Upaya Mengatasi Kelaparan dan Kemiskinan di Asia-Pasifik Terancam Gagal

Upaya Mengatasi Kelaparan dan Kemiskinan di Asia-Pasifik Terancam Gagal
Masyarakat sedang mendaftar untuk mendapatkan vaksin Moderna Covid-19 di situs vaksinasi sekolah di Manila, Filipina, pada 10 Agustus 2021. (Reuters/Eloisa Lopez)

Analisadaily.com, Manila - Bank Pembangunan Asia (ADB) menyatakan, pandemi virus Corona mungkin telah mendorong sebanyak 80 juta orang di negara Asia ke dalam kemiskinan ekstrem tahun lalu.

Keadaan itu mengancam akan menggagalkan kemajuan tujuan global untuk mengatasi kemiskinan dan kelaparan pada tahun 2030.

Tingkat kemiskinan ekstrem di Asia yang sedang berkembang atau proporsi penduduknya yang hidup dengan kurang dari US$1,90 per hari, akan turun menjadi 2.6 persen pada tahun 2020 dari 5.2 persen pada tahun 2017 tanpa Covid-19.

Tetapi krisis kemungkinan mendorong angka yang diproyeksikan tahun lalu lebih tinggi sekitar 2 poin persentase.

Angka itu bahkan bisa lebih tinggi mengingat ketidaksetaraan di bidang-bidang seperti gangguan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan yang semakin dalam karena krisis Covid-19 mengganggu mobilitas dan menghentikan kegiatan ekonomi.

“Ketika dampak sosial ekonomi dari tanggapan terhadap virus terus terungkap, orang-orang yang sudah berjuang untuk memenuhi kebutuhan berisiko terjerumus ke dalam kehidupan kemiskinan,” kata pemberi pinjaman yang berbasis di Manila itu.

Diantara ekonomi yang melaporkan di Asia dan Pasifik, yang mengacu pada 46 negara berkembang dan tiga negara maju anggota ADB, hanya sekitar satu dari empat yang mencatat pertumbuhan ekonomi tahun lalu.

Karena tingkat pengangguran meningkat, wilayah tersebut juga kehilangan sekitar 8 persen jam kerja, yang mempengaruhi rumah tangga miskin dan pekerja di sektor informal.

Kerusakan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi semakin meningkatkan tantangan untuk memenuhi tujuan pembangunan global yang diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2015.

Anggota PBB dengan suara bulat meloloskan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, yang dikenal sebagai SDGs, pada tahun 2015, menciptakan cetak biru tugas-tugas mengakhiri kelaparan dan ketidaksetaraan gender hingga memperluas akses ke pendidikan dan perawatan kesehatan.

Tujuan memiliki tenggat waktu 2030.

"Asia dan Pasifik telah membuat langkah yang mengesankan, tetapi Covid-19 telah mengungkapkan garis patahan sosial dan ekonomi yang dapat melemahkan pembangunan berkelanjutan dan inklusif di kawasan ini," kata Kepala Ekonom ADB, Yasuyuki Sawada dalam pernyataan terpisah dilansir dari Channel News Asia, Selasa (24/8).

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi