Hapsari Dorong Layanan Berbasis Komunitas Terintegrasi Hadapi Covid-19

Hapsari Dorong Layanan Berbasis Komunitas Terintegrasi Hadapi Covid-19
Pertemuan sosialisasi bersama komunitas perempuan, tokoh agama, dan tokoh pemuda di Desa Denai Lama, Deliserdang. (Analisadaily/Jafar Wijaya)

Analisadaily.com, Medan - Pandemi Covid-19 yang melanda dunia hingga hari ini belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda, baik dari jumlah kasus maupun kebijakan penanganan yang dilakukan. Worldometers mencatat, kasus Covid-19 di Indonesia per 17 agustus 2020 sudah mencapai angka 141,370 jiwa.

Secara empiris, pandemi yang paling mirip dengan Covid-19 adalah pandemi Flu Spanyol pada 1918, atau sekitar 102 tahun yang lalu, yang menurut catatan menewaskan 50 juta penduduk seluruh dunia. Terbesar di daratan Amerika 99 persen kasus, 1,1 persen terjadi di seluruh dunia dan menginfeksi 500 juta penduduk dunia atau hampir 1/4 penduduk dunia terinfeksi oleh virus H1N1 yang berasal dari Amerika ini.

Ketua Dewan Pengurus Himpunan Serikat Perempuan Indonesia (HAPSARI) yang juga Anggota Relawan Pejuang Lawan Covid-19, Lely Zailani mengatakan, situasi hari ini dan prediksi ke depan, berbagai intervensi telah dilakukan untuk merepons pandemi Covid-19 agar dampaknya tidak semakin buruk. Sayangnya, kebanyakan hanya bicara (edukasi) di hilir, tentang protokol kesehatan, jaga jarak, cuci tangan pakai sabun hingga penyaluran bantuan pangan dan stimulus ekonomi.

"Faktanya, setelah penetapan new normal oleh pemerintan, kita justru menyaksikan angka kesakitan (positif) yang terus meningkat, diikuti dengan melemahnya fasilitas kesehatan dengan semakin banyaknya tenaga kesehatan kita berguguran, dan masyarakat tampak semakin abai dengan situasi," katanya, Selasa (18/8).

"Ini adalah ancaman tersendiri yang berkontribusi pada tingginya angka positif Covid-19 dan grafik yang tidak diketahui, entah kapan akan turun, lalu mereda," sambungnya.

Menurut Lely, basis pengetahuan untuk memahami situasi apa yang sedang terjadi hari ini, dan seperti apa prediksi ke depan kurang diekplorasi. Baik dalam informasi-informasi yang disebarluaskan oleh pemerintah, non pemerintah, maupun media massa.

"Padahal sesungguhnya, Covid-19 tidak hanya mengancam kesehatan dan nyawa manusia, tetapi juga mengancam keselamatan sebuah bangsa di seluruh dunia. Masalah kesehatan telah menjadi masalah social, masalah ekonomi, masalah keuangan, dan masalah politik. Itulah yang kita hadapi saat ini," ucapnya.

LBK dan Pengetahuan Lawan Covid-19

Oleh karena itu, sebagai bagian dari organisasi masyarakat sipil, HAPSARI mengambil peran membantu pemerintah daerah, dengan membangun Layanan Berbasis Komunitas (LBK) di desa-desa untuk merespons dampak Covid-19.

"Salah satu yang dilakukan adalah memfungsikan lembaga-lembaga layanan yang sudah ada di tingkat komunitas (Layanan Berbasis Komunitas/LBK) menjadi pusat-pusat informasi dan edukasi terkait pencegahan dan penanganan Covid-19 kepada kelompok yang paling terdampak, termasuk Layanan Pengaduan Kekerasan Berbasis Gender," terang Lely.

Lely menjelaskan, situasi pandemi Covid-19 tidak hanya mengubah pola hubungan dalam keluarga, di mana pada satu sisi semakin banyak waktu bersama, tapi juga menyebabkankan rentannya kekerasan terhadap perempuan dan anak karena beban ekonomi rumah tangga yang semakin berat, berkurangnya konsumsi rumah tangga, kekurangan nutrisi dan stres akibat kebijakan belajar di rumah yang menjadi beban tambahan bagi ibu rumah tangga.

"LBK menjadi pintu masuk melakukan edukasi pada masyarakat untuk menghadapi pandemi Covid-19 dengan pengetahuan. Tak sekedar cuci tangan, tetapi pengetahuan tentang pendemi itu sendiri dan multi player efek yang ditimbulkan, serta antisipasi apa yang harus kita lakukan. Sekali lagi, berbasis pengetahuan, lalu mendorong tumbuhnya kesadaran," Lely menandaskan.

(JW/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi