Kader HMI Fadda: Pergerakan Mahasiswa di Masa Pandemi Tak Boleh Mati

Kader HMI Fadda: Pergerakan Mahasiswa di Masa Pandemi Tak Boleh Mati
Flyer Fadda yang berniat maju sebagai calon Ketua Badko HMI Sumut. (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Fadda Helmi Attamry Lubis menegaskan bahwa pergerakan mahasiswa di masa pandemi tidak boleh mati. Para kaum intelektual harus mampu beradaptasi, agar daya kritis terhadap aneka kebijakan yang merugikan rakyat tetap menyala.

Pergerakan mahasiswa saat pandemi memang tidaklah mudah seperti biasanya. Bukan hanya melawan ketidakadilan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, bahkan melawan penyakit yang tidak terlihat wujudnya.

"Mahasiswa sebagai agent of change dan agent of social control bertugas untuk membawa perbaikan dalam tatanan masyarakat luas demi mendapatkan keadilan makmur yang diridhai Allah SWT, sudah seharusnya siap berjuang dalam keadaan apapun," ujar Fadda.

Kader HMI Medan yang berniat maju sebagai Ketua Badko HMI Sumut ini menjelaskan, meski kondisi ini membawa gerakan mahasiswa ikut terkena dampak Covid-19, tetapi tidak lah pula mahasiswa sebagai kaum terpelajar 'menutup mata' dari kebijakan-kebijakan yang tidak memihak rakyat.

Pola dan metode pergerakan yang sebelumnya tidak terfikirkan di saat-saat tertentu seperti pandemi hari ini, harus disiasati penerapannya.

"Aksi massa, panggung rakyat, dan wadah-wadah kritik lainnya mesti tersalurkan. Meski saat pandemi, sudut-sudut kritik tidak boleh mati," ujar Fadda yang telah menempuh jenjang pengkaderan LK III ini.

Ia menegaskan, regulasi tentang pola adaptasi baru yang didukung dengan pelaksanaan protokol kesehatan (prokes) ketat, mesti disesuaikan dengan metode pergerakan mahasiswa.

"Lagipun, sudut-sudut kritis sejatinya memang sudah mendapatkan wadah kemana harus disampaikan, dan melalui apa kritikan itu disalurkan. Hanya saja, pandemi diharapkan tidak menjadi hambatan," imbuhnya.

Forum-forum online, tulisan-tulisan 'pedas', dan platfrom digital bisa menjadi solusi terkait bagaimana metode kritik itu disampaikan. Jadi, pergerakan kritis itu tidak hanya terfokus di ruang nyata, tapi juga di ruang maya, ujar mantan Ketua Komisariat FIB USU ini.

"Sejatinya perjuangan mahasiswa itu ada dalam pergerakannya sendiri bukan dipaksa oleh keadaan tertentu, bahkan diancam. Namun, kesadaran yang tinggi untuk memperbaiki keadaan," tegasnya.

Karena, jika pergerakan mahasiswa yang dilandasi sikap kritis itu 'terlelap' dalam masa pandemi Covid-19 ini, sudah bisa dipastikan bahwa matinya cita-cita menuju kesejahteraan itu adalah sebuah keniscayaan, tutupnya.

(BR)

Baca Juga

Rekomendasi