2 Kapal Nelayan Karam di Perairan Sumut: 9 Nelayan Selamat, 7 Korban Masih Hilang

2 Kapal Nelayan Karam di Perairan Sumut: 9 Nelayan Selamat, 7 Korban Masih Hilang
2 Kapal Nelayan Karam di Perairan Sumut: 9 Nelayan Selamat, 7 Korban Masih Hilang (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Tim SAR Gabungan di Sumatera Utara (Sumut) tengah melakukan operasi pencarian besar-besaran terhadap tujuh korban yang hilang, menyusul karamnya dua kapal nelayan penangkap ikan akibat dihantam ombak tinggi dan cuaca buruk di perairan Sumut pada Minggu (23/11).

Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Kelas A Medan, Hery Marantika, menjelaskan bahwa Basarnas menerima laporan karamnya dua kapal di lokasi dan waktu yang berbeda.

Kapal Pertama (Perahu Kecil) dilaporkan karam di Perairan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara, pada Minggu sore sekitar Pukul 17.00 WIB.

Kemudian kapal dedua (KM Jaya Mandiri 5) dilaporkan karam di Perairan Kuala Tanjung Balai-Asahan, pada Minggu malam sekitar Pukul 23.00 WIB.

"Untuk proses pencarian dan evakuasi, kami menurunkan KN SAR Sanjaya dari Pos SAR Tanjung Balai, serta LCR di lokasi terpisah," ungkap Hery, Selasa (25/11).

Pada insiden kapal pertama di Tanjung Tiram, Tim SAR gabungan berhasil menemukan dan mengevakuasi sembilan orang nelayan dalam keadaan selamat. Namun, satu korban bernama Mukhlis (60), warga Kelurahan Labuhan Ruku, Kabupaten Batubara, masih dalam pencarian.

Menurut keterangan saksi dan rekan korban, Mukhlis bersama sembilan rekannya berangkat melaut menggunakan perahu kecil pada Minggu pagi.

"Diduga saat berada di perairan Tanjung Tiram, cuaca tiba-tiba memburuk dan gelombang tinggi menghantam perahu hingga terbalik. Rekan-rekan korban berhasil menyelamatkan diri namun naas korban terbawa arus sebelum akhirnya menghilang dari pandangan," jelas Hery.

Di tempat terpisah, Tim SAR Gabungan juga masih mencari enam Anak Buah Kapal (ABK) KM Jaya Mandiri 5 yang karam di Perairan Kuala Tanjungbalai-Asahan.

Operasi pencarian ini melibatkan Tim SAR gabungan yang terdiri dari Polairud, TNI AL, BPBD Batubara, nelayan setempat, dan relawan masyarakat.

Pencarian dilakukan menggunakan metode surface search (pencarian permukaan) dengan perahu karet, menyisir radius beberapa mil laut dari titik duga korban jatuh.

Hery Marantika mengakui bahwa proses pencarian dihadapkan pada tantangan besar berupa cuaca buruk.

"Kondisi cuaca yang berubah-ubah, gelombang tinggi, serta arus kuat menjadi tantangan bagi tim di lapangan. Meski demikian, pencarian tetap dilaksanakan secara maksimal dengan pola penyisiran sektoral yang diperluas sesuai perkembangan di lapangan," tegasnya.

Basarnas mengimbau masyarakat, khususnya para nelayan, untuk selalu memperhatikan kondisi cuaca sebelum melaut.

"Keselamatan adalah yang utama. Bila terjadi cuaca ekstrem, mohon untuk tidak melaut dulu," tutup Hery.

(JW/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi