Millenialpreneur: Ekonomi Digital dan Kewirausahaan bagi Anak Muda

Millenialpreneur: Ekonomi Digital dan Kewirausahaan bagi Anak Muda
Millenialpreneur: Ekonomi Digital dan Kewirausahaan bagi Anak Muda (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Jakarta - Saat ini, pengguna sosial media di Indonesia mengalami peningkatan yang pesat. Survey yang dilakukan oleh We Are Social tahun 2022 menunjukan pengguna sosial media di Indonesia mengalami peningkatan menjadi 204,7 pengguna. Tidak hanya itu, angka pengguna sosial media tersebut diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya.

Namun, Dirjen Aptika Kominfo, Samuel Abrijani Pangerapan, menjelaskan jika meningkatnya angka pengguna media sosial ternyata disertai dengan meningkatnya resiko kejahatan di media digital.

“Peningkatan teknologi yang pesat ini tidak juga turut meningkatkan resiko bahaya penggunaan media digital, misalnya hoax, cyberbullying, dan konten-konten negatif lainnya. Salah satu penyebab utama dari meningkatnya resiko penggunaan media digital adalah rendahnya angka literasi digital masyarakat Indonesia. Maka dari itu, kemampuan literasi digital masyarakat Indonesia perlu ditingkatkan agar masyarakat dapat menggunakan teknologi digital secara produktif, bijak, dan tepat guna,” kata Samuel pada Webinar bertema Millenialpreneur: Ekonomi Digital dan Kewirausahaan bagi Anak Muda, Jumat (24/3).

Berdasarkan survey yang dilakukan Kominfo, menunjukan jika indeks literasi digital masyarakat Indonesia masih berada pada angka 3.49 dari skala 5, yang artinya baru mencapai tingkat sedang. Untuk itu, perlu ditingkatkannya tingkat literasi digital masyarakat Indonesia agar selalu siap mengawal transformasi digital nasional.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Kominfo bersama Gerakan Nasional Literasi Digital serta mitra dan jejaringnya mengadakan pelatihan digital untuk menanamkan literasi digital di seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Namun peningkatan literasi digital tersebut merupakan tugas yang besar, sehingga diperlukan dukungan dari seluruh pihak agar dapat meningkatkan literasi digital dan terciptanya talenta digital yang lebih berkualitas agar siap dalam mewujudkan Indonesia Digital Asian.

Generasi milenial dan generasi Z adalah generasi yang sudah mengenal internet sejak mereka belajar menulis. Karena tumbuh bersama teknologi, gen Z terutama, dianggap lebih beragam, bersifat global, dan lebih adaptif dibandingkan generasi-generasi lainnya. Mereka mampu memanfaatkan perubahan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, saat ini gen Z saat ini dikenal sebagai tech savvy.

Menurut Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga Kemendes, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Samsul Widodo, kedekatan generasi milenial dan generasi Z dengan teknologi berpengaruh pada karakteristik mereka di dunia kerja. Di dunia kerja, mereka lebih akrab dengan teknologi, lebih cepat belajar, lebih ambisius, lebih mandiri, lebih toleran, dan lebih percaya diri.

“Ada yang menarik, bahwa ternyata generasi Z dan generasi milenial itu lebih mengutamakan work life balance. Jadi gaji itu bukan yang utama. Sebesar 32% generasi Z dan 39% generasi millenial paling mengutamakan keseimbangan kerja atau yang sering disebut dengan istilah work life balance. Hal inilah yang dirasa paling membuat mereka betah untuk bekerja di tempat kerja saat ini. Jadi karakter-karakter ini yang berbeda. Kalau dulu generasi X lembur nurut-nurut aja, kalau generasi Z nggak bisa,” sebut Samsul.

Saat ini, indonesia menempati posisi pertama kategori pengguna dengan durasi screen time paling tinggi di dunia. Durasi penggunaan internet orang Indonesia meningkat tajam sejak pandemi 2020 lalu. Tahun ini, angka tersebut juga mengalami kenaikan sebesar 5,56% dibandingkan setahun sebelumnya.

