Cerita Petani Jambu Binaan BRI yang Pensiunan Polisi

Cerita Petani Jambu Binaan BRI yang Pensiunan Polisi
Petani Jambu Binaan BRI, Jansen Barus (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Deliserdang - Jansen Barus (61), memilih menjadi seorang petani setelah pensiun dari anggota Polri. Ia menekuni budidaya jambu biji atau sering disebut jambu batu dan jambu klutuk, sejak April 2017.

"Sebenarnya pohon ini mulai merintis ditanam pohon jambu biji ini, April 2017. Dulunya saya anggota polisi sekarang sudah purnawirawan. Setelah pensiun di 2019, saya memilih menjadi petani," kata Jansen, Selasa (22/3).

Menjadi pelaku budidaya jambu biji dipilih Jansen, karena tanaman buah ini tidak sulit dalam perawatannya dan buahnya selalu ada. Baginya, buah ini tidak pernah kosong meski sudah melewati musim panen raya.

Di lahan seluas mencapai 3.500 meter persegi dan terletak di Dusun IV Kutambelin, Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu, Deliserdang tersebut, ada 150 pohon jambu biji. Sekali panen, kata Jansen, bisa menghasilkan 800 kilogram jambu biji di musim panen raya.

"Dari pengalaman yang sebelumnya, ada masa paceklik dan mass puncak panen raya. Jadi di panen raya bisa menghasilkan 800 kilogram, tapi sebelum panen hanya 150 kilogram," ujarnya.

Untuk penjualan jambu biji, Jansen menjualnya kepada pengepul jambu. Harga jambu dijual tidak menentu sebab dipengaruhi produksi musiman buah lainnya.

Seperti misalkan, buah mangga harum manis dari Jawa atau duku Palembang masuk ke Sumut, mempengaruhi harga jual. Harga terendah Rp1.500-Rp2000 per kilogram dan tertinggi bisa mencapai Rp3.000-Rp4.500 per kilogram.

"Di masa pandemi ini pastinya berdampak. Ketika panen raya, hanya sesuai informasi dri pengepul yang membeli jambu kita jambunya tidak laku, karena saya beli masyarakat kurang. Sehingga para pengepul mengurangi pembelian terhadap produksi jambu kita," sebut Jansen yang pernah bertugas di Polrestabes Medan ini.

Binaan BRI

Dalam budidaya jambu ini, Jansen tidak sendirian. Bersama dengan pelaku budidaya jambu lainnya, mereka mendirikan Kelompok Usaha Budidaya Jambu 'Arih Ersada' di Desa Tanjung Anom itu. Ada 31 petani yang tergabung di kelompok ini.

Jansen menuturkan awal mula hingga terbentuknya kelompok usaha jambu ini. Saat itu, pada 2020 pihak Bank Rakyat Indonesia (BRI) meminta agar dibuat kelompok usaha budidaya jambu. Nantinya para petani yang tergabung dalam kelompok ini, menerima bantuan dari BRI.

"Bantuan apa yang dibutuhkan oleh petani usaha budidaya jambu, seperti misalnya membutuhkan tenaga penyuluhan kita bisa koordinasi dengan Dinas Pertanian, pemasaran dengan Dinas Perdagangan, begitu juga dengan kontak kelompok usaha-usaha budidaya jambu yang ada di luar daerah jika ada kesulitan," ucapnya.

Akhirnya, Jansen pun terpilih sebagai Ketua Kelompok Usaha Budidaya Jambu ini. Setelah mendapat binaan, BRI memberikan bantuan yang dibutuhkan para petani jambu ini. Saat itu, BRI memberikan bantuan mesin semprot hama dan mesin babat.

"Setelah mendapat bantuan mesin ini kami bersyukur sekali. Kalau dulunya kebanyakan anggota kelompok belum memiliki alat mesin semprotnya dan mengupahkan penyemprotan hama. Tetapi sekarang, sudah punya mesin semprotnya jadi sudah mengurangi ongkos. Sangat membantu sekali. Untuk permodalan pun, pihak BRI juga menyarankan bagi siapa yang perlu modal dapat mengajukan pinjaman," ungkapnya.

Jansen juga berharap di masa pandemi Covid-19 ini, ada kebijakan terkait harga pupuk yang harganya melonjak. Hal itu, tidak sebanding dengan pengeluaran biaya pembelian pupuk dengan harga penjualan jambu yang mereka terima.

"Kalau pun bisa, kami berharap dapat diberikan bantaun, untuk mendapatkan pupuk subsidi dari pemerintah, supaya pengeluaran harga kami dalam beli pupuk untuk tanaman jambu ini bisa lebih membantu biaya pengeluarannya. Satu lagi, kalau bisa bagaiamana agar harga jual jambu ini tidak tergantung dari harga yang ditentukan pengepul jambu," harap Jansen.

(WITA/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi