Metode Belajar PINTAR Jadikan Siswa Aktif MIKIR Selama Pandemi

Metode Belajar PINTAR Jadikan Siswa Aktif MIKIR Selama Pandemi
Suasana belajar siswa (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Berastagi - Belajar bukan hanya sebatas membaca dan menulis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Namun untuk saat ini banyak anak yang salah mengartikan definisi belajar itu sendiri.

Guru Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Al Karomah Berastagi, Karo, Julyanika Br singarimbun mengatakan, sudah jelas defenisi belajar adalah untuk memperoleh kepintaran atau ilmu. Membaca atau menulis belum termaksud ke dalam belajar, karena membaca atau menulis yang seseorang lakukan itu hanya untuk membaca atau menulis tanpa ingin mengetahui apa yang dibaca atau tulis.

Julyanika berpandangan, ada beberapa penyebab yang dapat membuat definisi belajar menjadi salah arti. Salah satunya adalah tekanan yang didapat siswa dari guru atau orang tua. Misalnya, seorang guru melakukan sistem pembelajaran yang sangat monoton, sehingga menimbulkan rasa jenuh dan bosan pada siswa.

“Sementara guru mengharapkan siswa menyerap pelajaran secara utuh,” ujarnya, Senin (22/3).

Disebutkan Julyanika, tuntutan orang tua pada anak yang menginginkan pencapaian akademis sempurna, menimbulkan pergantian definisi belajar pada anak. Untuk terlihat sempurna di hadapan guru dan orang tua, si anak rela terlihat tekun dalam belajar. Padahal dalam kenyataan sebenarnya hati dan pikirannya sudah jauh tidak berada pada pelajarannya.

Terlebih lagi ditambah dengan adanya pandemi Covid-19 saat ini. Pembelajaran dilaksanakan secara daring yang banyak membuat peserta didik hanya “asal saja”, artinya asal sudah selesai, asal terlihat belajar, maka mereka sudah merasa benar dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pelajar.

Strategi Belajar Mengajar

Tugas dari murid dikirim via WhatsApp (Analisadaily.com/Istimewa)
Menurut Julyanika, selaku guru Kelas IV, cara mengatasi masalah belajar anak dalam masa pandemi Covid-19 saat ini, yang dilaksanakan secara daring, adalah dengan belajar PINTAR. Yaitu pengembangan inovasi untuk kualitas pembelajaran, agar siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran baik itu secara daring.

Salah satunya adalah dengan menerapkan praktik baik, menggiring peserta didik untuk aktif dalam MIKIR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi dan refleksi), yang didapatkan dari lembaga filantorpi Tanoto Foundation, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa itu sendiri, karena siswa yang berperan aktif.

Julyanika menyebut, membiasakan literasi pada anak dengan jangka waktu 10-15 menit setiap hari akan mengembangkan daya tangkap anak. Tanpa paksaan dari luar, anak akan terbiasa mencermati dan memahami apa yang sedang dilakukan.

Kemudian, meminta anak untuk menyampaikan inti dari bacaan yang dibaca, membuka sesi tanya jawab seputaran informasi yang disajikan, dan mengadakan refleksi sejauh mana perkembangan belajar anak setelah belajar menggunakan praktik baik. Lalu, menyampaikan pembelajaran secara singkat, padat, dan jelas, serta ,enghubungkan kegiatan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari, mempermudah siswa atau peserta didik untuk memahami.

“Pembelajaran ini dapat tetap dilaksanakan dengan daring, yaitu melalui classroom, video maupun WhatsApp grup kelas, dengan waktu yang mungkin ditentukan. Sehingga semua peserta didik dapat menyiapkan diri dan waktu dalam kegiatan belajar selama daring, juga luring,” terang guru imbas program Pintar Tanoto Foundation tersebut.

Orang Tua Siswa Setuju

Hampir semua dari orang tua/wali siswa menyetujui cara tersebut. Salah satu dari orang tua siswa atas nama Erza, sangat mendukung sistem pembelajaran yang diterapkan. Disampaikan Julyanika, orang tua Erza mengatakan, dengan menerapkan pembelajaran praktik baik, anaknya semakin aktif untuk memulai pelajaran secara mandiri dan sering berkomunikasi untuk bertukar pendapat dalam menyelesaikan tugas.

“Inilah salah satu cara kami untuk meneruskan pelajaran guna mencerdaskan anak bangsa, agar tetap aktif dalam mencari dan mendapatkan ilmu pengetahuan selama pandemi Covid-19,” sebutnya.

Dari hal sederhana tersebut, jika sering dilaksanakan dan dilatih, maka peserta didik akan merasa lebih terbiasa belajar tanpa pengaruh tekanan dari luar. Dengan sendirinya peserta didik akan lebih bersemangat memulai harinya untuk belajar mandiri.

“Cara ini juga akan sangat berpengaruh dalam peran aktif peserta didik saat mengemukakan pendapat untuk pembelajaran kedepannya. Sehingga akan mampu menghidupkan suasana belajar yang ceria,” Julyanika menandaskan.

(RZD)

Baca Juga

Rekomendasi