Kesehatan Sesungguhnya, Sehat Fisik dan Sehat Psikologis

Oleh: Fatimahhakki Salsabela M. Apa yang dimaksud dengan kesehatan? Acapkali diartikan kesehatan itu apa bila tubuh (fisik) tidak sakit atau dalam kondisi normal. Pada tahun 1947, WHO mencoba untuk menggambarkan kesehatan secara luas. Kesehatan (health) diartikan sebagai keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani), sosial dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.

Bila merujuk kepada konsep WHO tentang kesehatan maka kesehatan itu bukan saja sehat tubuh (fisik) akan tetapi sehat secara psikologis termasuk kehidupan rohani, sosial dan ekonomi. Konsep kesehatan tidak sebatas kesakitan dan penyakit. Namun, kesehatan merupakan kondisi total dari seseorang yang bebas dari gangguan fungsi proses biologis dan psikofisiologis, bebas dari kesakitan terhadap penyakit.

Faktanya, kondisi fisik dan psikologis seseorang selalu saling terkait. Ketika sakit fisik maka akan muncul gangguan psikologis. Sebaliknya ketika terjadi gangguan psikologis maka akan muncul sakit fisik. Tepat motto yang mengatakan, “Pada tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat”

Gangguan atau sakit psikologis seperti rasa cemas dan depresi, sedangkan sakit fisik seperti adanya infeksi, kanker dan yang lainnya. Gangguan psikologis berasal dari penyakit mental yang menjadikan depresi karena ketidakseimbang biokimia dan bisa berlanjut stres dan penyakit jantung.

Banyak pendapat para ahli tentang sehat secara psikologis seperti Perls mengatakan orang sehat menyadari kenyataan yang dimilikinya saat ini, tidak terikat kepada peristiwa masa lampau atau khayalan masa depan. Orang sehat secara psikologis memiliki kesadaran dan penerimaan penuh terhadap diri mereka siapa dan apa. Mereka menerima kelemahan dan kekuatan serta potensinya sebagai manusia.

Kemudian Perls juga mengatakan orang sehat dapat mengungkapkan impuls-impuls dan hasrat-hasrat mereka dengan terbuka dan sepenuhnya tanpa hambatan atau rasa bersalah. Orang sehat mampu memikul tanggungjawab terhadap kehidupannya sendiri, tidak saling lempar tanggung jawab kepada orang lain. Orang sehat psikologis berhubungan dengan diri dan dunia serta berhubungan dengan panca indera, perasaan dan apa yang berlangsung di sekitarnya.

Lantas pendapat Allport sehat secara psikologis memiliki kebutuhan yang terus menerus dan bervariasi serta menyukai tantangan-tantangan baru. Tidak menyukai hal-hal yang rutin dan mencari pengalaman-pengalaman baru. Mengambil risiko, berspekulasi dan menyelidiki hal-hal baru.

Dari dua pendapat (Perls dan Allport) tentang kesehatan secara psikologis itu adanya mengembangkan perhatian di luar dirinya. Namun, mampu berpartisipasi penuh dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan diri yang hangat dengan orang lain, keamanan emosional, persepsi realistis dan pemahaman diri.

Menurut Allport, orang yang sehat akan melihat ke depan yang didorong oleh tujuan dan rencana jangka panjang. Kondisi ini akan lebih terlihat pada orang yang sehat daripada orang yang neorotis. Sementara menurut Carl Rogers, orang yang sehat adalah orang yang bisa mengaktualisasikan dirinya. Aktualisasi diri terjadi berkesinambungan, tidak statis. Aktualisasi diri adalah suatu proses yang sulit dan terkadang menyakitkan. Berkembangnya konsep diri yang sehat tergantung dari pengalaman masa kecil anak dan peran cinta kasih ibu yang mengasuh, membesarkan dan mendidiknya sangat menentukan.

