Santri Meninggal Dianiaya Senior, Pihak Pesantren Sempat Berbohong

Santri Meninggal Dianiaya Senior, Pihak Pesantren Sempat Berbohong
Ibu korban, Cut Fitriani, menunjukkan foto anaknya yang meninggal di Pesantren Darul Arafah Raya (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Kuala Simpang - Seorang santri asal Kabupaten Aceh Tamiang meninggal dunia di Pondok Pesantren Darul Arafah Raya, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang, Sabtu (5/6) malam.

Diduga kematian santri berinisial FW (14) itu akibat dianiaya karena terdapat bekas luka di leher dan kedua bahu saat jasadnya diperiksa.

"Kematian anak saya disebabkan penganiayaan oleh seniornya. Anak saya yang pertama kali kena pukul, langsung jatuh tidak sadarkan diri," ungkap ibu korban, Cut Fitriani (41) saat ditemui di rumahnya, Senin (7/6).

Fitriani mengaku dapat kabar mengenai anaknya meninggal dari telepon salah seorang ustaz di pesantren sekitar pukul 22.20 WIB. Malam itu juga orang tua korban langsung berangkat ke pondok pesantren tempat anaknya selama ini menuntut ilmu.

Informasi yang Cut Fitriani terima, perlakuan brutal para senior korban terjadi sekitar pukul 22.00 WIB. Anaknya tidak dianiaya sendiri, tapi bersama delapan temannya. Mereka dipanggil oleh seniornya yang berjumlah sekitar enam orang ke sebuah aula.

"Kami mendapatkan informasi ini dari salah satu teman anak saya yang turut menjadi korban pemukulan," sebut Cut Fitriani.

Namun, sambung Fitriani, awalnya pihak Ponpes Darul Arafah Raya terkesan menutupi penyebab kematian anaknya. Pasalnya, sang ustaz yang memberi kabar pertama bicara gugup, kemudian ponselnya beralih ke orang lain.

"Pengakuan ustaz tersebut, anak kami dibilang meninggal karena jatuh di aula. Tapi kalau melihat lukanya, itu bukan jatuh, tapi seperti luka orang yang baru dianiaya," beber bidan desa ini.

Karena banyak menemukan kejanggalan pada jasad anaknya, ayah korban, Tri Wahyudi (45), mendesak pihak yayasan jujur menceritakan penyebab hilangnya nyawa FW.

Wahyudi merasa kecewa dan tidak terima karena maksud menitipkan anaknya di pesantren supaya dibina ahlaknya dengan baik, malah maut yang didapat.

"Kami meminta yayasan pesantren tersebut bertanggungjawab dan berharap kasus ini diproses secara hukum," pinta ayah korban.

(DHS/EAL)

Baca Juga

Rekomendasi