Plt Gubernur Diminta Mediasi Konflik Lahan Unsyiah-UIN Ar Raniry

Plt Gubernur Diminta Mediasi Konflik Lahan Unsyiah-UIN Ar Raniry
Plt Gubernur Diminta Mediasi Konflik Lahan Unsyiah-UIN Ar Raniry (Penutupan badan jalan kampus yang dibeton di persimpangan sudut lapangan Tugu Darussalam)

Analisadaily.com, Banda Aceh - Konflik lahan dan tapal batas dua kampus jantung hati rakyat Aceh yakni antara Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry di Darussalam, Banda Aceh yang terjadi selama beberapa tahun terakhir, sampai saat ini belum ada titik temu.

Di satu pihak kampus UIN Ar-Raniry lebih banyak berdiam diri dan mengalah, sementara satu pihak lagi, Unsyiah terlihat semakin memasuki lahan yang selama ini dikuasai kampus UIN.

Puncaknya, pihak Unsyiah beberapa hari lalu melakukan penutupan ruas jalan yang ada di kawasan kampus UIN yakni dibuat pagar yang dibeton dengan semen melintang di pesimpangan badan jalan kawasan Tugu Darussalam.

Akibatnya, lalu lintas mahasiswa UIN dan masyarakat setempat menjadi terhambat dengan pagar beton yang dibangun atas instruksi rektorat Unsyiah, sehingga pengguna jalan harus memutar mencari jalan lain.

Menyikapi penutupan jalan tersebut, pimpinan UIN Ar-Raniry mengecam keras arogansi pimpinan Unsyiah yang menutup akses jalan kampus sebagai fasilitas umum milik publik dengan alasan itu batas kampus Unsyiah, yang kini tidak bisa dilalui lagi oleh masyarakat dan mahasiswa UIN.

“Kita mengecam keras penutupan jalan kampus yang merupakan fasilitas umum milik publik tersebut sebagai suatu tindakan yang arogan, tidak bermoral, yang seharusnya tidak dilakukan oleh kalangan terdidik kampus,” kata Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kelembagaan UIN Ar-Raniry, Gunawan Adnan, Rabu (12/8).

Gunawan menambahkan, seharusnya sebagai sebuah institusi yang mendidik putra-putri di Aceh, tidak menempuh cara-cara premanisme, tapi menerapkan pola secara musyawarah dan mengedepankan asas logika dan hukum sehingga menjadi contoh bagi masyarakat umum.

“Kita sangat menyayangkan dengan pola yang diterapkan saat ini dan kami menilai ada krisis moral di kalangan orang-orang terdidik,” tegasnya.

Menurut Gunawan, penutupan jalan umum dan membuat batas melintang di tengah jalan itu sangat tidak berbudaya.

“Jalan umum ditutup dan dibangun tembok. Jika terjadi hal-hal darurat dengan penutupan jalan tersebut, ini bisa bisa menjadi kasus kemanusiaan,” sebutnya.

Selain itu, pihak Unsyiah juga meminta gedung asrama putri UIN dibongkar karena diklaim berada di atas tanah Unsyiah, begitu juga dengan asrama putra. Pihak UIN juga keberatan atas pemintaan pembongkaran rumah dosen yang sudah berdiri sejak tahun 1986.

Gunawan menyatakan Kopelma Darussalam merupakan milik tiga perguruan tinggi yakni Unsyiah, UIN Ar-Raniry dan Teungku Chik Pante Kulu, bukan milik salah satu perguruan tinggi saja.

“Perlu kami jelaskan Kopelma merupakan sumbangan masyarakat Aceh yang diberikan untuk tiga kampus untuk mendidik generasi Aceh,” jelasnya.

Gunawan menyebutkan, persoalan aset antara kedua universitas tersebut saat ini belum titik temu dan saat ini masih dalam tahapan moratorium sehingga kedua belah pihak untuk sementara tidak membangun.

Pihak UIN Ar-Raniry juga telah beraudiensi dengan Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah dan juga Wali Nanggroe, Malik Mahmud terkait persoalan kepemilikan lahan dan aset di Kopelma Darussalam.

“Kami sudah menyampaikan ini kepada Plt Gubernur pada 5 Agustus 2020. Termasuk kita ceritakan asal usul tanah dan proses penyelesaian dengan pihak Direktorat Jenderal Kejayaan Negara,” kata Juru Bicara Tim Penyelesaian Aset UIN Ar-Raniry, Zainuddin T.

Zainuddin menyatakan, Plt Gubernur Nova sudah menyampaikan akan membentuk tim independen untuk menyelesaikan lahan Unsyiah dan UIN. Plt. Gubernur juga meminta kedua belah pihak menahan diri terlebih dahulu atas segala bentuk pembangunan, sebelum adanya titik terang.

“Kita juga sudah melakukan pertemuan dengan Wali Nanggroe juga. Kami berharap bagaimana proses ini terselesaikan dengan baik. Karena itu kita minta Gubernur untuk memfasilitasi pertemuan pihak UIN, Unsyiah dan Pante Kulu untuk menyelesaikan masalah ini,” sebutnya.

Zainuddin mengatakan, seharusnya selaku institusi pendidikan yang di dalamnya orang-orang yang terdidik harus menjadi teladan bagi masyarakat.

Selain itu, ia juga menyampaikan saat ini UIN Ar-Raniry tidak sedang mengklaim siapa yang paling benar. Namun, ingin menyampaikan sesuatu yang dikerjakan oleh lembaga pendidikan agar lebih bijak cara menyelesaikan masalah.

“Kami ingin menyampaikan tidak mengklaim siapa paling benar, namun kami ingin menyampaikan sesuatu yang dikerjakan bagi kita yang berpendidikan ini agar lebih baik. Kita harus jadi contoh teladan bagi masyarakat karena kita orang terdidik,” pungkas Zainuddin.

(MHD/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi