Sanksi Tidak Akan Dicabut Sampai Rusia Tandatangani Kesepakatan Damai

Sanksi Tidak Akan Dicabut Sampai Rusia Tandatangani Kesepakatan Damai
Kanselir Jerman, Olaf Scholz, menghadiri konferensi pers selama konsultasi pemerintah Jerman-India di Kanselir di Berlin, Jerman 2 Mei 2022. (Reuters/Michele Tantussi)

Analisadaily.com, Jerman - Kanselir Jerman, Olaf Scholz, menyatakan sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia sebagai tanggapan atas invasinya ke Ukraina tidak akan dicabut sampai Moskow mencapai kesepakatan damai dengan Ukraina, dan Ukrainalah yang menentukan persyaratan perdamaian.

Kata Scholz, Presiden Rusia Vladimir Putin telah salah perhitungan jika dia mengantisipasi dia mungkin bisa mendapatkan wilayah dari Ukraina, menyatakan mengakhiri permusuhan, dan melihat negara-negara Barat menjatuhkan sanksi.

"Dia tidak memikirkan seluruh operasi Ukrainanya. Dia tidak berpikir Ukraina akan menolak seperti itu. Dia tidak berpikir kita akan mendukung mereka untuk bertahan begitu lama. Kami tidak akan menarik sanksi kecuali dia mencapai kesepakatan dengan Ukraina, dan dia akan dapatkan itu dengan perdamaian yang didikte," kata Scholz dilansir dari Reuters dan Channel News Asia, Selasa (3/5).

Dia juga mengatakan Jerman tidak akan menerima pencaplokan Krimea oleh Rusia.

"Itu adalah pelanggaran hukum internasional, itu tetap benar," sambungnya.

Dia menambahkan dia tidak memiliki rencana untuk mengunjungi Kyiv setelah perjalanan yang direncanakan oleh Presiden Frank-Walter Steinmeier dibatalkan karena keberatan Ukraina. Scholz menolak kritik dia pada awalnya terlalu ragu untuk mengirim senjata berat Ukraina, diikuti oleh kritik dari pasifis setelah Jerman pekan lalu mengumumkan pengiriman tank anti-pesawat "Gepard" ke Ukraina.

"Tidak ada gunanya melakukan sesuatu hanya karena seseorang berteriak atau tidak melakukan sesuatu karena seseorang berteriak," kata Scholz, menambahkan melindungi negara dan menjaga perdamaian adalah tugasnya sebagai kanselir.

Scholz berada di bawah tekanan baik di dalam maupun di luar negeri untuk memasok Ukraina dengan senjata berat seperti tank dan howitzer dan mendukung embargo Uni Eropa segera atas impor energi Rusia untuk melucuti mata uang keras Putin yang membantunya membiayai perang.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi