Ratusan masyarakat petani bersama Pospera unjuk rasa minta keadilan ditegakkan, Kamis (20/1). (Analisadaily/Ridwan Marpaung)
Analisadaily.com, Tanjungbalai - Ratusan petani di Desa Perbangunan, Kecamatan Sei Kepayang, bersama Posko Perjuangan Rakyat (Pospera) Asahan berdemonstrasi, Kamis (20/1).
Massa aksi meminta agar semua pelaku dan aktor intelektual tindak pidana kekerasan terhadap petani pada Senin (17/1) dini hari di lahan sawit warga Desa Perbangunan, ditangkap.
"Sampai detik ini masih dua orang pelaku yang ditangkap Pihak Polres Asahan dan belum ada perkembangannya. Apakah Polres Asahan tidak mampu menangkap otak pelaku kekerasan tersebut," tabya Ketua Pospera Kabupaten Asahan, Atong Sigalingging.
Sebelum aksi premanisme itu terjadi, Kelompok Tani Mandiri yang diketuai Wahyudi dan masyarakat yang tergabung di Kelompok Koperasi Bangun Tani Sejahtera (KBTS) berkonflik.
Kelompok KBTS itu mendirikan tenda di lahan milik masing-masing guna mempertahankan lahan sawit mereka.
"Perlu kami ingatkan kembali, bahwa lahan ini masih dalam konflik tidak ada hak larangan Wahyudi untuk mengusir masyarakat, mereka hanya mempertahankan haknya," tegasnya.
"Wahyudi tidak boleh semena-mena menggunakan premanisme dan menyerang pada malam hari untuk menindas masyarakat," ucapnya.
Pospera meminta agar Polres Asahan jangan berat sebelah dalam menjalankan penegakkan hukum dan jangan membiarkan kejahatan yang terorganisir terus berkembang.
"Kita semua sama di mata hukum, tidak ada perbedaan di mata hukum, penegak hukum harus menjalankan tugas dan fungsinya", teriaknya.
Pospera menduga ada keberpihakan Polres Asahan terhadap kelompok Wahyudi mengingat dari tahun 2017 sampai tahun 2022 ada delapan Laporan Polisi (LP) dan satu Pengaduan Masyarakat (Dumas) namun sampai saat ini tidak menunjukkan hasil apapun.
"Kita menduga ada beberap LP di Polres Asahan telah di peti emaskan, tidak naik alias tidur," ucapnya.
Atong Sigalingging menegaskan jika para pelaku tindak pidan kekerasan tersebut tidak ditangkap Polres Asahan maka kami meminta agar para wartawan baik dari media cetak, online, televisi maupun radio untuk meliput kegiatan kami berikutnya di Maloldasu dalam waktu dekat.
"Kami menili medilah yang kami anggap tonggak memberitakan keadilan yang sesumgguhnya," ujarnya.
(RM/CSP)