Kesehatan Jiwa Orang yang Berpuasa

Oleh: Fatimahhakki Salsabela, S.Psi

PENELITIAN dilakukan di University of Southern California, Ame­rika Serikat menemukan bahwa ber­puasa selama dua hari atau lebih da­pat membantu menguatkan sistem ke­ke­balan tubuh. Val­ter Longo, seorang peneliti menjelaskan, ketika manusia kelaparan, sistem akan men­coba untuk menghemat ener­gi. Salah satu caranya adalah dengan mendaur ulang ba­nyak sel-sel kekebalan tubuh yang tidak di­pakai dan telah rusak, termasuk ke­mo­terapi pada pasien kanker. (dikutip dari tempo.co)

Sementara banyak ber­asum­si ber­puasa membuat tu­buh tidak sehat, pe­nyakit maag bisa kambuh. Ternyata ber­bagai penelitian mem­ban­tah asum­si itu. Penelitian di­lakukan di University of Southern California, Ame­ri­ka Serikat terungkap tubuh ber­pua­sa akan mengirimkan sinyal mem­beri tahu sel in­duk untuk beregenerasi dan mem­ba­ngun kembali seluruh sistem keke­ba­lan menjadi baru. Jika sistem keke­ba­lan sudah "baru" maka tubuh akan semakin kuat.

Penelitian Juni 2014 dite­liti para pasien kanker de­ngan berpuasa selama 72 jam se­belum kemoterapi. Uji coba itu menemukan ber­puasa da­pat me­ngurang efek sakit dan kematian ka­rena obat kemo­terapi. Sekresi asam lam­bung menurun mengurangi rang­sang luka dinding lambung bermanfaat bagi penderita radang lambung baik yang akut maupun kronis.

Hadist Nabi Muhammad Saw me­ngatakan berpuasa itu menyehatkan tubuh. Ternya­ta pada tubuh orang ber­puasa terjadi peningkatan HDL dan pe­nurunan LDL yang ber­man­faat bagi ke­sehatan jan­tung dan pembuluh darah. Ber­puasa menurunkan kadar gula darah, kolesterol dan mengen­da­likan tekanan da­rah sangat baik bagi penderita penyakit diabetes, kolesterol tinggi dan darah tinggi.

Penelitian itu membukti­kan ber­puasa memperbaiki ker­ja pencer­naan, member­sih­kan tubuh dari sisa-sisa dan endapan makanan. Keti­ka berpuasa, tidak minum da­pat meningkatkan kon­sen­­trasi urin dalam ginjal. Se­mua ber­dasarkan hasil pene­litian menunjuk­kan orang berpuasa pola makannya ber­­sifat rotatif sehingga terjadi penu­runan berbagai hormon bermanfaat bagi kesehatan tubuh.

Tubuh sehat, jiwa pun sehat

Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Hal ini terbukti ketika manusia berpuasa tubuhnya menjadi se­hat maka jiwanya juga se­hat. Ter­buk­ti orang berpuasa ji­wanya tenang sebab menu­run adrenalin. Ketika jumlah adrenalin meningkat sampai 20-30 kali lipat maka muncul amarah, membuat tekanan da­rah ke jantung semakin kuat.

Seorang peneliti di Mos­kow me­neliti seribu orang pen­derita kelainan mental termasuk sizofrenia. Ternyata dari seribu orang penderita kelainan mental sekitar 65% kondisi men­talnya membaik dengan mela­ku­kan puasa. Sekelompok mahasiswa di University of Chicago dimin­ta ber­pua­sa selama tujuh hari dan selama itu ter­nyata ke­waspadaan mental mereka me­­ningkat dan dalam proses belajar me­ningkat, ternyata ketika lapar piki­ran menjadi lebih tajam.

Seorang ilmuwan kejiwa­an Dr. Eh­ret menyatakan ber­puasa berman­faat bagi mental. Secara ilmiah dapat di­buk­tikan lapar adalah masa­lah kelan­ju­tan hidup, jadi wa­jar ketika orang la­par pi­kirannya semakin tajam dan kreatif.

Tentang kesehatan mental orang berpuasa, seorang il­muwan psikiater Dr. E.A. Moras meneliti seorang pasi­en wanita menderita sakit men­tal selama lebih dari de­lapan bulan dan ketika disu­ruh berpuasa ternyata meng­alami perbaikan kondisi mental dan bahkan dinyatakan sem­buh setelah berpuasa se­lama lima minggu. Lantas  psi­kiater Dr. E.A. Moras ber­sama ahli syaraf meneliti wa­nita yang sembuh itu, ter­nya­ta dalam otak wanita itu ada sel yang disebut “neuroglial cells” yang berfungsi sebagai pembersih dan penyehat otak. Ternyata ketika berpua­sa selama lima minggu itu sel-sel neuron yang mati atau sakit “dimakan” oleh sel-sel neuroglial. Hal ini sejalan de­­ngan hasil penelitian se­orang psi­kiaters dari Har­vard, Dr. Ratey menilai peng­aturan dan pembatasan asup­an kalori akan meningkatkan kinerja otak.

