Harga Beras Naik, Pengamat: Waspadai Potensi Ancaman Inflasi Lebih Besar

Harga Beras Naik, Pengamat: Waspadai Potensi Ancaman Inflasi Lebih Besar
Ilustrasi - Pengemudi becak membawa beras kelas medium dari Sentral Penjualan Beras, Lhokseumawe, Aceh, Rabu (22/12/2021). (ANTARA FOTO/Rahmad)

Analisadaily.com, Medan - Harga beras di beberapa pasar tradisional di Kota Medan menunjukan kenaikan harga. Kenaikannya mencapai Rp 500 per Kg untuk semua jenis beras.

Mulai dari beras yang murah, medium, hingga yang super. Dari hasil pantauan di lapangan, telah terjadi kenaikan harga beras di beberapa pasar tradisional di Pulo Brayan dan Sukaramai.

Pengamat Ekonomu Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, sejak kemarin, merujuk data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga beras di pasar tradisional naik menjadi Rp 9.500 hingga Rp 13.000 per Kg, untuk semua jenis beras.

“Berdasarkan hasil penelusuran ke kilang padi, kita juga menemukan kenaikan harga gabah sekitar Rp 400 per Kg-nya. Jadi, ini yang memicu kenaikan harga beras belakangan ini,” kata Gunawan, Jumat (14/1).

Kenaikan harga gabah tersebut sudah berlangsung dalam satu bulan terakhir. Kenaikan harga beras tersebut tentunya perlu diwaspadai, karena kontribusi terhadap tekanan inflasinya sangat besar.

“Ini bahan pangan utama masyarakat Indonesia termasuk Sumut, harganya memang harus bisa dikendalikan agar tidak memperkeruh masalah lainnya,” sebut Gunawan.

Menurutnya, walaupun semua memahami harga beras ini akan tetap mampu terkendali, biasanya juga kalau sudah naik sekali seperti saat ini umumnya tidak akan terjadi kenaikan lagi, setidaknya dalam satu tahun ke depan.

“Akan tetapi, ada masalah di mana sejumlah harga kebutuhan pangan dunia mengalami kenaikan belakangan ini,” ujarnya.

Gunawan menyebut, yang paling terlihat adalah kenaikan harga jagung, yang belakangan kerap memicu kenaikan harga daging ayam. Selain itu kenaikan harga jagung juga menjadi indikasi kemungkinan tren kenaikan harga bahan pokok lainnya. Termasuk gandum dan beras.

Di sisi lainnya, di pasar saat ini juga terjadi peningkatan permintaan pupuk dan pestisida yang tinggi. Sejak harga sawit naik tahun lalu, harga pestisida di Sumut rata-rata mengalami kenaikan sekitar 50% dalam bulan terakhir. Bahkan dalam 4 bulan terakhir harga pupuk sudah melonjak sekitar 70%.

“Jangan sampai kenaikan pupuk dan pestisida tersebut justru memicu kenaikan biaya produksi beras di tingkat petani. Pemerintah harus benar-benar memantau kondisi petani. Ini sangat penting dalam pengendalian harga beras di masyarakat,” tandasnya.

(RZD)

Baca Juga

Rekomendasi