Sehat Secara Totalitas

Dari pendapat para ahli psikolog ini terlihat bahwa kodrat manusia yang sehat adalah orang-orang yang demikian mencintai sepenuhnya, kreatif, memiliki kemampuan pikiran yang sangat berkembang, mengamati dunia dan diri secara objektif, memiliki suatu perasaan identitas yang kuat, berhubungan dan berakar dengan dunia, subjek atau pelaku dari diri dan nasib dan bebas dari ikatan-ikatan sumbang.

Tidak mudah untuk menentukan seseorang itu sehat secara totalitas sebagaimana dengan konsep WHO tentang kesehatan itu sendiri yakni bukan saja sehat tubuh (fisik) akan tetapi sehat secara psikologis termasuk kehidupan rohani, sosial dan ekonomi.

Kesehatan secara fisik harus didukung dengan kesehatan secara psikologis, bila tidak maka kesehatan secara fisik akan terganggu. Berapa banyak orang yang droup out ketahanan tubuhnya disebabkan gangguan kejiwaan, stress yang cukup berat yakni depresi. Pada tahap ini posisi kesehatan psikologis yang mendukung dari kesehatan fisik yakni mempertahankan kondisi daya tahan tubuh untuk tetap normal atau sehat.

Konsep kesehatan menurut WHO harus didukung oleh kesehatan secara psikologis, sehat dalam kehidupan rohani, sehat dalam kehidupan sosial dan sehat dalam ekonominya. Persoalan pada negera berkembang seperti Indonesia faktor psikologis, faktor sosial dan ekonomi sangat dominan mempengaruhi kesehatan fisik. Berbeda dengan pada negara maju kesehatan secara psikologis, secara sosial dan ekonomi tidak begitu masalah meskipun secara rohani kurang memadai sehingga nilai-nilai rohani menjadi tidak begitu menonjol sehingga kesehatan lebih dipandang secara medis dan logika.

Persoalannya kesehatan secara total harus dicapai, diciptakan dalam kehidupan manusia sehari-hari sehingga tatanan kehidupan manusia bermasyarakat, berbangsa dan bernegara terjadi harmonisasi.

Konsep kesehatan yang terbaik, bila dalam menciptakan kesehatan manusia dilakukan secara simultan, saling mendukung dan tidak hanya melihat secara sepihak saja yakni hanya secara medis untuk kesehatan fisik akan tetapi harus juga kesehatan secara psikologis, kesehatan secara sosial, secara ekonomi dan secara rohani.

Masyarakat Indonesia sangat kuat dari segi kerohanian, terkenal dengan manusia yang relegius akan tetapi dari segi sosial dan ekonomi belum mapan sehingga kesehatan fisik (tubuh) yang terganggu acapkali disebabkan oleh faktor sosial ekonomi seperti penyakit busung lapar, kurang gizi dan lainnya.

Faktor sosial sangat menentukan yakni pola makan Bangsa Indonesia yang belum sesuai dengan kebutuhan tubuh sehingga dalam kehidupan sosial budaya Bangsa Indonesia sangat mempengaruhi pola makan Bangsa Indonesia seperti di daerah pesisir (tepi pantai) cenderung makanan berlemak, bersantan kelapa sehingga kadar kolestrol dalam darah menjadi tinggi.

Pada daerah tertentu seperti pada daerah pegunungan masyarakatnya cenderung banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat sehingga kandungan gizi lainnya seperti protein menjadi berkurang. Pola makan yang dipengaruhi sosial budaya masyarakat Indonesia membuat pola makan seimbang sulit ditemukan.

Pola makan setiap daerah itu dipengaruhi faktor psikologis masyarakat setempat sehingga konsep kesehatan menurut WHO masih sulit diterapkan di Indonesia. Seharusnya secara perlahan-lahan disosialisasikan konsep kesehatan menurut WHO yakni kesehatan yang sesungguhnya adalah sehat secara fisik dan sehat secara psikologis.

(Penulis adalah mahasiswi semester akhir Fakultas Psikologi Universitas Medan Area, pemerhati masalah kesehatan)

()

Baca Juga

Rekomendasi