Berpuasa bisa menyehat­kan jiwa karena menda­tang­kan ketenangan jiwa bagi orang yang berpuasa. Fakta me­narik hampir pada semua rumah sakit di Amerika Seri­kat diisi oleh pasien gang­gu­an mental karena tidak terpe­nuhinya kebutuhan psikis dasar yang harus dipuaskan.

Setelah diteliti penye­bab­nya nafsu pada manusia sa­ngat dominan se­hingg­a psikis tidak terpuaskan atau tidak pernah merasa puas berakibat gang­guan mental, sementara berpuasa mampu mengen­dalikan nafsu. Berpua­sa me­ngendalikan nafsu manusia, bukan mematikan nafsu ma­nusia. Fe­nomena yang ada dalam perkem­ba­ngan pemi­kiran dan pera­daban ma­nusia tidak sama disebabkan ting­kat kepuasan individu yang berbeda. Cita-cita, impian se­tiap manusia berbeda dan ting­kat kesadaran untuk me­nik­mati kehidupan layak me­nurut ke­inginan masing-ma­sing. Hal ini karena ba­­tasan kehidupan layak itu tanpa batas sehingga tingkat ke­puas­an tak terhingga.

Berpuasa mengendalikan hawa nafsu sehingga ada pem­batas, ada pe­ngen­dali pa­da diri manusia sebatas ke­mampuan. Seorang ahli psi­kologi aga­ma, Zakiah Dara­djat menilai pelak­sanaan aga­ma dalam kehidupan sehari-hari dapat membentengi se­seorang dari gangguan jiwa (mental) dan dapat pula me­ngembalikan jiwa bagi orang yang gelisah.

Kegelisahan dan kecemas­an yang tidak berujung itu da­­pat diatasi dengan mengen­dalikan hawa nafsu, keti­dak­puasan dan kekecewaan bagi orang ber­puasa akan hilang. Berpuasa mem­berikan kete­nangan jiwa maka tercipta ke­sehatan jiwa.

Berdasarkan sifat dari pua­sa maka pua­sa merupakan latihan atau uji kesa­daran, pengendalian emosi dan naf­su. Se­cara psikologis ber­pua­sa menja­dikan diri atau tubuh mampu mengen­da­likan naf­su. Berpuasa berpengaruh po­sitif kepada rasa (emosi), cipta (ra­sio), karsa (will), kar­ya (performance) dan men­jadikan pribadi yang sa­bar dan ikhlas. Akhirnya ber­puasa menye­hat­kan mental karena ada latihan kejiwaan yang dilakukan dengan jujur menahan lapar dan dahaga meskipun sedang se­orang diri, tidak ada orang yang me­nga­wasi akan sehingga meng­hilang­kan kegelisahan dan gangguan jiwa.

Zakiah Daradjat, berpen­da­pat de­finisi kesehatan mental adalah ter­hin­darnya sese­orang dari gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari geja­la-gejala pe­nyakit jiwa (psy­chose). Ke­mam­puan sese­orang untuk me­nyesuaikan di­ri dengan diri sendiri, de­ngan orang lain dan masya­rakat serta lingkungan di ma­na ia hidup.

Secara umum gangguan atau penyakit jiwa antara lain Fobia yakni rasa takut yang tidak rasional dan tidak rea­listis. Obsesi, yakni corak pi­kiran yang sifatnya terpaku (persistent) dan berulangkali muncul. Kompulsi, yakni sua­tu pola tindakan atau per­buatan yang diulang-ulang.

Secara psikologi, kesehat­an mental umumnya selalu terintegrasi dalam pengem­bangan pribadi dalam artian kondisi kejiwaan. Perkem­bangan keji­waan yang normal secara emosional, secara intelektual dan sosial. Pene­litian Nicolayev, seorang gu­ru besar bekerja pada lem­ba­ga psikiatri Mosow (the Mos­­kow Psychiatric Institute), men­coba menyembuhkan gang­guan kejiwaan dengan berpuasa.

Dalam usahanya mentera­pi pasien sakit jiwa dengan menggunakan puasa selama 30 hari, Nicolayev mengada­kan penelitian eksperimen dengan mem­bagi subjek men­jadi dua kelom­pok sama besar, baik usia maupun be­rat ringannya penyakit yang di­derita. Kelompok pertama di­beri pengobatan dengan ra­muan obat-obatan.

Sedangkan kelompok ke­dua di­perin­tahkan untuk ber­puasa selama 30 hari. Dua ke­lompok itu dimonitor per­kembangan  fisik dan men­tal­nya de­ngan tes-tes psiko­logis. Ternyata di­peroleh ha­sil pasien yang tidak bisa di­sembuh­kan dengan terapi me­dik, bisa di­sem­buhkan de­ngan puasa. Ber­dasarkan ha­sil penelitian, berpuasa mem­­beri penga­ruh besar bagi pen­de­rita gangguan kejiwaan, juga penderita insomnia.

Berpuasa memperoleh ke­tenangan jiwa sebab mampu mengendalikan nafsu yang ingin memperoleh kepua­san yang tidak terhingga. Kini umat Islam melaksanakan iba­dah puasa Ramadan se­bulan penuh yang sudah pasti menyehatkan tubuh dan men­tal.

(Penulis pemerhati masa­lah psi­kologi kesehatan ma­syarakat, alumni Fakultas Psikologi UMA Medan)

()

Baca Juga

Rekomendasi