Dosen Fakultas Ilmu Ekonomi Universitas Ibnu Khaldun Bogor, M. Aziz Firdaus mengatakan jika generasi Z dan milenial perlu menyadari jika dalam 22 tahun, lingkungan berubah. Mulai dari permainan, makanan, hingga teknologi saat ini sangat berbeda dengan yang ada 22 tahun yang lalu. Salah satu yang paling kita rasakan adalah perubahan teknologi dalam kegiatan ekonomi.

“Lingkungan bisnis adalah cerita yang nggak pernah tamat. Selalu terdapat tantangan dan peluang dalam lingkungan bisnis. Maka dari itu, tugas pelaku bisnis adalah selalu mencari tren dan peluang,” sebutnya.

Menurut Aziz, proses analisis lingkungan eksternal harus dilakukan dengan dasar yang berkelanjutan. Proses ini meliputi empat kegiatan yang meliputi (1) Scanning, yaitu mengidentifikasi tanda-tanda awal perubahan lingkungan dan tren, (2) Monitoring, yaitu menemukan arti melalui observasi secara terus menerus terhadap perubahan lingkungan dan tren, (3) Forecasting, yaitu membuat proyeksi perkiraan hasil berdasarkan perubahan dan tren yang dimonitor, dan (4) Assessing, yaitu menentukan waktu dan arti penting perubahan lingkungan dan tren terhadap strategi dan manajemen perusahaan.

Selain itu, perlu juga dilakukan analisis lingkungan bisnis yang meliputi lingkungan ekonomi, lingkungan politik, lingkungan hukum, lingkungan sosial-budaya, lingkungan teknologi, dan lingkungan global. Analisis ini dilakukan untuk melihat peluang, ancaman, serta proses perusahaan dalam melakukan bisnis.

Peluang usaha adalah kesempatan untuk melakukan bisnis dengan kegiatan dan aktivitas tertentu yang bisa mendatangkan manfaat dan keuntungan. Selama masih terdapat manusia, maka peluang usaha selalu ada.

Lalu bagaimana caranya untuk memulai bisnis baru? Aziz menjelaskan jika kita lebih baik memulai mencari peluang bisnis dari hal yang sudah kita pahami.

“Mulai fokus terlebih dahulu pada efisiensi dan efektifitas dalam integrasi vertikal dalam menjalankan bisnis, mulai dari memanfaatkan sumber daya yang ada, memulai dari passion ada, dan mulai belajar dari lawan terkuat,” jelasnya.

Wakil Ketua MPR RI, Prof. Sjarifuddin Hasan, mengatakan jika pemerintah menargetkan defisit anggaran dalam APBN 2022 pada kisaran 4,85% dari produk domestik bruto (PDB). Pemerintah mengharapkan penerimaan paling besar berasal dari pajak masyarakat. Semakin banyak aktivitas masyarakat, maka pajak yang didapatkan oleh negara akan semakin besar.

Pajak tersebut akan dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk pembangunan negara karena 89% pembangunan berasal dari sektor pajak. Untuk itu, Prof. Sjarifuddin berharap jika kaum muda Indonesia mau menjadi pengusaha. Pasar Indonesia sangatlah luas. Produk apapun yang diproduksi akan dapat diserap oleh konsumen. Banyaknya masyarakat yang berusaha dapat meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia.

Dengan meningkatnya pendapatan per kapita Indonesia saat ini, maka kesejahteraan masyarakat Indonesia semakin meningkat. Angka pengangguran juga dapat ditekan dari 9% menjadi 5%. Dengan ditekannya pengangguran, maka angka kemiskinan juga dapat ditekan.

Setuju dengan Aziz, Prof. Sjarifuddin mengatakan jika generasi milenial dan generasi Z harus bersiap-siap untuk memimpin negara Indonesia dimasa mendatang. Tidak lupa, diharapkan generasi milenial dan generasi z harus menjunjung tinggi demokrasi. Demokrasi akan menuntun masyarakat kepada kehidupan sosial, ekonomi, kemanaan, kesehatan, dan pendidikan yang lebih baik.

“Persiapkan diri anda secara maksimal dan betul-betul peduli terhadap demokrasi, betul-betul peduli terhadap kepemimpinan bangsa ini, karena semua secara akumulasi akan membawa negara kita di tahun 2045 menjadi negara jembatan emas. Saya harapkan sekali lagi saat itu income per kapita kita bisa mencapai 10.000, yang berarti kita sudah masuk kedalam kualifikasi negara maju,” pesannya.

(REL/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi