Pesona Gamestone

Logas, Si Lumut Merah Asal Riau

Oleh: Sari Ramadhani

LUMUT umumnya berwarna hijau. Sama dengan batu akik lumut Aceh asal provinsi paling barat Indonesia. Ada hijau cerah, ada pula hijau pekat. Tergan­tung letak geografis ditemukannya gemstone itu.

Namun, tidak semuanya hijau. Batu lumut ‘logas’ asal Riau ternyata merah-kecokelatan.  Batu ini merupakan prima­dona yang tidak banyak diketahui masya­rakat. Kemunculannya di tengah pecinta batu kemungkinan lebih lambat diban­dingkan jenis gemstone lainnya.

Batu ini banyak ditemukan di daerah Logas Tanah Darat, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Nama batu diambil sesuai dengan nama wilayahnya. Selain merah kecokelatan, batu lumut logas juga agak menyerupai pancawarna. Batu jenis ini masuk dalam kategori moss agate.

"Kalau kita bawa ke laboratorium, hasil dari identifikasi batu ini disebut moss agate. Logas memang berbeda dari batu lumut pada umumnya," kata Iik (38), pedagang gemstone di Pasar Batu Jalan Kapten Maulana Lubis Medan, Kamis (3/11).

Arti dari moss agate adalah akik lumut. Asal daerah, tempat penemuan dan bentuk lumut yang membedakan logas dengan jenis akik lumut lainnya. Kalau batu lumut asal Aceh berbeda kategori. Batu ini lebih spesifik masuk ke dalam kelas idocrase.

Karakter sebaran lumut pada logas menyerupai serat tanaman, pepohonan dan bentuk pemandangan. Bentuknya lebih abstrak dan warnanya juga lebih pekat dari lumut Aceh atau batu sungai dareh dari Padang.

Batu ini berkarakteristik badar. Jadi, jika disenter tidak akan tembus cahaya karena bukan termasuk akik kristal. Teksturnya keras. Apabila penggosok terus mengasah dengan keahliannya, logas bisa jadi sangat mengkilap dan memancarkan warna yang indah.

Logas merupakan satu dari enam batu akik favorit masyarakat dan paling dicari di Riau. Orang lokal biasa menyebutnya batu lumut merah. Karena memang di dalam logas seperti terdapat serat-serat pohon yang berjuntai seperti lumut merah pekat.

Menurut Iik, meskipun tidak sama booming-nya seperti batu lumut dari Aceh dan Padang. Tetapi lumut merah itu juga banyak digemari di Medan. Peminat batu akik cukup sering membeli batu itu di tokonya. Pecinta gemstone memiliki ketertarikan tersendiri terhadap batu tersebut.

"Harganya bervariasi mulai Rp100 ribu hingga jutaan. Peminat di Medan lumayan banyak. Apalagi kalau motifnya menye­rupai objek atau pemandangan," terang lelaki berkacamata itu.

Dalam batu logas, warnanya tidak monoton merah dan cokelat saja. Ada pula terkadang penggosok menemukan variasi warna. Jenis seperti ini lebih disukai penggemar gemstone. Harganya juga dibanderol tinggi.

Sama dengan akik lainnya, logas banyak dijadikan cincin dan liontin. Untuk motif tertentu, seperti pemandangan dan variasi warna, penggemar gemstone lebih banyak memesannya untuk dijadikan pajangan atau ikon hiasan.

Arjuna (45), pedagang gemstone asal Sumatera Selatan mengaku batu lumut logas masih sedikit kelasnya jika diper­tandingkan dalam kontes batu akik. Tetapi untuk masyarakat lokal di Riau, kelas moss agate sering dikompetisikan.

Tidak hanya memancarkan keindahan dan kilau warna menarik, batu itu dipercaya memiliki manfaat atau khasiat yang unik. Arjuna menye­butkan, batu lumut merah ini dipercaya dapat meng­hasilkan energi positif pada pemi­liknya.

"Kita percaya tidak percaya. Tetapi ada saja pembeli datang dan bercerita kalau batu ini bisa mengeluarkan racun di tubuh penggunanya. Ada pula yang katanya bisa mempererat tali per­saudaraan. Tergantung kita bagaimana menang­gapinya," jelasnya.

Meskipun booming gemstone sudah mereda. Tetapi Arjuna optimis sampai saat ini masih begitu banyak yang mencari batu asal Riau itu. Warga Riau percaya batu itu bisa menjadi ikon kota mereka. Sama dengan batu lumut asal Aceh yang sudah melekat dan identik dengan masyarakat di sana.

"Setiap daerah ingin menon­jolkan batu khas daerahnya masing-masing. Lumut merah harus lebih dipublikasikan agar masyarakat di daerah lain di Indonesia bisa mengenal dan mengoleksi batu cantik ini," tutupnya.

()

Baca Juga

Rekomendasi