Etika Digital: Dakwah yang Nyaman di Medsos

Etika Digital: Dakwah yang Nyaman di Medsos
Webinar “Etika Digital: Dakwah yang Nyaman di Media Sosial” (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Jakarta - Kehadiran internet memberikan berbagai keberagaman dan kemudahan dalam mengakses informasi bagi pengguna tanpa adanya pembatasan.

Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Anton Sukartono Suratto, mengatakan jika internet menawarkan banyak aplikasi menarik kepada pengguna, seperti blog, whatsapp, twitter, snapchat, youtube, instagram, dan tiktok.

Menurut Anton, kemudahan tersebut dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk berdakwah di era digital saat ini.

“Penting untuk menggunakan teknologi untuk berdakwah di era digital saat ini, karena rata-rata masyarakat Indonesia menghabiskan waktu lebih dari 3 jam setiap hari untuk bermain media sosial,” kata Anton Sukartono Suratto dalam webinar, Kamis (30/6).

Anton juga mengatakan jika sosial media bisa digunakan sebagai sarana berdakwah karena dapat menyebarkan informasi dengan mudah, cepat, dan tidak berbayar. Namun isi dakwah tersebut diharapkan tetap diperhatikan agar tidak melanggar hukum, santun, tidak kasar, dan tidak menyebarkan kebencian.

Dengan begitu, pendakwah dapat menyebarkan dakwah dengan cepat dan mudah namun tetap sesuai dengan ajaran agama Islam.

Selanjutnya, penggunaan media sosial juga harus disertai dengan kemampuan literasi digital yang baik. Dirjen Aptika Kominfo, Samuel Abrijani Pangerapan, mengatakan jika tingginya penggunaan internet meningkatkan resiko penggunaan internet, sehingga dibutuhkan kemampuan literasi digital yang baik bagi setiap pengguna.

“Masifnya penggunaan internet membawa serta resiko seperti penipuan online, hoax, cyberbullying, dan konten-konten negatif lainnya. Maka dari itu peningkatan penggunaan internet harus disertai dengan kemampuan literasi digital yang mumpuni agar tetap dapat memanfaatkan teknologi digital dengan produktif, bijak, dan tepat guna,” tutur Samuel Abrijani Pangerapan dalam webinar kali ini.

Agar dapat mencapai tujuan tersebut, Kominfo bersama mitra dan jaringannya menyelenggarakan pelatihan digital untuk menanamkan literasi digital di seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Pada tahun 2021, program tersebut mampu menjangkau lebih dari 515 kota di 34 provinsi di seluruh Indonesia.

Namun, peningkatan literasi digital merupakan tantangan besar sehingga membutuhkan dukungan semua pihak agar dapat meningkatkan literasi digital dan mengembangkan sumber daya manusia digital untuk mewujudkan Indonesia Digital Asian.

Selanjutnya, Pendakwah, Ustaz Surya Atmaja, sebagai pemateri dalam webinar kali ini menjelaskan lebih lanjut mengenai berdakwah yang nyaman di sosial media.

“Perlu kita ingat, ketika kita menyebarkan agama, berdakwah di media sosial, ada etika tentutnya, ada hal-hal yang perlu diperhatikan, kita harus memberikan kenyamanan, kedamaian, sebagaimana cerminan agama Islam sebagai rahmatan lil alamin,” sebut Ustaz Surya Atmaja dalam webinar kali ini.

Dakwah bertujuan untuk mewujudkan dakwah Islam yang yang mencerminkan nilai-nilai Islam yang santun. Di era digital, berdakwah tidak hanya dapat dilakukan di tempat ibadah, tetapi bisa juga dilakukan di media sosial. Selain dengan akses yang mudah, isi dakwah pun dapat menjadi lebih kreatif dan dinikmati oleh semua kalangan.

“Dalam berdakwah di media sosial kita harus punya tujuan. Apa tujuannya? Tujuan yang pertama terciptanya kondisi kehidupan beragama dan bermasyarakat, bernegara yang baik, menuju masyarakat yang berkualitas serta memberi pemahaman agar pintar dalam memanfaatkan sosial media. Banyak sekali permusuhan terjadi di dunia nyata karena di dunia maya. Sebab ada dakwah yang menyinggung, membuka aib, dan sebagainya. Dulu ada ungkapan mulutmu harimaumu, tapi sekarang tanganmu harimaumu. Maka hati-hati dalam menggunakan media sosial. Lalu yang kedua, berdakwah di sosial media bertujuan untuk membentuk umat yang mengedepankan akhlak al-karimah yang mengutamakan silaturahmi melalui sosial media. Akhlak yang baik ini adalah sumber kedamaian, sumber kebaikan. Terakhir, berdakwah di sosial media bertujuan untuk membentuk umat yang mengedepankan nilai-nilai ajaran agama islam yang damai dan memberikan rahmat bagi seluruh alam,” jelasnya.

