Valuta Asia Kembali Terapresiasi

valuta-asia-kembali-terapresiasi

Singapura, (Analisa). Sebagian besar mata uang Asia masih melanjutkan penguatan  terhadap dolar AS, Kamis (3/10), karena data ekonomi AS yang lemah meningkatkan ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Re­serve AS (Fed) dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi negara itu.

Perlambatan pertumbuhan manufaktur dan data pekerjaan yang lemah dari ne­gara ekonomi terbesar dunia itu semakin meningkatkan kekhawatiran perlambatan ekonomi AS, sementara Washington pada Rabu (2/10) mengumumkan tarif baru atas barang impor Eropa yang dapat me­micu aksi pembalasan dari zona euro.

Di antara sejumlah mata uang Asia, baht memimpin penguatan dengan kenai­kan 0,3 persen. Disusul oleh dolar Singa­pura dengan kenaikan 0,1 persen.

Baht menguat dan tercatat sebagai pe­main regional terbaik pada Kamis dito­pang oleh surplus transaksi berjalan dan cadangan devisa Thailand yang kuat. Na­mun, mata uang Negeri Gajah Putih ini masih cenderung terkoreksi di tengah pe­rang perdagangan AS-Tiongkok yang ber­kepanjangan dan mendorong Bank Sentral Thailand (BoT) untuk untuk membatasi aliran modal.

Dolar Singapura naik tipis namun diprediksi akan kembali melemah seiring meningkatnya dampak perselisihan per­da­gangan AS dan Tiongkok. Sejumlah analis memproyeksikan Bank Sentral Singapura akan melakukan pelonggaran moneter di masa mendatang.

Seorang analis di Societe Generale mengatakan, saat ini kondisi perekono­mian makro lebih lemah dibandingkan estimasi penurunan yang telah ditentukan oleh  Otoritas Moneter Singapura, Mone­tary Authority of Singapore (MAS), me­ningkatkan ekspektasi pemangkasan suku bunga.

Pasar keuangan di Tiongkok tutup ka­rena libur nasional.

Pasar keuangan di Korea Selatan tutup karena libur nasional.

Rupiah masih melanjutkan penguatan terhadap dolar AS pada Kamis seiring perlambatan ekonomi AS. Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjen­dra di Jakarta mengatakan, tanda-tanda perlambatan ekonomi AS dan meningkat­nya ketidakpastian perdagangan AS-Tiongkok terus menekan safe-haven dolar AS dan meningkatkan minat investor untuk aset berisiko, termasuk mata uang garuda.

Berdasarkan Automatic Data Proc­essing (ADP), jumlah tenaga kerja di sek­tor swasta AS pada September hanya me­ningkat 135.000, sedikit lebih rendah di­ban­dingkan perkiraan pasar dengan ke­naikan 140.000. Ariston juga menam­bahkan, ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok juga telah melemahkan negara ekonomi terbesar dunia itu.

Pada awal perdagangan rupiah dibuka pada 14.190

Pada pukul 10.00 rupiah berada pada level 14.185

Di akhir perdagangan rupiah berada pada tingkat 14.170, menguat dari perdagangan sebelumnya.

Kurs terakhir berbagai mata uang Asia terhadap dolar AS, tercatat sebagai berikut:

Dolar Singapura: 1,383, naik dari 1,385

Dolar Taiwan: 31,05, stabil

Won Korea: -

Baht Thailand: 30,56, naik dari 30,66

Peso Pilipina: 51,89, naik dari 51,94

Rupee India: 71,11, turun dari 71,08

Ringgit Malaysia: 4,186, naik dari 4,190

Yuan Tiongkok: -

Di Tokio, yen melonjak terhadap dolar AS pada Kamis di tengah meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve AS (Fed) akibat dari per­lam­batan ekonomi AS. sementara keti­dak­pastian hubungan perdagangan de­ngan Tiongkok melemahkan dolar AS secara berkelanjutan.

Mata uang Negeri Paman Sam itu semakin tertekan dipicu oleh perlambatan perekrutan tenaga kerja pada September, membuktikan bahwa perselisihan perda­ga­ngannya dengan Tiongkok telah me­lukai negara ekonomi terbesar dunia itu.

Dolar AS terakhir tercatat 107,12 yen, turun 1,4  persen dibandingkan dengan level sebelumnya.

Di London, euro menguat terhadap dolar AS pada Kamis di tengah perlamba­tan ekonomi AS, meningkatkan ekspek­tasi pasar bahwa Federal Reserve AS (Fed) akan kembali melakukan pelongga­ran moneter lebih lanjut.

Marc Chandler, Kepala ahli strategi pasar di Bannockburn Global Forex me­nga­takan, euro masih melanjutkan pengu­atan sesi sebelumnya untuk pertama kali dalam tiga pekan dan tengah berupaya un­tuk memperpanjang reli hingga tiga sesi berturut-turut, yang memang sebe­lum­nya telah melemah selama dua bulan berturut-turut.

Yen  Jepang: 106,98, turun dari 107,41

Franc Swiss: 1,0006, naik dari 0,9997

Dolar Kanada: 1,3336, naik dari 1,3245

Sterling terhadap dolar: 1,2372, naik dari 1,2267

Euro terhadap dolar: 1,0960, naik dari 1,0933

HARGA EMAS

Di Comex  New York, harga emas me­le­mah pada pembukaan Kamis.

Kontrak Desember 2019 diperda­gangkan pada level $1.506,90 per ounce, turun $0,07.

Harga spot kitco pada pukul 13.30 GMT (20.30 WIB) tercatat $1.499,70 per ounce, naik 0,05 persen.

Di London, harga emas stabil pada Kamis dari kenaikan lebih dari 1 persen pada sesi sebelumnya  setelah AS me­ngu­mumkan tarif baru atas barang impor Ero­pa, semakin meningkatkan ketidakpastian prospek pertumbuhan global.

AS pada Rabu mengatakan pihaknya akan memberlakukan tarif baru untuk ba­rang-barang impor tertentu dari Uni Eropa setelah Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memberikan Washington lampu hijau untuk menerapkan tarif se­besar US$7,5 miliar atas barang impor dari kawasan tersebut.

John Meyer, analis di SP Angel me­ngatakan, tarif Presiden AS Donald Tru­mp terhadap sejumlah produk tertentu Eropa menciptakan ketidakpastian dan ber­potensi menimbulkan kegagalan eko­nomi.

London, harga emas $1.499,71 per ounce, stabil dari penutupan sebelumnya di New York.

Harga perak tercatat $17,52 per ounce, turun 0,2 persen dari penutupan sebe­lumnya.

Di Singapura, harga emas stabil pada Kamis karena investor masih menantikan data ekonomi dari AS yang dianggap se­bagai indikator kesehatan ekonomi negara ekonomi terbesar dunia itu, yang nantinya akan menjadi penentu arah kebi­jakan Fe­deral Reserve AS (Fed).

Di Singapura, harga emas $1.498,89 per ounce, stabil dari penutupan sebe­lumnya di New York.

Di Tokio, kontrak benchmark Oktober 2019 mencapai 5,163 yen per gram, menguat 3 dari penutupan sebelumnya. (Rtr/AP/AFP/ant/htb)

()

Baca Juga

Rekomendasi