Kisah Nenek Pedagang Opak Singkong dari Sipoholon

Kisah Nenek Pedagang Opak Singkong dari Sipoholon
Oppung Nurdin boru Sibarani (Analisadaily/Candra Sirait)

Analisadaily.com, Tarutung - Untuk kawasan Tapanuli, khususnya di Tarutung cemilan ini sering disebut karupuk (kerupuk) piarpiar. Namun dalam bahasa Indonesia sering disebut opak singkong.

Kerupuk piarpiar atau opak singkong dari zaman ke zaman masih tetap diminati sebagai cemilan ketika sedang ngopi atau ngeteh.

Rasanya gurih dan renyah banyak membuat masyarakat yang ketagihan ketika mencobanya.

Kerupuk opak singkong terbuat dari ubi kayu yang direbus dan ditumbuk. Selanjutnya dimasukkan dalam cetakan bulat dan digoreng.

Di Tarutung, opak singkong atau piarpiar masih dijajakan dan dijual oleh sejumlah warga ke kedai-kedai kopi dan warung-warung makan.

Salah seorang penjualnya adalah Oppung Nurdin boru Sibarani. Meski usianya sudah senja, semangat nenek berusia 74 tahun itu tak pernah pudar untuk membuat dan menjual piarpiar.

Oppung Nurdin masih semangat berdagang kerupuk piarpiar keliling Tarutung setiap harinya.

"Saya sudah puluhan tahun menjual kerupuk piarpiar di sini (Tarutung)," ujarnya saat diwawancarai di salah satu warung pinggiran tanggul Sungai Sigeaon Tarutung, Sabtu (16/10).

Menurutnya, sebelum dijajakan keliling Tarutung, kerupuk piarpiar terlebih dahulu dibuat di rumah. Setiap hari ia mampu membuat 100 opak.

"Setiap hari saya mampu membuat sebanyak 100 buah piarpiar untuk dijual," sebutnya.

Untuk satu buah kerupuk piarpiar, warga Pintu Bosi, Desa Situmeang Hasundutan, Kecamatan Sipahutar, ini menjualnya dengan harga Rp1.000.

"Setiap harinya jualan kerupuk piarpiar ini memang selalu habis," ucapnya.

Selain menjual piarpiar, setiap hari Oppung Nurdin juga menjual tape dan kacang di Tarutung.

(CAN/EAL)

Baca Juga

Rekomendasi