Ruang Berita Pertama di Somalia: Dari, Untuk, dan Oleh Perempuan

Ruang Berita Pertama di Somalia: Dari, Untuk, dan Oleh Perempuan
Ruang Berita Pertama di Somalia: Dari, Untuk, dan Oleh Perempuan (REUTERS)

Analisadaily.com, Mogadishu - Orang-orang sering tertawa ketika Fathi Mohamed Ahmed memberi tahu bahwa dia mengelola ruang berita pertama dan satu-satunya dikelola oleh perempuan di Somalia, negara yang dikenal sebagai salah satu tempat paling berbahaya untuk menjadi seorang reporter.

Namun Bilan, kantor media tempat Ahmed bekerja sebagai pemimpin redaksi, jauh dari lucu tadi, karena setiap hari memproduksi campuran berita hard news dan feature mendalam untuk khalayak lokal dan terkadang internasional.

Dalam hampir 18 bulan beroperasi, Bilan, yang berarti “menyinari”, telah mengatasi prasangka dan rasa tidak aman untuk menyoroti beberapa topik yang paling tabu di Somalia, termasuk epidemi narkoba pada perempuan, albinisme, perempuan yang hidup dengan HIV, dan rasa malu saat menstruasi.

“Terkadang jiwa saya berkata bahwa saya tidak dapat melanjutkan pekerjaan karena rasa tidak aman dan tekanan masyarakat. Namun, ini adalah karier yang saya cintai sejak kecil dan impian yang masih hidup dalam diri saya,” kata Ahmed, melansir Reuters, Senin (25/8/2023).

Meskipun program ini didukung oleh UNDP, keberhasilannya tidak diraih dengan mudah atau tanpa risiko bagi Ahmed dan timnya.

Dengan lebih dari 50 jurnalis terbunuh sejak tahun 2010, Somalia adalah negara paling berbahaya bagi jurnalis di Afrika, menurut Reporters Without Borders.

Komite Perlindungan Jurnalis menempatkan Somalia pada urutan terakhir dalam Indeks Impunitas Global, yang mengukur jumlah pembunuhan jurnalis yang belum terpecahkan berdasarkan persentase populasi suatu negara.

Sebagai masyarakat yang sangat patriarkal, sebagian orang merasa sulit mendiskusikan isu-isu perempuan secara terbuka, kata Ahmed. Yang lain mengeluh bahwa cerita Bilan mencemarkan reputasi negara.

“Kami tahu warga Somalia, bagi mereka masalah anak perempuan adalah hal yang memalukan,” katanya.

“Misalnya tanda-tanda masa remaja seperti menstruasi, dimana anak perempuan tidak diajarkan gejala kewanitaan di kelas-kelas sekolah,” sahutnya.

Cerita tentang stigma seputar menstruasi menjadi salah satu berita Bilan yang paling viral ketika disiarkan awal tahun ini, ditonton lebih dari 130.000 kali dan puluhan komentar di Facebook.

“Dulu saya merasa takut ketika ingin menceritakan masalah pribadi saya kepada guru. Saya gagal mengungkapkan masalah saya,” kata Maria Abdullahi Jama, siswi berusia 19 tahun di Bondhere School di Mogadishu.

“Saya mengimbau siswa untuk tidak merasa malu dan takut,” ungkapnya.

Kisah ini mendorong Kementerian Perempuan untuk menawarkan kerja sama dalam kampanye advokasi, dan telah memenangkan setidaknya satu ulama Islam, sebuah kelompok yang seringkali menganut pandangan paling konservatif dalam masyarakat Somalia.

“Adalah baik untuk memberikan kesadaran kepada para gadis tentang menstruasi dan bagaimana menjaga kebersihan sehingga mereka melihatnya sebagai sesuatu yang wajar yang dimiliki semua wanita,” kata Syekh Abdi Hayi, yang berdakwah di Masjid Omar Ibnu Khadab.

Bilan telah merevolusi agenda pemberitaan di Somalia, kata Abdallah Al Dardari, direktur Biro Regional Program Pembangunan PBB untuk Negara-negara Arab.

“Dengan suara unik mereka dan semakin luasnya jangkauan merek Bilan Media, mereka menciptakan tuntutan akan perubahan dan perlakuan yang lebih baik terhadap perempuan dan anak perempuan yang tidak dapat diabaikan,” pungkas Al Dardari.

(DEL)

Baca Juga

Rekomendasi