Uni Eropa Didesak Lakukan Embargo Terhadap Arab Saudi

Uni Eropa Didesak Lakukan Embargo Terhadap Arab Saudi
Sekelompok aktivis berunjuk rasa sambil memegang foto Jamal Khashoggi (AFP)

Analisadaily.com, Jenewa - Parlemen Eropa mendesak negara-negara Uni Eropa agar memberlakukan embargo senjata ke Arab Saudi sebagai sanksi atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi dan perang di Yaman.

Dalam laporan ekspor senjata Uni Eropa, Kamis (17/9), parlemen Uni Eropa mendesak semua anggota mengikuti langkah Jerman, Finlandia dan Denmark yang membatasi ekspor senjata ke Arab setelah terjadinya pembunuhan terhadap Khashoggi.

Laporan itu juga menunjukkan bahwa senjata yang diekspor ke Arab Saudi, UEA serta negara lain yang menjadi koalisi Saudi dalam perang Yaman, telah digunakan dalam perang tersebut.

"Di mana 22 juta orang merasa membutuhkan bantuan kemanusiaan dan perlindungan," bunyi laporan tersebut, dilansir dari Al Jazeera, Jumat (18/9).

Laporan itu juga mendesak negara-negara Uni Eropa yang lain agar segera menjatuhkan sanksi embargo demi mencegah penderitaan warga sipil dalam konflik di Yaman.

Seperti diketahui, Jamal Khashoggi, kolumnis The Washington Post berusia 59 tahun, dibunuh dan dipotong-potong oleh sekelompok operator Arab Saudi tak lama setelah memasuki kantor konsulat di Kota Istanbul, Turki, Oktober 2018.

Awal bulan ini, Pengadilan Kriminal Riyadh meringankan hukuman para terpidana dengan alasan keluarga Khashoggi telah mengampuni mereka. Padahal tahun lalu para terpidana dijatuhi hukuman mati.

Sementara di sisi lain, Yaman berada dalam kekacauan sejak 2014nketika pemberontak Houthi yang didukung Iran menguasai sebagian besar negara, termasuk ibukota Sanaa.

Mereka memaksa Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi untuk meninggalkan Yaman.

Krisis keamanan semakin meningkat pada 2015 ketika koalisi militer yang dipimpin Arab Saudi meluncurkan serangan udara yang bertujuan menghantam kelompok Houthi.

Puluhan ribu warga Yaman, termasuk warga sipil tewas dalam konflik tersebut. Perang ini menyebabkan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia karena 3,65 juta orang terlantar dan 15 juta lainnya membutuhkan bantuan kemanusiaan.

(EAL)

Baca Juga

Rekomendasi