Dosen USU Edukasi Anti Perundungan Kepada Anak-anak Sungai Deli (SASUDE) Medan Melalui Pagelaran Drama

Dosen USU Edukasi Anti Perundungan Kepada Anak-anak Sungai Deli (SASUDE) Medan Melalui Pagelaran Drama
Pagelaran drama sosialisasi anti perundungan. (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Tiga dosen yang berasal dari Universitas Sumatera Utara (USU) yaitu, Vivi Adryani Nasution, S.S., MTCSOL, Niza Ayuningtias, S.S., MTCSOL, dan Drs. Yoe Anto Ginting, M.A., bekerja sama dengan Sanggar Anak Sungai Deli (SASUDE) Medan mengedukasi tentang anti perundungan yang tengah marak di lingkungan anak-anak. Belajar dan memberikan arahan kepada publik bisa melalui media apapun.

"Pagelaran drama menjadi pilihan yang tepat untuk mengedukasi individu-individu yang ada di SASUDE. Kegiatan ini tidak semata-mata hanya menampilkan sebuah drama yang mengedukasi anak-anak, tentunya juga dibumbui dengan kegiatan bakat lain oleh SASUDE seperti pembacaan puisi, bernyanyi sambil memainkan alat musik, hingga penampilan bakat tari yang indah," ujar Ketua Tim Pengabdian Vivi Adryani Nasution, S.S., MTCSOL.

Kegiatan yang dilaksanakan Sabtu, 16 Desember 2023 di pentas seni SASUDE itu ditayangkan live melalui Instagram SASUDE serta dihadiri oleh warga sekitar dan tentunya anak-anak SASUDE. Kegiatan tersebut melibatkan sekitar 50 peserta yang meliputi orang tua, pelajar, anak-anak, dan penduduk desa lainnya.

Pendiri SASUDE, Lukman Hakim Siagian mengucapkan terima kasih kepada dosen-dosen yang sudah memilih SASUDE sebagai mitra dalam pengabdian masyarakat. Ia juga turut prihatin dengan perundungan yang cukup ramai sekali diperbincangkan di lingkungan, utamanya lingkungan anak-anak dan pelajar yang sudah memakan korban. “Apalagi untuk lingkungan anak-anak SMP dan SMA, hal-hal perundungan ini perlu diperhatikan,” imbuhnya.

Anak-anak SASUDE.
Ketua Tim Pengandian kepada Masyarakat, Vivi Adryani Nasution, S.S., MTCSOL., mengungkapkan rasa terima kasih kepada mitra, pemain dan penonton yang telah hadir dalam acara malam itu, tak lupa ia menegaskan tentang betapa marak dan bahayanya perundungan di Indonesia oleh karena itu bersama mitra, tim pengabdian kepada masyarakat kami menggunakan media drama sebagai tujuan memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya masyarakat di Lingkungan XII Sungai Deli mengenai bentuk-bentuk, efek serta pencegahan perundungan.

"Adapun proses yang telah kami laksanakan berupa sosialisasi, pembuatan naskah dan pelatihan membutuhkan waktu selama 4 bulan. Ia juga menambahkan, kegiatan yang menyebarkan konteks positif harus terus dikembangkan seperti apa yang SASUDE lakukan di lingkungan tersebut," katanya.

Kegiatan penampilan tari, pembacaan puisi, serta nyanyian dengan tema lagu Sungai Deli membuat suasana semakin hangat. Pagelaran drama musikal dengan judul “Jangan ada Perundungan di Antara Kita” menggambarkan banyak jenis perundungan yang kerap terjadi di lingkungan sekitar seperti perundungan verbal, nonverbal, hingga cyber-bullying.

Pagelaran drama ini sangat detail dan menarik, mulai dari lakon yang dimainkan sangat elok hingga bisa membuat semua orang masuk kedalam ceritanya. Tak hanya itu, dalam drama musikal ini juga disertakan dengan akibat dari perundungan yang terjadi pada korban seperti psikis dan mental yang tergores hingga berpikiran untuk menghabisi hidup mereka sendiri, dan konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku perundungan seperti dikeluarkan dari sekolah juga mendapat sanksi sosial.

Bayu Ramadhan Pratama yang berperan sebagai narrator, Afdal dan Muhammad Ilhamsyah sebagai antagonis atau pelaku perundungan. Mereka menyatakan sudah sering melakonkan pemeran drama seperti yang sudah mereka lakukan, juga mengakui menjadi menambah pengetahuan mereka tentang perundungan. “Perundungan itu seperti kekerasan. Yang saya dapat dari drama itu tidak boleh ada kekerasan diantara kita karena semua manusia itu sama,” tambah Afdal.

Pelakon protagonis, Ibnu menjelaskan ia bisa mempelajari bahwa pada sisi korban banyak dampak negatif, seperti merusak karakter, merasa terasingkan dilingkungan korban. Ibnu juga sempat mengakui bahwa dia juga merupakan salah satu korban bullying di sekolahnya. Dia meminta perlindungan terhadap dirinya dengan cara melaporkan pada guru yang berwenang di sekolahnya.

Pagelaran Drama.
Tim SASUDE menyebutkan bahwa mereka melakukan proses pelatihan pergelaran drama dengan cara menjelaskan naskah apa yang harus dibawakan dan mengedukasi pemeran agar lebih menjiwai lakon yang mereka bawakan. Kesulitannya dibidang waktu dan jadwal saja, mereka mengakui selama proses mereka tidak menghadapi kesulitan tingkat sedang maupun tinggi.

Tim Pengabdian berharap dengan adanya edukasi melalui pergelaran drama ini kemungkinan-kemungkinan terjadinya perundungan dapat terminimalisir, baik sebagai korban ataupun sebagai pelaku. Para orangtua ataupun keluarga menjadi lebih waspada dalam menjaga kesehatan mental dan psikis anak-anak mereka. Dan semoga SASUDE semakin berkembang serta semakin banyak manfaat yang diterima masyarakat sekitar.

(BR)

Baca Juga

Rekomendasi