Selain itu, ia menjelaskan jika dalam berdakwah, baik di dunia nyata maupun di sosial media, terdapat prinsip yang harus dipenuhi agar dakwah tersebut terlaksana dengan baik dan sesuai dengan tujuannya. Pertama adalah melakukan dakwah dengan membina, bukannya menghina.

Dalam berdakwah, individu tidak boleh merasa dirinya lebih baik dari orang lain sehingga menghina individu atau kelompok lain. Karena Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk menghina orang lain. Prinsip kedua adalah mendidik, bukan membidik. Dakwah harus dilakukan dengan cara mendidik orang lain, memberikan pengetahuan kepada orang lain.

Prinsip ketiga adalah merangkul bukan memukul. Prinsip keempat dari berdakwah adalah ramah bukan marah-marah. Maksudnya adalah, dakwah dilakukan dengan ramah, tidak dengan emosi atau marah-marah kepada orang lain. Prinsip terakhir adalah mengajak bukan mengejek. Berdakwah dilakukan dengan cara mengajak kepada orang lain untuk berbuat baik.

Terakhir, dalam berdakwah di sosial media, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan agar dakwah tersebut tersampaikan dengan baik dan sesuai dengan syariat agama Islam. Dalam berdakwah, seseorang harus mengedepankan etika, yakni ramah, santun, dan mempertimbangkan manfaat serta dampak dari segala ketikan dan ucapannya.

“Apa manfaatnya dari dakwah yang tidak mengedepankan etika, ramah, dan tata krama? Tidak ada manfaat, melainkan orang-orang tidak menyukai dakwah kita,” terang Ustaz Surya Atmaja.

Selanjutnya, diharap untuk dapat bijak dan menghindari kata-kata yang mengandung ujaran kebencian. Penting pula untuk tidak menyebarkan berita hoaks atau berita palsu, terutama dan dapat meresahkan umat sebelum Tabayun.

“Ini sering sekali terjadi di media sosial, ujaran kebencian itu kita temui. Bahkan orang yang kita nggak tau itu ikut share. Maka kita harus bijak dalam share. Kita teliti dulu, kita tabayun dulu, karena tabayun ini perintah agama. Kita cross check dulu, jangan-jangan ini berita hoaks, jangan-jangan ini berita tidak benar. Kita lihat juga ini berita kalau di share dampaknya seperti apa? Apa akan membawa manfaat bagi orang banyak, atau hanya akan membawa dosa bagi kita? Atau akan membawa kegaduhan? Maka kita sebagai orang yang ingin berdakwah harus memperhatikan ini,” paparnya.

Kemudian, dalam menyampaikan dakwah, kata-kata yang disampaikan perlu diperhatikan dengan baik agar tidak menyinggung dan menghina keyakinan orang lain. Dalam menyampaikan dakwah pun, harus singkat dan jelas serta berasal dari sumber yang shahih. Terakhir, perlu untuk menghindari dakwah yang bersifat ancaman dan pencemaran nama baik orang lain, terutama yang mengandung unsur SARA.

“Kita harus tau siapa lawan bicara kita. Ketika milenial, kita gunakan bahasa mereka. Sehingga mereka suka, support. Dengan ucapan yang jelas, singkat, akan mudah dimengerti. Dan tentu dengan sumber yang shohih. Kita juga tidak boleh menyebarkan aib orang lain, karena setiap orang punya aib masing-masing. Siapa yang menutupi aib orang lain maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan di akhirat,” jelas Ustaz Surya Atmaja.

Dengan begitu, sosial media dapat digunakan sebagai sarana penyebaran dakwah sehingga dakwah tidak terbatas hanya di tempat ibadah atau tempat umum. Namun tentunya dalam berdakwah di sosial media, perlu diperhatikan kembali prinsip dan etika ketika berdakwah di sosial media, agar dakwah yang dilakukan dapat tersampaikan dengan baik sesuai dengan syariat agama Islam.

(RZD)

Baca Juga

Rekomendasi