Sejumlah narasumber dan wartawan diabadikan bersama usai konferensi pers, di Hotel Hermes, Medan, Jumat (2/12). Konferensi pers difasilitasi Indonesia Aids Coalition (IAC). (Analisadaily/Zulnaidi)
Analisadaily.com, Medan - Kasus HIV/Aids di Kota Medan kian meningkat. Sejak 2006 hingga 2022 tercatat ada 8.385 kasus. Dari jumlah itu, 6065 kategori HIV dan sisanya 2.320 sudah Aids.
Demikian disebutkan Edy Yusuf SKM MKM Subskoordinator P2PM Dinkes Medan didampingi Pengelola Program HIV/Aids dr Suryani Putri dan Emilda SKM, Koordinator Komisi Penanggulangan Aids Medan L Mashudi Budi Utomo serta Koordinator Medan Distrik Task Force (MDTF) Saurma MGP Siahaan dalam konferensi pers, di Hotel Hermes, Medan, Jumat (2/12). Konferensi pers difasilitasi Indonesia Aids Coalition (IAC).
Sejauh ini, kata Edy Yusuf, penularan tertinggi dari transmisi seksual dengan jumlah 6.775 kasus. Sisanya dari berbagai faktor risiko baik penggunaan narkoba suntik, perinatal dan transpusi darah serta lainnya.
Dia mengakui, tingginya penularan dari transmisi seksual karena minimnya penggunaan kondom sebagai satu-satunya alat untuk mencegah penularan dari transmisi seksual.
“Penggunaan kondom ini masih sulit dilakukan dan disosialisasikan. Alasannya, karena ada berbagai hambatan termasuk dari pekerja seks. Alasannya, karena banyak permintaan klien mereka yang merasa tidak nyaman kalau menggunakan kondom. Sementara, mereka melakukan transaksi bisnis,” sebut Edy.
Di Thailand, mereka berhasil menekan penularan HIV baru dari transmisi seksual karena mereka tegas untuk penggunaan kondom 100 persen. Bahkan di tempat tempat lokalisasi, pekerja seks itu sudah memahami bahayanya terinfeksi HIV, sehingga mereka menerapkan penggunaan kondom. Seandainya, kliennya menolak, para pekerja seks berani menolaknya.
Hal serupa juga disebutkan Koordinator KPA Medan, L Mashudi Budi Utomo. Menurutnya, dalam berbagai kasus, terjadi penolakan dari kalangan tertentu. Seakan-akan sosialisasi kondom di kalangan populasi rentan dianggap melegalkan perbuatan seks bebas.
“Padahal, yang kita lihat dari sisi kesehatannya. Kalau seorang pria beristri jajan seks di luar dan tidak memakai kondom, maka yang ikut berbahaya terinfeksi HIV selain dia, juga istri dan anak. Jadi ada tiga orang yang berisiko. Tapi, kalau dia menggunakan kondom, maka yang berisiko dosa, hanya pria itu sendiri. Dia aman, istrinya juga aman tertular,” jelas pria yang akrab disapa Tom ini.
Sulit capai target
Jika melihat minimnya sosialisasi kondom, maka sulit akan mencapai salah satu target tree zerro yakni, nol penularan, nol kematian dan nol stigma. Bagaimana bisa mencegah kasus penularan di hulu, jika semua tidak sepakat dalam salah satu fungsi kondom sebagai alat mencegah penularan penyakit seksual.
Menurutnya, kalau dari sisi pelayanan kesehatan, Medan sudah memadai. Saat ini, hampir semua fasilitas kesehatan sudah bisa melakukan pelayanan dan perawatan orang dengan HIV dan Aids. “Tahun depan, kita harapkan seluruh puskesmas bisa melakukan perawatan dan pengobatan orang dengan HIV,” ucapnya.
Koordinator MDTF Saurma menyebutkan, kehadiran MDTF yang merupakan gabungan beberapa organisasi masyarakat sipil (OMS) peduli HIV/Aids untuk membantu percepatan program penanggulangan HIV/Aids di Kota Medan.
Sementara, Technical Officer IAC Medan, Ratih Ayu mengharapkan, Dinas Kesehatan Medan menjadi leading sektor untuk merealisasikan swakelola tipe 3. Mekanisme Swakelola Tipe 3 sebenarnya salah satu sistem penganggaran yang bisa dilakukan antara OPD dan CSO untuk kerja kerja yang lebih maksimal. Selain bisa membantu pemerintah untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal dan tepat sasaran, bisa membantu CSO dalam menjaga sustanaible Lembaga, dan sudah tercantum dalam Perpres No. 16 tahun 2018.
Namun untuk swakelola tipe 3 di Kota Medan, salah satunya masih terkunci dengan Perwal No. 44 Tahun 2021 pasal 26 tentang Penjabaran dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kewenangan Camat dalam Rangka Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana, yang menyebutkan bahwa Pengadaan Barang/Jasa melalui swakelola tipe IV. Sehingga, dalam hal ini perlu ada solusi. Hal ini penting, mengingat dana funding dari luar negeri yang selama ini membantu program HIV, tidak akan berlangsung lama. Jadi, untuk menjamin keberlangsungan program dan penanggulangan HIV Aids, perlu sokongan dari anggaran pemerintah.
(NAI/JG)