Upaya Petani Bonsai Bangkit di Masa Pandemi

Upaya Petani Bonsai Bangkit di Masa Pandemi
Berman Sianturi salah satu petani bonsai (Analisadaily/Irin Juwita)

Analisadaily.com, Medan - Petani Bonsai di Kota Medan terus bertahan dan melakukan berbagai upaya untuk bangkit di tengah pandemi Covid-19. Mulai dari mengikuti ajang pameran tanaman hias hingga penjualan melalui komunitas tetap dilakukan.

Sama seperti yang dilakukan Berman Sianturi (59) salah satu petani tanaman hias Bonsai yang ada di kawasan Mardisan, Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjungmorawa, Kabupaten Deliserdang. Tanaman bonsainya sedang mengikuti pameran di salah satu pusat perbelanjaan di Kota Medan.

"Saat ini ada beberapa tanaman bonsai yang sedang ikut dipamerkan di Plaza Medan Fair. Kegiatan-kegiatan seperti ini yang meningkatkan penjualan," kata Berman, saat ditemui di tempat usahanya di Jalan Darmo Ujung, Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjungmorawa, Minggu (6/3).

Ia mengakui usahanya mengalami penurunan, karena semua sektor merasakan dampaknya akibat pandemi. Meski demikian, Berman tetap bertahan dengan tanaman bonsai yang sudah di budidayakannya sejak 30 tahun lalu.

"Dari dulu saya memang usaha ini. Sudah 30 tahun. Awalnya dari hobi sampai sekarang saya jalani," ujarnya.

Berman mengatakan pendapatan dari usaha bonsai ini seperti rezeki harimau. Sebab, untuk usaha ini keuntungan yang dihasilkan tidak menentu.

"Seperti rezeki harimau, dari bisnis bonsai saya bisa beli rumah dan mobil. Tapi untuk dapur dan menyekolahkan anak tidak bisa," ujarnya seraya tertawa.

Selama mengembangkan usaha bonsai ini, Berman mengakui mendapatkan pinjaman modal usaha dari Bank Rakyat Indonesia (BRI). Selama menjadi debitur cukup lama ia salah satu nasabah yang menjaga kepercayaan bank untuk menjalankan tanaman itu berkembang.

"Tapi untuk saat ini kita tidak berani ambil, karena memang khawatir di masa pandemi ini," sebutnya.

Bonsai adalah tanaman atau pohon yang dikerdilkan di dalam pot dangkal dengan tujuan membuat miniatur dari bentuk asli pohon besar yang sudah tua. Untuk jenis pohon, yang bisa dikerdilkan yakni Boksus, Pohon Lohan, Serut, dan Beringin.

Dalam proses merawatnya, Berman mengaku dirinya dilatih kesabaran dan ketekunan.

"Tidak ada istilah satu tahun, harus lima tahun ke atas. Jadi yang merawat harus sabar," ujarnya.

Meski menunggu lama, dikatakannya, bagi yang berminat budidaya bonsai harus mengkerdilkan tanaman dalam jumlah banyak agar tidak rugi di waktu dan biaya perawatan.

"Tanaman ini menunggunya lama, lima sampai sepuluh tahun, sehingga harus dibentuk dalam jumlah banyak. Kalau hanya satu dan dua pohon saja, sudah pasti rugi di waktu," tuturnya.

Berman mengaku menjual bonsai berkisar harga Rp7 juta- Rp25 juta. Bahkan ada juga yang dihargai Rp1,3 miliar.

"Kita punya grup persatuan penggemar bonsai Indonesia, dari Sabang-Merauke. Di grup itu, ada yang jual Bonsai harga Rp1,3 miliar," ucap Berman.

Ia menyampaikan, jenis tanaman bonsai jika usianya semakin tua akan semakin mahal.

"Merawatnya pun sebenarnya cukup istimewa dibanding tanaman lain. Pupuknya beda dan dirawat seperti manusia. Semakin tua, semakin mahal," tuturnya.

Sebagai pelaku usaha bonsai, Berman mengaku tidak ingin berjalan sendirian. Untuk itu, ia aktif memberikan pengetahuan dan perawatan tanaman bonsai kepada para pengunjung maupun warga sekitar.

"Saya ingin ilmu menanam bonsai ini diberikan ke orang lain. Kalau tidak ada orang yang meneruskan, saya merasa gagal," ungkapnya.

(WITA/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi