Putus Rantai Stunting, Tim Dosen Unpab Edukasi Ibu dan Remaja di Langkat

Putus Rantai Stunting, Tim Dosen Unpab Edukasi Ibu dan Remaja di Langkat
Putus Rantai Stunting, Tim Dosen Unpab Edukasi Ibu dan Remaja di Langkat (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Tiga dosen Universitas Pembangunan Panca Budi melaksanakan program insentif pengabdian masyarakat terintegrasi dengan merdeka belajar Kampus Merdeka berbasis kinerja indikator kinerja utama bagi Perguruan Tinggi Swasta Tahun 2022, di Desa Simpang Tiga Sawit Seberang, Kabupaten Langkat.

Kegiatan dengan mengedukasi para ibu dan remaja tersebut terkait pola asuh baik untuk memutus rantai stunting dan kemiskinan yang dilakukan pada 5-6 Desember 2022 serta meningkatkan kualitas kader di pada 17-18 Desember 2022.

Tim ini terdiri dari Annisa Ilmi Faried sebagai ketua dengan anggota Rahmad Sembiring dan Maya Macia Sari, memberikan Program Kemandirian masyarakat (PKM) dengan tema Membangun Desa Anti Stunting sebelum Genting Berbasis Peran Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT).

Ketua Tim Pengusul Pengabdian Masyarakat, Annisa Ilmi Faried, mengatakan di Indonesia, Strategi Nasional (Stranas) Percepatan Pencegahan Anak Stunting periode 2018-2024 menjadi dokumen panduan kerangka implementasi penurunan stunting.

"Menindaklanjuti hal tersebut, pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting dengan maksud memperkuat kerangka intervensi dan kelembagaan dalam proses pelaksanaan percepatan penurunan stunting," katanya, Sabtu (24/12).

Ia menjelaskan, kondisi yang dikenal sebagai stunting terjadi ketika tinggi badan anak jauh lebih rendah dari yang diharapkan untuk usia mereka. Selain secara fisik lebih pendek dari teman sekelasnya, anak-anak dengan perkembangan terhambat sering mengalami gangguan kognitif dan kekebalan yang melemah.

"Jika seorang anak didiagnosis mengalami stunting, efek dari kondisi tersebut hampir tidak pernah mampu dibalik. Terlepas dari kenyataan bahwa masih ada risiko yang cukup besar terhadap kesejahteraan jutaan anak-anak dan remaja, tampaknya ada jalan keluar dari kesulitan ini," ujarnya.

Selama seribu hari pertama kehidupan seseorang, ada sejumlah faktor, salah satunya adalah makanan yang mereka konsumsi (HPK). RPJMN periode 2020-2024 menyerukan agar langkah-langkah pemberantasan stunting ke depan diintensifkan dan dipercepat agar dapat mencapai tujuan 14 persen pada 2024.

"Hal ini dimaksudkan agar semua pihak yang terlibat peduli dan berkontribusi dalam upaya pencegahan stunting pada anak, khususnya pada remaja, yang merupakan generasi Z milenial masa depan," urainya.

Ia menambahkan, beban ganda, yang mengacu pada tantangan malnutrisi dan kelebihan gizi, dikatakan sebagai salah satu masalah kontemporer yang merugikan kesehatan remaja, seperti yang dinyatakan oleh pemerintah. Ini terkait dengan melakukan pekerjaan sukarela di masyarakat. Untuk mendukung layanan ini, pengabdian sebelumnya tentang faktor-faktor yang terkait dengan stunting pada balita telah dilakukan.

"Temuan menunjukkan bahwa faktor ibu, seperti tinggi badan dan tingkat pendidikan ibu, dikaitkan dengan terjadinya stunting pada anak. Pada generasi berikutnya, para ibu kemungkinan besar akan didominasi oleh wanita muda yang saat ini berusia remaja," ungkapnya

Annisa menuturkan, untuk memutus mata rantai yang mengarah pada prevalensi stunting pada bayi, dengan menekankan pentingnya menerima pendidikan bagi remaja, terutama dalam hal meningkatkan pengetahuan tentang berbagai pendekatan untuk meminimalkan stunting.

"Diharapkan remaja menjadi kader dalam membangun desa antu stunting sebelum genting dengan memiliki pengetahuan yang kuat tentang upaya pencegahan stunting yang dapat disampaikan kepada teman sebayanya," harapnya.

(WITA/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi