Mayat Wanita Ditemukan di Tali Air Irigasi Simalungun, Diduga Meninggal Akibat Epilepsi (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Simalungun - Peristiwa mengejutkan terjadi di Kabupaten Simalungun pada Sabtu pagi (10/8). Warga menemukan sesosok mayat wanita di Tali Air Irigasi yang terletak di perbatasan Huta II Nagori Bandar Siantar dan Huta IV Nagori Dolok Malela.
Penemuan ini segera memicu respons cepat dari Polsek Bangun, Polres Simalungun, yang langsung mengevakuasi jenazah tersebut.
Mayat yang kemudian diidentifikasi sebagai Mega Pertiwi, seorang ibu rumah tangga berusia 32 tahun, ditemukan Sumardi alias Bolo, petani yang tinggal di Huta II Nagori Bandar Siantar, saat sedang melintas di sekitar lokasi.
Sumardi segera mencari bantuan dari warga sekitar, termasuk Jupri, yang kemudian menyebarkan kabar kepada warga lainnya. Dalam waktu singkat, warga sekitar berbondong-bondong menuju lokasi untuk melihat langsung kejadian tersebut.
Kapolsek Bangun, AKP Esron Siahaan, segera menggerakkan timnya setelah menerima laporan dari Pangulu Bandar Siantar, Toib. Bersama dengan Kanit Reskrim Polsek Bangun, Ipda Surya Moris, serta beberapa anggota polisi lainnya, mereka tiba di lokasi dan segera memasang garis polisi untuk mengamankan area.
Petugas medis dari Puskesmas Bandar Siantar, yaitu Herlina dan Ledina, juga hadir di TKP untuk melakukan pemeriksaan awal terhadap jenazah. Hasil pemeriksaan medis tidak menemukan adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh Mega Pertiwi, yang memperkuat dugaan kematiannya bukan akibat tindak pidana.
Dugaan semakin kuat setelah polisi melakukan interogasi terhadap keluarga korban. Dari hasil interogasi, diketahui Mega Pertiwi telah menderita penyakit epilepsi selama 2 tahun terakhir.
Menurut keterangan kedua orang tua Mega, Satiran dan Sumiati, pada Jumat (9/8), Mega masih sempat mengantarkan anaknya ke sekolah sebelum hilang. Saat terakhir kali terlihat oleh ayahnya pukul 14.30 WIB, Mega sedang berada di rumah mereka, di Huta IV Nagori Dolok Malela.
“Saat Mega tidak kembali hingga malam hari, keluarga mulai khawatir. Namun, mereka tidak langsung melapor ke pihak berwajib, karena mengira Mega pergi ke rumah bibinya di Tebingtinggi untuk mencari pekerjaan,” kata Esron.
Kekhawatiran tersebut berubah menjadi kesedihan mendalam ketika mereka akhirnya mengetahui mayat yang ditemukan di Tali Air Irigasi tersebut adalah Mega Pertiwi. Identitas Mega dipastikan oleh ayahnya, Satiran, yang mengenali wajah putrinya di TKP.
Menyadari riwayat penyakit epilepsi yang diderita Mega, keluarga korban menerima dengan ikhlas kenyataan kematiannya kemungkinan besar disebabkan oleh penyakit tersebut, yang mungkin memicu tenggelamnya Mega di irigasi.
Mereka memutuskan untuk tidak melakukan visum et repertum dan menganggap kejadian ini sebagai musibah. Jenazah Mega Pertiwi kemudian dibawa pulang ke rumah duka di Huta IV Nagori Dolok Malela untuk disemayamkan.
“Kasus ini ditutup sebagai kasus non-pidana, mengingat tidak adanya indikasi kekerasan yang terlibat. Proses evakuasi dan penanganan di lokasi kejadian berlangsung dengan lancar berkat kesigapan aparat kepolisian dan kerja sama masyarakat setempat,” pungkas Esron.
(RZD)