Ilmuwan Muslim Pencetus Karantina

Ilmuwan Muslim Pencetus Karantina
Ilustrasi (Antara)

Analisadaily.com, Medan - Karantina menjadi kata yang akrab di telinga kita selama pandemi Covid-19. Secara umum karantina bisa diartikan sebagai sistem untuk mencegah perpindahan orang dan barang selama periode tertentu demi menghindari penularan penyakit.

Selain itu, karantina juga identik dengan pengasingan terhadap seseorang atau suatu benda yang akan memasuki suatu negara atau wilayah.

Namun tahukah Anda bahwa karantina sudah berlaku sejak zaman dulu dan diperkenalkan ilmuwan muslim, Ibnu Sina.

Ibnu Sina atau Avicenna (980-1037) adalah ilmuwan muslim yang dijuluki Bapak Kedokteran Modern. Ia merupakan seorang ilmuwan ternama di Uzbekistan yang belajar karya-karya Aristotles.

Ibnu Sina menjalani puncak karirnya di kerajaan Persia (Iran) pada masa Dinasi Buwaihid.

Ada banyak sekali karya milik Ibnu Sina. Karya terbesarnya adalah ensiklopedia kedokteran berjudul The Canon of Medicine setebal 5 volume yang pertama terbit tahun 1025. Di dalamnya berisi ilmu kedokteran penting dan menjadi dasar bagi kedokteran modern, termasuk tentang karantina.

Hal itu wajar karena Ibnu Sina sudah pernah berhadapan dengan wabah di masa hidupnya. Dia menciptakan konsep 40 hari mengisolasi pasien untuk melemahkan infeksi menular. Dalam bahasa Arab metode ini disebut 'Al-Arba'iniya' yang berarti 40.

Nama Al Arba'iniya kemudian diserap orang ilmuwan Eropa dengan pelafalan lain. Sejarawan berpendapat Al Arba'iniya adalah cikal bakal kata Quarantine.

Ketika wabah The Black Death melanda di sekitar abab ke-14 dan ke-15, dokter-dokter di Venesia menerapkan metode yang dalam bahasa Italia adalah 'Quarantena'. Ini adalah periode 40 hari isolasi persis ajaran Ibnu Sina untuk semua penumpang kapal sebelum boleh turun ke Venesia.

Hingga kini, karantina masih menjadi upaya untuk mencegah penyebaran virus khususnya SARS-CoV-2 yang saat ini sedang kita perangi di era pandemi Covid-19.

Jadi, jangan main-main dengan karantina jika memang sudah melakukan perjalanan atau kontak dengan orang yang dinyatakan positif. Ilmuwan sudah membuktikan ini adalah metode yang terbukti valid untuk mencegah penyebaran pandemi. (dtc)

(EAL)

Baca Juga

Rekomendasi