahi ketidakstabilan situasi di lapangan di Afghanistan, tetapi juga memperkuat tekad karena kami terus memberikan bantuan mendesak di seluruh negeri untuk mendukung rakyat Afghanistan," kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric kepada wartawan.

Mayat tergeletak di kanal di dekat pagar bandara, video dari tempat kejadian menunjukkan, beberapa orang ditangkap dan diletakkan di tumpukan sementara warga sipil yang meratap mencari orang yang mereka cintai.

"Untuk sesaat saya pikir gendang telinga saya pecah dan saya kehilangan indra pendengaran. Saya melihat tubuh dan bagian tubuh terbang di udara seperti angin puting beliung meniup kantong plastik. Saya melihat tubuh, bagian tubuh, orang tua dan pria, wanita dan anak-anak yang terluka, tercerai-berai. Air kecil yang mengalir di saluran pembuangan itu telah berubah menjadi darah," kata seorang warga Afghanistan yang berusaha mencapai bandara.

Kematian AS adalah yang pertama di Afghanistan dalam 18 bulan, sebuah fakta yang kemungkinan akan dikutip oleh para kritikus yang menuduh Biden secara sembrono meninggalkan status quo yang stabil dan diperoleh dengan susah payah dengan memerintahkan penarikan tiba-tiba.

Kepala Komando Pusat AS, Jenderal Frank McKenzie mengatakan, Amerika Serikat akan melanjutkan evakuasi, mencatat bahwa masih ada sekitar 1.000 warga AS di Afghanistan.

Tetapi beberapa negara Barat mengatakan pengangkutan udara massal warga sipil akan segera berakhir, kemungkinan tidak akan meninggalkan jalan keluar bagi puluhan ribu warga Afghanistan yang bekerja untuk Barat selama dua dekade perang.

McKenzie menambahkan, para komandan AS bersiap menghadapi lebih banyak serangan oleh ISIS, termasuk kemungkinan roket atau bom kendaraan yang menargetkan bandara.

"Kami melakukan segala yang kami bisa untuk bersiap-siap," katanya.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi