Kaldera Toba Masuk UNESCO Global Geopark

Jalan Panjang Menjemput Pengakuan

Jalan Panjang Menjemput Pengakuan
Danau Toba (Analisadaily/Christison Pane)

Analisadaily.com, Samosir - Kaldera Toba resmi ditetapkan masuk Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) Global Geopark.

Keputusan itu disepakati dalam sidang ke-209 Dewan Eksekutif UNESCO di Paris, Perancis, Senin (7/7) awal pekan ini.

Kabar baik itu tentu membuat masyarakat Indonesia, termasuk yang tinggal di kawasan Danau Toba patut berbangga. Apalagi Danau Toba merupakan daerah pengembangan wisata super prioritas.

Akan tetapi, butuh waktu yang cukup lama bagi pemerintah Indonesia dan stakeholder lainnya, seperti pemerintah daerah, yang berupaya sekuat tenaga dan pikiran untuk menjemput pengakuan dari UNESCO, bahwa Danau Toba itu layak masuk sebagai warisan dunia.

Sembilan tahun menunggu, sejak diajukan pertama kali pada tahun 2011. Persetujuan baru diakui UNESCO Global Geopark pada acara The 6th Asia Pasicific Global Network (APGN) Symposium yang berlangsung di Rinjani, Lombok, 1 September 2019.

Direktur Utama Badan Otoritas Pariwisata Danau Toba (BPODT), Arie Prasetyo mengatakan, untuk masuk sebagai members UGG tidak mudah. Kata dia, keunikan dari biodiversity, geodiversity dan culture di Danau Toba, menjadi salah satu indikator diterima atau tidaknya menjadi anggota UNESCO Global Geopark.

Sebelum ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark, pengajuan yang dilakukan pemerintah Indonesia sudah dua kali ditolak, yaitu pada tahun 2014 dan 2017. Karena itu, pemerintah daerah memutar pikiran dan terus bekerja keras untuk memenuhi syarat yang direkomendasikan UNESCO.

Beberapa di antaranya, membenahi sejumlah infraatruktur di kawasan Danau Toba, memperbanyak sign board, terutama di geosite, memperbanyak sosialisasi geopark di sekolah-sekolah, menggelar aktivitas pendukung, seperti pagelaran seni budaya dengan partisipasi masyarakat lokal.

Di samping itu, pengumuman Kaldera Toba ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark bersama 16 situs lainnya juga sempat ditunda. Seharusnya diumumkan pada April 2020 lalu, namun karena wabah virus Corona melanda dunia, termasuk Paris, sidangnya pun baru dilakukan empat bulan kemudian, Juni 2020.

Namun begitu, perjuangan belum selesai, mempertahankan pengakuan dan memajukan wisata di danau vulcano terbesar di dunia itu masih terus berlanjut. Diperlukan kerjasama seluruh insan, termasuk masyarakat untuk menjaga dan melestarikan kawasan yang dikelilingi tujuh kabupaten tersebut.

Tingkatkan Ekonomi

Bupati Tapanuli Utara, Nikson Nababan, mengucapkan terima kasih atas ditetapkannya Kaldera Toba sebagai UNESCO Global Geopark.

"Kami mengucapkan terima kasih, dan kita mengharapkan Danau Toba semakin dikenal di seluruh dunia," tulis Nikson dalam pesan singkatnya saat dihubungi Analisadaily.com melalui WhatsApp, Rabu (8/7).

Tidak hanya itu, ia juga mengharap pemerintah pusat membantu pemerintah di daerah untuk memajukan wisata Danau Toba sehingga ekonomi masyarakat semakin meningkat.

"Tinggal bagaimana pusat membantu kami di daerah untuk meningkatkan sumber daya manusia, penataan, dan fasilitas fasilitas lainnya. Sehingga perekonomian masyarakat makin meningkat," tambah Nikson.

Di tempat berbeda, Budayawan Batak, Thompson Hutasoit mengatakan, Kaldera Toba diterima secara resmi sebagai UGG pada 7 Juli 2020 adalah satu kabar baik.

Mestinya, kata dia, bulan Juni sudah diumumkan berdasarkan pemberitahuan pada tahun 2019. Tapi kabar baik tidak selalu terlambat, apalagi karena situasi pandemi covid-19.

"Kabar baik ini serasa seperti menggantikan kabar pelaksanaan Festival Danau Toba (FDT) 2020 yang seyogyianya dilaksanakan pafa 6 - 9 Juli. Jadi tak apa. Kabar baik diterima menjadi UGG sedikit menghibur kita," kata Thompson saat dihubungi.

Thompson lanjut menjelaskan, managemen UGG atas pariwisata Danau Toba sudah pasti berwawasan ekologis, dalam praktiknya dikenal sebagai ekowisata.

"Sesungguhnya praktik ekoswisata ini mestinya bisa dilakukan dulu, baru bisa berlanjut ke tata kelola geopark," menurut dia.

Masih kata dia, dengan standar UNESCO managemen untuk kaldera ini diharapkan tidak tumpang tindih, terutama untuk yang berwawasan ekologis atas geodiversity, biodiversity, dan culturediversity.

"Wawasan ekologis dengan tiga pola keberagaman dari UNESCO itu dekat kaitannya dengan hak azasi masyarakat adat yang diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, juga berdasarkan resolusi Juni 2006," Thompson, yang hingga kini giat mempromosikan Danau Toba melalui kegiatan seni.

(CSP/EAL)

Baca Juga

Rekomendasi