BRIN Ungkap Potensi Kacang Lokal Sebagai Pengganti Kedelai

BRIN Ungkap Potensi Kacang Lokal Sebagai Pengganti Kedelai
Ilustrasi: Kacang Koro (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan aneka kacang lokal yang tumbuh di Indonesia merupakan sumber daya genetik tanaman pangan penting bagi masyarakat dan berpotensi sebagai pengganti kedelai.

Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN, Yudhistira Nugraha, mengatakan kedelai yang didatangkan melalui perdagangan impor menggerus devisa negara, sehingga solusi kacang pengganti harus tersedia.

"Banyak potensi yang bisa dikembangkan dari komoditas aneka kacang selain kedelai, seperti kacang hijau, kacang Arab, kacang koro, kacang buncis, dan lainnya," kata Yudhistira dilansir dari Antara, Jumat (10/11).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, volume impor kedelai mencapai 2,32 juta ton dengan nilai sebesar 1,62 miliar dolar AS pada tahun 2022.

Impor kedelai yang masuk ke Indonesia paling banyak berasal dari Amerika Serikat (AS) dengan volume mencapai 1,92 juta ton. Jumlah itu setara 82,75 persen dari total impor kedelai nasional.

BRIN membangun kerja sama dengan Universitas Osaka Jepang terkait diversifikasi pangan. Salah satu kerja sama riset kedua lembaga tersebut adalah pemanfaatan kacang lokal untuk produksi tempe.

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN Didik Harnowo mengatakan aneka kacang lokal adalah pangan fungsional yang akan menjadi sumber pangan penting bagi masyarakat di masa depan.

Menurutnya, isu krisis pangan yang kian santer terjadi pada banyak negara, termasuk Indonesia, membuat para ilmuwan terus berupaya menemukan sumber-sumber pangan yang proven.

"Di Indonesia jenis tanaman kacang lokal cukup banyak dan sudah dibudidayakan sejak lama. Meskipun tidak intensif, namun sudah tersebar di berbagai wilayah. Kacang lokal masih dinilai sebagai neglected crops serta belum ada data produksi secara lengkap," kata Didik.

Dia memaparkan ciri umum dan keunggulan kacang lokal mulai dari relatif tahan kekeringan, kebutuhan input (utamanya pupuk) rendah, belum banyak hama atau penyakit menyerang, hingga budi daya relatif mudah.

Kemudian ciri dan keunggulan lain berupa benih bersifat ortodok, kandungan protein cukup tinggi, pemanfaatannya hingga kini masih terbatas, sebagai bahan substitusi kedelai untuk tempe, berpotensi sebagai bahan baku industri non pangan. Selain itu kandungan indeks glikemik umumnya rendah dengan kandungan serat tinggi serta sumber antioksidan.

“Indeks glikemik adalah indeks numerik untuk menunjukkan klasifikasi makanan sumber karbohidrat berdasarkan seberapa lambat atau cepat makanan tersebut dicerna dan meningkatkan kadar gula darah,” kata Didik.

Manfaat makanan dengan indeks glikemik rendah membantu menurunkan berat badan, menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar kolesterol total, meningkatkan manajemen diabetes dengan mendukung kadar gula darah stabil, menurunkan risiko diabetes, penyakit jantung, dan pembuluh darah.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi