Petani Tidak Akan Kembali Sampai Permintaan Dipenuhi

Petani Tidak Akan Kembali Sampai Permintaan Dipenuhi
Para petani memblokir jalan tol dekat perbatasan Kundli di Haryana, India, Sabtu (6/3). (Reuters/Anushree Fadnavis)

Analisadaily.com, New Delhi - Petani India mulai berkumpul untuk memblokir jalan tol enam jalur di luar New Delhi sebagai tanda 100 hari protes terhadap deregulasi pasar pertanian.

Para petani tua dan muda berjalan dengan mobil, truk, dan traktor ke jalan raya memblokir jalan selama lima jam untuk menentang tiga undang-undang pertanian yang diberlakukan pada September 2020. Massa mengatakan, merugikan mereka dengan membuka sektor pertanian untuk private players.

Perdana Menteri India, Narendra Modi, menyebut undang-undang itu reformasi yang sangat dibutuhkan untuk sektor pertanian yang luas dan kuno di negara itu, dan menggambarkan protes sebagai bermotif politik.

“Pemerintah Modi telah mengubah gerakan protes ini menjadi masalah ego. Mereka tidak dapat melihat penderitaan para petani. Mereka tidak memberi kami pilihan selain memprotes," kata seorang petani berusia 68 tahun dari negara bagian Punjab, Amarjeet Singh dilansir dari Reuters, Sabtu (6/3).

Puluhan ribu petani dari beberapa negara bagian di India utara telah berkemah di pinggiran ibu kota dalam cuaca dingin yang menggigit sejak Desember menuntut agar undang-undang tersebut dicabut.

Gerakan mereka telah mendapat perhatian dan dukungan internasional, termasuk dari selebriti seperti aktivis iklim Greta Thunberg dan penyanyi AS Rihanna, tetapi beberapa putaran negosiasi antara pemimpin petani dan pemerintah gagal.

Pemerintah Modi mengecam para pendukung protes dan dituduh oleh aktivis hak asasi manusia menggunakan taktik tangan besi untuk mengekang protes.

Sementara protes sebagian besar berlangsung damai, serentetan kekerasan singkat pada 26 Januari menyebabkan kematian seorang pemrotes, dan polisi telah mengajukan tuntutan pidana terhadap delapan jurnalis atas dugaan kesalahan pelaporan pada peristiwa hari itu.

“Tanggapan otoritas India terhadap protes telah difokuskan pada mendiskreditkan pengunjuk rasa damai, melecehkan pengkritik pemerintah, dan menuntut mereka yang melaporkan peristiwa tersebut,” kata Human Rights Watch dalam sebuah pernyataan bulan lalu.

Ketika ibu kota bersiap untuk musim panas yang keras dan musim panen dimulai, para petani yang berkumpul mengatakan mereka tidak berencana untuk kembali sampai permintaan mereka dipenuhi.

“Dingin yang pahit tidak mempengaruhi pergerakan kami, dan juga tidak akan panas yang mematikan,” kata petani berusia 58 tahun dari negara bagian Punjab, Raja Singh.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi