Muscab Forki Medan Ricuh, Pembina Karate Prihatin

Muscab Forki Medan Ricuh, Pembina Karate Prihatin
Zulkarnain Lubis (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Kericuhan yang terjadi pada Musyawarah Cabang (Muscab) Federasi Olahraga Karate-do Indonesia (Forki) Kota Medan, menimbulkan keprihatinan sejumlah pihak.

Seperti disampaikan salah seorang pembina karate di Kota Medan, Zulkarnain Lubis. Menurutnya, kericuhan muscab membuatnya sedih dan prihatin.

Menurutnya, hal itu tidak terjadi bila semua pihak memegang teguh janji karate sebagai landasan falsafah karate.

“Jika semua pihak mengutamakan pembinaan berkelanjutan kepada atlet karate di Medan yang jumlahnya sangat besar, kericuhan tentu dapat dihindarkan,” ucapnya, Sabtu (7/10).

Seperti diketahui, dalam Muscab Forki Kota Medan, dari 23 perguruan karate terdaftar, hanya 12 perguruan mengikuti muscab. Bahkan dua perguruan informasinya hanya sebagai peninjau.

Di sisi lain, tersiar kabar 12 perguruan menyatakan sikap muscab yang dilaksanakan tidak sah. Mereka menyatakan menolak seluruh hasil muscab dan terpenting menolak Ketua Umum Forki Medan terpilih.

“Kalau saya amati, awal kericuhan di tubuh Forki Medan dipicu proses penjaringan calon ketua yang dianggap tidak profesional, bahkan jauh dari solidaritas dan rasa kekeluargaan,” katanya.

Dikatakannya, Forki adalah infrastruktur yang diperlukan agar mampu mengoptimalkan sumber daya yang diperlukan untuk pembinaan atlet secara berjenjang.

“Kalau seperti ini, apa yang bisa dilakukan Forki Medan ke depan,” tambahnya.

Untuk membangun olahraga, sebutnya, butuh kolaborasi besar dan bersatu dari seluruh stakeholder. Karena itu, dibutuhkan kepemimpinan yang mumpuni untuk menggerakkan program kerja organisasi.

Guna memenuhi itu, persyaratan pokoknya seluruh perguruan harus bergandengan tangan erat dan satu misi mewujudkan prestasi hebat karate di Kota Medan.

“Forki adalah wadah bersatunya seluruh perguruan untuk menyusun program kerja dan melaksanakannya secara bersama-sama dengan hatinya karate,” tegas Zulkarnain.

Dikatakannya, jika sebagian besar perguruan tidak berada dalam satu perahu, Forki tidak ada yang diurus. Sebab, semua berada di luar Forki. Inilah esensi perlunya kekompakan pengurus dan bangga dengan kebersamaan serta kekeluargaan yang dimiliki.

Zulkarnain menilai, kekisruhan ini tentunya tidak bisa menghimpun sumber daya yang diperlukan sekaligus menjalankan program kerja secara optimal.

Seluruh konsekuensi tersebut, yang paling dirugikan adalah pembinaan atlet. Padahal secara tradisi, Medan gudang atlet karate potensial.

“Kalau kita masih mengatakan 'aku karate', tentunya ini harus segera dibenahi dengan menyatukan seluruh potensi yang ada. Organisasi tidak boleh dijalankan hanya dengan aturan-aturan formal semata, tetapi dilengkapi moralitas, etika dan komitmen membangun karate yang hebat. Bila ini yang dilakukan, akan membangun legitimasi dan kepercayaan besar dari seluruh stakeholder karate kepada Forki Medan. Melalui kepercayaan itu, Forki akan efektif menjalankan visi misi dan program kerja,” imbuhnya.

Untuk itu, dia meminta pembina atlet karate melakukan rekonsiliasi besar. Seluruh pengurus bersatu padu dan bekerja keras melakukan pembinaan untuk melahirkan atlet berprestasi Kota Medan tingkat nasional dan internasional.

Sudah saatnya membuang seluruh kepentingan kelompok dan ego masing- masing yang sebenarnya ditonton entitas karate hanya seperti dagelan dan lelucon yang tidak perlu dipertontonkan.

“Saatnya membangun kolaborasi karate Kota Medan untuk prestasi hebat,” tutupnya.

(REL/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi