Budi Agustono Dikukuhkan Sebagai Guru Besar Tetap USU Bidang Humaniora

Budi Agustono Dikukuhkan Sebagai Guru Besar Tetap USU Bidang Humaniora
Prof. Dr. Drs. Budi Agustono, M.S., saat menyampaikan Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap USU Bidang Humaniora di Gedung Auditorium USU, Kamis (11/11). (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Budi Agustono, akademisi, peneliti, dan sejarawan yang aktif menulis buku, essay dan opini di pelbagai media, resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara (USU) Bidang Humaniora oleh Rektor Dr Muryanto Amin di Gedung Auditorium USU, Kamis (11/11).

Dalam pidato pengukuhannya, Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) USU periode 2016-2021 yang dikenal humanis ini mengangkat tema Konflik Etnik di Indonesia.

Ia menjelaskan, di Sumatera Timur setelah kemerdekaan, posisi strategis dan pimpinan puncak pemerintahan diisi kaum pergerakan dengan latar belakang kelompok etnik berbeda dan ideologi perjuangan yang berbeda pula.

“Sewaktu elite yang berlatar belakang berbagai kelompok etnik yang juga menganut ideologi yang berlainan masih belum solid menghasilkan ketidakstabilan politik," katanya.

Ketidakstabilan dan ketidakmenentuan politik, imbuhnya, makin dirasakan sewaktu kaum pergerakan yang menduduki posisi strategis di pemerintahan memandang kecurigaan terhadap Kesultanan Melayu, dan sebaliknya Kesultanan Melayu yang menyaksikan perubahan politik yang cepat membuat ragu mengambil sikap terhadap perubahan politik yang cepat.

Suami dari CEO NCS Reni Sitawati Siregar yang juga anggota MWA USU ini menjelaskan, konflik etnik yang terjadi di berbagai daerah menjadi akar ramalan dan analisis Indonesia akan menuju balkanisasi seperti yang terjadi di Eropa Timur. Ramalan dan analisis atau juga kecemasan balkanisasi itu nyatanya tidak terjadi. Indonesia masih tetap utuh sebagai suatu negara.

“Karenanya pengelolaan etnisitas yang jumlahnya ratusan ini perlu beroleh perhatian serius di tengah mengencangnya gempuran globalisasi yang semakin merasuki tubuh etnik terutama dengan teknologi digital yang menyebarkan budaya global yang dapat memengaruhi sikap hidup dan kesadaran etnik,” kata pria yang hobi renang ini.

Prof Budi mengatakan, di Sumatera Utara kontestasi sumber daya ekonomi dan politik antarkelompok etnik relatif tinggi. Akan tetapi di wilayah yang sebelum kemerdekaan terkenal dengan julukan Tanah Deli ini tidak pernah terjadi konflik etnik. Ini bisa terjadi bisa karena bekerjanya asosiasi kewargaan dan organisasi masyarakat sipil yang mampu mengakomodir aspirasi kelompok etnik di ruang publik.

Rektor USU Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si., mengucapkan selamat kepada Prof. Dr. Drs. Budi Agustono, M.S., dan berharap penambahan guru besar tetap diharapkan mampu mendorong inovasi, karya tulisan ilmiah dan hilirisasi produk ilmiah untuk bisa dikomersialisasi dengan dunia industri.

“Hari ini kita kukuhkan guru besar tetap. Semoga penambahan guru besar ini mampu membawa USU ke level yang lebih baik, merealisasikan internasionalisasi dan Renstra USU, Indikator Kerja Utama Universitas dan Program Kerja Rektor,” ujar mantan Dekan FISIP USU ini.

Prof. Dr. Drs. Budi Agustono, M.S., sendiri lahir di Deliserdang, 5 Agustus 1960.

Menamatkan sekolah di SMP Nusantara Lubuk Pakam, SMA Negeri III Medan dan kemudian meraih Sarjana Muda Sejarah, Universitas Sumatera Utara, Sarjana Sejarah Universitas Gadjah Mada, S2 Sejarah di Universitas Gadjah Mada, dan Doktor Ilmu Sejarah di Universitas Gadjah Mada.

Prof Budi Agustono juga telah menghasilkan beberapa buku dan jurnal, di antaranya Fertilisasi Budaya, Penyerbukan Silang Antarbudaya. Jakarta: Kompas – Gramedia. Jakarta: Yayasan Nabil, 2015.

Tjong Yong Hian, Pembangun Kota Medan,” Leo Suryadinata dan Didi Kwartanada, Tionghoa Dalam Keindonesiaan: Peran dan Kontribusi Bagi Pembangunan Bangsa. Jakarta: Yayasan Nabil, 2016.

The Social Economy Beneficiary From Local Wisdom Strategic in Sustainable Management of Coastal Area in Indonesia, International Journal of Economic Research, Volume 14, Number 8, 2017 (Scopus).

The Dutch Colonial Economic Policy: Coffee Exploitation in Tapanuli Regency, 1849–1928, KEMANUSIAAN Vol. 25, No. 2, (2018), 49–71, https: //doi.org/10.21315/kajh2018.25.2.3 (Scopus).

Sejarah Kopi Mandailing. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2019.

Pathology Laboratory: An Institution of Tropical Diseases in Medan, East Sumatra, 1906 – 1942. Cogent Arts and Humanities, March, 2021 .

Lindayanti: Perempuan Bersahaja, in Zaiyardam (ed.), Dr. Lindayanti di antara Guru, Sahabat dan Murid. Padang: Minangkabau Press, 2021.

Benih Mardika in the Political Movement in East Sumatra, 1916 – 1923, Kemanusiaan The Asian Journal oh Humanities, Vol. 28 No. 2. Oktober, 2021.

Prof Budi Agustono hingga saat ini masih aktif meneliti, menulis dan menjadi pembicara di level lokal, nasional dan internasional. Bahkan secara khusus ia diminta salah satu universitas di Warsawa, Polandia dalam program Visiting Professor untuk Negara Eropa Timur.

(BR)

Baca Juga

Rekomendasi