Dalam Seminggu, 1,57 Juta Warga India Terinfeksi Corona

Dalam Seminggu, 1,57 Juta Warga India Terinfeksi Corona
Seorang pria bereaksi sebelum kremasi kerabatnya, yang meninggal karena Covid-19, di tepi sungai Gangga di Garhmukteshwar di negara bagian Uttar Pradesh, India utara, Kamis, 6 Mei 2021. (Reuters/Danish Siddiqui)

Analisadaily.com, New Delhi - India melaporkan rekor kenaikan harian Covid-19 dan menjadikan jumlah total kasus baru untuk minggu ini menjadi 1,57 juta. Itu terjadi diduga karena tingkat vaksinasi di negara itu turun secara dramatis setelah adanya masalah transportasi dan kurangnya pasokan.

Gelombang kedua Covid-19 yang mematikan di India terus berlanjut dan jumlah total kasusnya sekarang mencapai 21.49 juta. India melaporkan rekor 414.188 kasus baru pada hari Jumat, sementara kematian akibat Covid-19 membengkak 3.915, sehingga total kematian menjadi 234.083.

Pakar medis mengatakan, tingkat Covid-19 yang sebenarnya di India adalah lima hingga 10 kali lipat dari penghitungan resmi.

Perdana Menteri, Narendra Modi, telah banyak dikritik karena tidak bertindak cepat untuk menekan gelombang kedua, setelah festival keagamaan dan demonstrasi politik menarik puluhan ribu orang dalam beberapa pekan terakhir dan menjadi acara "penyebar super".

Pemerintahnya juga dikritik karena penundaan program vaksinasi negara itu, yang menurut para ahli medis adalah satu-satunya harapan India untuk mengendalikan gelombang Covid-19 kedua.

Surat kabar Hindustan Times pada hari Jumat menuntut percepat pemberian vaksin, kendalikan gelombang kedua pandemi.

Sementara India adalah pembuat vaksin terbesar di dunia, India sedang berjuang untuk menghasilkan dosis yang cukup untuk membendung gelombang Covid-19.

Modi telah menekankan, negara bagian India harus menjaga tingkat vaksinasi. Meskipun negara itu memberikan setidaknya 157 juta dosis vaksin, tingkat inokulasinya telah menurun tajam dalam beberapa hari terakhir.

"Setelah mencapai tingkat sekitar 4 juta sehari, kami sekarang turun menjadi 2,5 juta per hari karena kekurangan vaksin," kata seorang profesor ekonomi di Universitas British Columbia, Amartya Lahiri, seperti dikutip di surat kabar Mint.

"Target 5 juta per hari adalah batas bawah dari apa yang harus kita tuju, karena bahkan pada tingkat itu, akan membutuhkan satu tahun bagi kita untuk mendapatkan dua dosis untuk setiap orang. Sayangnya, situasinya sangat suram," ujarnya.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi