Sebut Putin Pembunuh, Rusia Ingin Amerika Minta Maaf

Sebut Putin Pembunuh, Rusia Ingin Amerika Minta Maaf
Presiden Rusia, Vladimir Putin dalam upacara peluncuran pabrik tambang emas talas di deposit Jerooy Kyrgyzstan lewat siaran video di Moskow, Rabu (17/3). (Reuters/Sputnik/Alexei Druzhinin/Kremlin)

Analisadaily.com, Moscow - Rusia menginginkan permintaan maaf dari Amerika Serikat setelah Presiden Joe Biden mengatakan, Vladimir Putin adalah pembunuh.

"Saya bersedia" kata Biden ketika ditanya apakah dia yakin presiden Rusia itu seorang pembunuh dalam wawancara ABC News yang disiarkan sehari sebelumnya dilansir dari Reuters, Kamis (18/3).

Dia juga menggambarkan Putin tidak memiliki jiwa, dan berjanji akan membayar harga atas dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS 2020, sesuatu yang dibantah Kremlin.

Dalam langkah yang sangat tidak biasa setelah wawancara Biden, Rusia akan memanggil duta besarnya untuk Amerika Serikat untuk konsultasi mendesak mengenai masa depan hubungan AS-Rusia.

Wakil ketua majelis tinggi parlemen, Konstantin Kosachyov mengatakan, komentar Biden tidak dapat diterima, pasti akan mengobarkan hubungan buruk, dan mengakhiri harapan di Moskow akan perubahan kebijakan AS di bawah pemerintahan AS yang baru.

Dia mengatakan penarikan kembali duta besar Moskow adalah satu-satunya langkah yang masuk akal untuk diambil dalam situasi tersebut.

"Saya menduga ini bukan yang terakhir jika tidak ada penjelasan atau permintaan maaf dari pihak Amerika," kata Kosachyov dalam sebuah posting Facebook.

“Penilaian semacam ini tidak diperbolehkan dari mulut seorang negarawan dengan pangkat seperti itu. Pernyataan semacam ini tidak dapat diterima dalam keadaan apa pun," tegasnya, yang juga menyebutnya sebagai momen penting dalam hubungan AS-Rusia.

Kremlin belum menanggapi secara terbuka komentar Biden, tetapi kemungkinan akan melakukannya pada Kamis malam.

Seorang anggota parlemen pro-Kremlin di majelis rendah parlemen, Artur Chilingarov, menyerukan "reaksi keras" dari Moskow dalam komentar yang dibuat untuk stasiun radio Ekho Moskvy Rusia.

Hubungan Rusia dengan Barat, yang sudah merana di posisi terendah pasca-Perang Dingin sejak 2014, telah mendapat tekanan baru atas pemenjaraan kritikus Kremlin Alexei Navalny yang dituntut kebebasannya oleh Rusia.

Rusia telah menolak itu sebagai campur tangan yang tidak dapat diterima dalam urusan dalam negerinya. Amerika Serikat mengatakan, sedang mempersiapkan sanksi baru terhadap Rusia atas dugaan peretasan dan dugaan campur tangan pemilu.

"Anda akan segera melihatnya," ujar Biden ketika ditanya konsekuensi apa yang akan dihadapi Rusia atas dugaan perilakunya.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi