Eceng Gondok Bermanfaat untuk Lingkungan

Oleh: Hasan Sitorus

Sejak dahulu, orang su­dah mengenal eceng gondok (Eichornia crassipes Mart) sebagai gulma air yang per­kembangannya agresif, tum­buh subur di sawah-sawah, danau, waduk, rawa-rawa dan saluran drainase.

Sudah menjadi anggapan umum, eceng gondok hanya memba­wa kerugian dan menim­bul­kan masalah terhadap ling­kungan, karena tumbuhan itu menutupi permukaan perair­an, menyumbat saluran alir (drainase), menurunkan nilai estetika perairan, menggang­gu penangkapan ikan di da­nau, waduk dan rawa, vektor penyakit, dan sulit dikendali­kan baik secara mekanis mau­pun kimiawi.

Anggapan tersebut dapat dibenarkan, karena selama ini manfaat eceng gondok belum banyak diketahui. Atau de­ngan perkataan lain, potensi yang dimiliki gulma air itu belum banyak diteliti, se­hing­ga ada kesan bahwa tum­buhan itu bukanlah sumber daya.

Hasil penelitian dalam 5 tahun terakhir ini telah mem­buyarkan anggapan itu, kare­na ternyata eceng gondok me­yimpan “sesuatu” yang sangat berguna bagi manusia. Informasi penelitian yang di­publikasikan melalui Journal of Tropical Biology dan Jour­nal of Natural Resources Management menyimpulkan bahwa eceng gondok adalah sumber daya alam yang pu­nya manfaat ganda bagi ma­nusia.

Hasil penelitian yang di­publikasikan dalam jurnal biologi di AS menyatakan eceng gondok dapat diman­fa­at­kan dalam pengendalian pencemaran perairan. Tum­buhan itu memiliki kemam­puan yang besar dalam me­nye­rap senyawa-senyawa ki­mia toksik dari perairan ter­cemar. Eceng gondok mam­pu menghilangkan senyawa fenolik dari perairan seba­nyak 160 kg/hektar dalam wak­tu 72 jam, menyerap fos­for sebanyak 157 kg/hektar, nitrogen 693 kg/hektar, dan menghilangkan amonium sebanyak 500 kg/hektar da­lam waktu 15 hari.

Kemampuan tumbuhan air itu untuk mengikat bahan-bahan organik dari partikel tersuspensi membuat gulma air itu mampu menjernihkan air. Kekeruhan air dapat ditu­runkan sampai 120 ppm sili­ka dalam waktu 48 jam. Hal ini mengandung arti, tum­buh­an ini dapat menurunkan TSS (total suspended solid) dan BOD (biological oxygen demand) dari perairan terce­mar.

Lebih dari itu, eceng gon­dok mampunyai kemampuan yang tinggi dalam menyerap logam berat dari perairan. Dalam setiap 1 gram berat ke­ring mampu mengabsorbsi Timbal (Pb) 0,176 mg, Mer­kuri (Hg) 0,15 mg dan Cobalt (Co) 0,568 mg dalam waktu 24 jam.

Hasil-hasil penelitian dari India juga memberikan in­formasi bahwa eceng gondok dapat digunakan sebagai ba­han baku produksi biogas, ba­han pupuk organik dan pa­kan ternak. Setiap 1 gram be­rat basah dapat meng­hasilkan biogas methan rata-rata 13,9 ml. Hasil sampingan dari pro­ses fermentasi itu digunakan untuk campuran pupuk kan­dang. Bahkan akar tumbuhan air itu juga dapat digunakan sebagai bahan pupuk organik dengan harga yang murah.

Demikian juga hasil pene­litian dari Badan Pengkajian dan Penerapan Tekonologi (BPPT) menyatakan bahwa tumbuhan air itu dapat di­man­faatkan sebagai cam­pur­an pakan ternak. Tentu kare­na tumbuhan itu mengan­dung nutrisi yang dibutuh­kan ternak. Dalam 100 gram bobot kering, mengandung pro­­tein 17,1 persen dan le­mak 3,6 persen. Oleh sebab itu, dengan melihat kandung­an nutrisi ini tidak menutup kemungkinan tumbuhan air ini menjadi bahan konsumsi sayuran di kemudian hari dengan suatu perlakuan ter­tentu.

