Untungnya, Tim MCH sejak awal Bimbingan Teknis (Bimtek) dari Tanah Air sudah mengetahui kondisi Arab Saudi sedang berada pada kondisi suhu panas. Sehingga, mereka yang bertugas sebagai Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 2023 sudah dibekali petlengkapan, seperti topi, payung, tempat air mineral, dan handuk basah.

Alhasil, terik panas sedikit dapat menahan sinar matahari. Seorang petugas PPIH asal Sumatera Utara (Sumut), Kali A Harahap, kepada Analisadaily.com melaporkan, pada hari ke-17 kedatangan jemaah haji, Tim MCH Daker Bandara dipindah tugaskan ke Kota Jeddah untuk menyambut kedatangan jemaah haji gelombang dua.

“Dua hari bertugas di Jeddah, saya tertarik dengan pohon-pohon yang rindang di sepanjang jalan trotoar,” kata Kali.

Misalkan di Jalan Gazzah, Jeddah, tumbuh pohon dengan dedaunan yang lebat, bahkan di depan rumah dah hotel juga tumbuh pohon dengan baik.

“Banyak warga yang berjalan kaki menggunakan pohon itu untuk berteduh sesaat dari panasnya matahari,” ungkapnya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh Kali dari Suparman, Juru Sambung MCH 2023, warga Indonesia yang mukimin di Arab Saudi, pohon tersebut merupakan Mimba, dan dikenal warga Arab Saudi sebagai Pohon Soekarno, Presiden Republik Indonesia yang pertama.

Menurutnya, Pohon Mimba kerap ditanam warga Arab Saudi di jalan protokol, depan rumah, dengan tunuan untuk bernaung dan berlindung dari teriknya sinar matahari.

“Pohon Soekarno ini tidak hanya di Jeddah, juga ada di Mekkah dan Madinah. Begitu kata Pak Parman,” ucapnya.

Menurut Parman, kata Kali, pohon inilah satu-satunya tumbuhan yang tahan panas. Bahkan semakin musim panas, pohon ini semakin subur dan rindang.

“Pohon lainnya sudah mulai layu. Pohon Mimba malah semakin subur dan rindang. Pohon Mimba yang ditanam di jalan protokol tidak boleh ditebang sembarangan tanpa izin pemerintah. Kalau ada yang melanggar akan kena sanksi tegas,” ucapnya.

Dari berbagai sumber yang diperoleh, Pohon Mimba tidak bisa dilepaskan dengan sejarah Soekarno. Pada 1955, Soekarno menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Daratan Arab Saudi memang dikenal sebagai negara dengan wilayah yang sangat gersang.

Suhu udara di sana dapat mencapai 50 derjat Celcius pada saat siang hari. Soekarno melihat tandusnya Padang Arafah membuat banyak jemaah haji merasa kepanasan dan mudah lelah.

Akhirnya Soekarno berinisiatif untuk mengusulkan agar Padang Arafah ditanami pepohonan pada Raja Arab Saudi, yaitu Saud bin Abdulaziz al-Salad. Karena ide Soekarno sangat brilian, Raja Saud mengabulkan usulan tersebut.

Penanaman pohon di Arafah dilakukan melalui proyek kesejahteraan wakaf yang diprakarsai Abdul Rahman Fakieh, seorang pengusaha Arab terkemuka saat itu. Abdul Rahman sangat antusias dengan proyek tersebut, bahkan rutin peninjau lahan penanaman setelah Salat Subuh.

Pohon yang ditanam di Padang Arafah ini bukan sembarang pohon. Soekarno sengaja memilih pohon kokoh dan rindang yang tahan terhadap cuaca ekstrem dan wilayah tandus.

Pohon itu adalh Mimba atau Mindi. Akhirnya pohon yang ditanami di sepanjang kawasan Arafah ini dijuluki Pohon Soekarno atau Syajarah Sukarno.

Pohon dengan nama latin Melia Azedarach ini dapat tumbuh di daerah beriklim tropis maupun subtropis. Pohon ini umumnya ditemukan di tempat yang kering, seperti di pinggir jalan, atau di hutan yang terbuka.

Tidak heran, pohon tersebut dapat tumbuh subur di Arab Saudi, terutama di Padang Arafah yang tandus.

(KAH/RZD)