Pemerhati Sepak Bola, Ivan Ginting mengatakan, apabila pengurus sudah tidak mampu dalam menangani PSMS Medan, harusnya dengan kerendahan hati memberikan kepengurusan kepada yang layak dan memahami tentang sepak bola.

"Saya bilang begitu karena melihat kepengurusan, dalam hal ini manajemen yang sekarang terkesan tidak serius menangani PSMS Medan selama kompetisi Liga 2 musim 2021 lalu," katanya, Minggu (2/1).

Hal itu, kata Ivan, dikarenakan pada putaran pertama Liga 2 yang diadakan di Palembang, PSMS hanya mampu mengumpulkan 6 poin dengan perolehan 1 kali menang dan 3 kali seri. Setelah itu, manajemen langsung mendepak 7 pemain tanpa ada alasan yang diberikan atau disampaikan kepada masyarakat melalui media masa.

Padahal, sambungnya, masyarakat Kota Medan sangat menanti kabar dari tim kebanggaan mereka. Hal ini, kata Ivan, menunjukkan ketidakprofesionalan manajemen PSMS Medan selama mengikuti Kompetisi Liga 2 musim 2021.

"Manajemen hanya menyatakan mengeluarkan tujuh pemain PSMS di akhir putaran pertama melalui akun Instagram, yang kita tahu itu bukan sebagai sarana penyampai informasi kepada masyarakat. Kita juga mengetahui semua bahwa Instagram itu hanya orang-orang tertentu yang bisa melihat dalam hal ini, itu bukan termasuk media penyampai informasi," sebutnya.

Memang betul, kata Ivan, dalam mengarungi Kompetisi Liga 2 musim 2021, manajemen sangat berhasrat membawa PSMS Medan promosi ke Liga 2 musim 2021. Namun hanya mampu sampai ke babak 8 besar. Ia mengaku pernah mendapat informasi manajemen akan bubar dan mengundurkan diri apabila tidak bisa menyampaikan hasrat PSMS Medan promosi ke Liga 1.

Semenjak PSMS Medan hanya sampai babak seperempat final, harapan masyarakat Kota Medan dan manajemen PSMS Medan pupus promosi ke Liga 1. Hal ini, kata Ivan, tentu sangat mengecewakan semua pihak.

"PSMS merupakan warisan dari Kota Medan yang harus dijaga dan dilestarikan. Maka dari itu, ayolah berikan PSMS Medan kepada orang-orang muda yang paham dan mengerti. Tujuannya agar PSMS kembali berjaya dan ditakuti," harapnya.

Ia pun menampik PSMS bukan milik perorangan ataupun kelompok. "PSMS punya masyarakat Kota Medan. Jadi jangan pernah menganggap PSMS itu punya pribadi atau kelompok. Yang ada sekarang cuma pengelola. Itu harus kita tanamkan," ujarnya.

Jadi, sambungnya, jangan ada beranggapan PSMS Medan itu bukan punya masyarakat. "Itu salah. Karena seperti yang saya katakan tadi, PSMS merupakan warisan Kota Medan yang harus dilestarikan dan dijaga," ucapnya.

Disampaikannya, semua boleh berbeda pendapat. Namun, saat bicara PSMS, semua masyarakat Kota Medan harus sependapat.

"Siapapun yang mengelola PSMS Medan ke depan, harus benar-benar tunjukan bahwa PSMS ini merupakan milik masyarakat Medan. Libatkan mereka, baik masyarakat maupun kumpulan masyarakat yang tergabung dalam naungan suporter PSMS," ujarnya, seraya menyatakan apabila sudah tidak sanggup mengelolanya, silahkan berikan kepada yang sanggup.

Kalau pengelola PSMS Medan, sambungnya, merasa bertanggungjawab dan mempunyai rasa serta pemikiran bahwa PSMS Medan merupakan warisan yang harus dijaga, seharusnya manajemen melakukan pembubaran tim harus dilakukan di Medan bukan di luar kota.

"Seharusnya pembubaran klub PSMS itu di Medan. Bukan di luar Kota Medan. Biar masyarakat Medan turut merasakan kehadiran para pemain setelah laga dalam Kompetisi Liga 2 musim 2021 kemarin," katanya.

Ivan sangat berharap agar kepengurusan PSMS Medan yang sekarang dipercaya untuk mengelola, harus mengundurkan diri apabila sudah tidak sanggup dan memberikan kepada yang layak dengan tujuan, agar PSMS Medan bisa kembali berjaya seperti dulu.

"Sejak tahun 1950 PSMS Medan berdiri dan karena PSMS Medan lah makanya sepak bola di Indonesia bisa bergulir sampai sekarang. Masyarakat Medan harus peduli akan kebangkitan dari PSMS Medan. Karena ini (PSMS) merupakan warisan dari Kota Medan yang harus dilestarikan," tutupnya.

(RZD)