Kandungan selulosa yang relatif tinggi pada eceng gon­dok yakni 28,2 % dari total bobot kering per 100 gram, me­rupakan bahan yang po­ten­sial untuk pem­buatan kar­dus, karton atau kertas dan ba­han kerajinan. Pembuat­an­nya dapat dilakukan dalam skala industri rumah tangga dengan teknologi sederhana, sehingga kita dapat memper­oleh kertas pembungkus yang relatif murah dan ra­mah lingkungan untuk meng­gantikan kantong plastik yang menimbulkan masalah terhadap lingkungan.

Dengan melihat fakta-fakta di atas, sangatlah ber­alas­an bila eceng gondok di­nyatakan sebagai sumber da­ya alam yang sangat berguna bagi manusia. Oleh sebab itu, eceng gondok bukan musuh manusia lagi.

Fitoremediasi

Indonesia sekarang sedang menggalakkan pelesta­rian lingkungan. Setiap pabrik atau industri diwajibkan mem­buat instalasi peng­olah­an air limbah dengan kebe­bas­an memilih teknologi pengolahan limbah (wastewater treatment). Keba­nyak­an industri menggunakan pengolahan limbah dengan perlakuan primer (primary treatment) seperti pengen­dap­an (settling) dan perla­ku­an tersier (tertiary treatment) seperti penggunakan bahan kimia, sedangkan perlakuan biologis baik menggunakan mikroba (bioremediasi) atau tumbuhan (fitoremediasi) masih jarang dilakukan. Oleh sebab itu, informasi ke­mampuan eceng gondok da­lam pengolahan limbah patut dipertimbangkan industri atau pabrik, terlebih-lebih dikombinasikan dengan sis­tem perlakuan lainnya, maka diyakini akan meningkatkan efisiensi teknis dan ekonomis pengolahan air limbah indus­tri.

Penggunakan tumbuhan air ini dalam pengolahan lim­bah memberikan keun­tung­an, antara lain tumbuhan ini cukup tersedia di alam, tidak memerlukan keahlian khu­sus, dan sisa tumbuhan yang sudah mati dapat digunakan sebagai penutup tanah untuk kebun sawit.

Pemanfaatan eceng gon­dok sangat dianjurkan untuk pengolahan limbah yang ba­nyak mengandung bahan or­ganik, karena bahan itu dapat terurai di alam. Tumbuhan yang sudah mati dari kolam pengolahan limbah dapat dikeringkan dan dibuat men­jadi kompos untuk berbagai kebutuhan. Sedangkan untuk menyerap logam dapat digu­na­kan dengan syarat sisa tum­buhan yang telah mati tidak dimanfaatkan untuk kompos, tetapi hanya sebagai penutup tanah lembah atau tanah rawa.

Demikian halnya dengan eceng gondok yang tumbuh subur di perairan tercemar berat, janganlah dimanfaat­kan untuk pakan ternak, te­ta­pi digunakan untuk manfa­at lain seperti pembuatan ta­li, topi, tas atau produk kera­jinan lainnya.

Dengan demi­kian, peman­faatan tumbuhan ini harus memperhatikan lokasi tum­buhnya. Bila tum­buh di sa­wah-sawah, danau atau wa­duk, tentu pemanfa­atannya tidak perlu dikhawa­tirkan untuk pakan ternak, tetapi bila tumbuh di parit busuk hendaknya tidak dimanfaat­kan untuk pakan ternak ka­rena dikhawatirkan mengan­dung bahan pencemar toksik seperti logam berat.

Pemanfaatan eceng gon­dok secara kontinyu mempu­nyai manfaat ganda, yakni eceng gondok dapat terken­dali di perairan, dan di pihak lain dapat dihasilkan bahan bernilai ekonomis dan ber­manfaat dalam pengelolaan limbah untuk kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, eceng gondok bukanlah gul­ma yang harus dimusnahkan dari perairan.

(Penulis adalah dosen tetap di Universitas Nom­men­sen Medan)

()

Baca Juga

Rekomendasi