Daya Beli Melambat, Omzet Pedagang Kaki Lima Turun

Daya Beli Melambat, Omzet Pedagang Kaki Lima Turun
Ilustrasi (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Dari survei yang dilakukan Tim Pemantau Harga Pangan di sejumlah pedagang kaki lima atau warung penjual makanan dan minuman buka puasa, terdapat kenaikan atau lompatan penjualan makanan (gorengan) dalam rentang 25 persen hingga 50 persen di Kota Medan dan sekitarnya.

Namun, Ketua Tim Pemantau Harga Pangan, Gunawan Benjamin mengatakan, kenaikan omzet tersebut konsisten mengalami penurunan jika melihat perbandingan penjualan dari hari pertama Ramadan hingga hari ke-3 Ramadan.

Untuk penjual gorengan dan bukan pedagang musiman, penjualannya relatif stabil dan cenderung turun. Akan tetapi untuk penjual makanan kue kering atau basah dan minuman olahan yang berdagang secara musiman, kerap barang dagangannya tidak habis terjual.

“Di sisi lain, penjualan minuman segar seperti kelapa dan tebu, bukan musiman, terjadi penurunan omzet yang cukup tajam jika membandingkan hari pertama dengan hari ketiga,” kata Gunawan, Selasa (28/3).

Disampaikan Gunawan, pedagang tersebut mengklaim bahwa sekalipun penjualan di hari pertama Ramadan mengalami lonjakan penjualan yang tinggi, bisa mencapai 2 kali lipat dibandingkan hari biasa, akan tetapi omzet atau penjualan di hari kedua mengalami penurunan sekitar 20 persen. Di hari ketiga dibandingkan dengan hari kedua omset turun 40 persen. Sementara hari pertama dengan hari ketiga omzet turun sekitar 44 persen.

Kemudian, pedagang minuman segar dan bukan musiman mengkhawatirkan bahwa, tidak butuh waktu yang lama untuk melihat penjualan di bulan Ramadan ini akan sama atau mendekati omzet penjualan di hari normal. Sementara itu, pedagang gorengan bukan musiman lebih optimis barang dagangannya masih akan lebih tinggi omzetnya selama bulan Ramadan ini dibandingkan dengan hari-hari biasa.

“Setidaknya penjualan akan lebih tinggi 10 persen sampai 20 persen di hari yang paling sepi selama Ramadan sekalipun, jika dibandingkan dengan penjualan di hari normal,” sebutnya.

“Untuk pedagang kue dan minuman olahan musiman, mereka lebih pesimis karena usahanya mungkin tidak akan berlangsung selama bulan Ramadan. Ada potensi tutup lebih cepat jika membandingkan Ramadan sebelumnya,” sambung Gunawan.

Sementara itu, pedagang kuliner kaki lima atau warung yang jumlahnya kian banyak menjadi salah satu pemicu penurunan pendapatan di hampir semua pedagang (bukan pedagang musiman). Dari beberapa pedagang yang muncul belakangan ini, ada yang berjualan karena menjadi korban PHK, pengurangan jam kerja atau sementara di rumahkan.

Dan dari sejumlah pedagang grosir penjual bahan baku untuk makanan, peningkatan hanya terjadi pada penjualan bahan makanan pokok seperti tepung, minyak goreng, gula pasir hingga penyedap rasa. Untuk penjualan makanan dan minuman jadi (kaleng), tidak terjadi peningkatan penjualan.

“Dan melonjaknya harga bahan baku pangan serentak menjadi alasan penurunan pendapatan yang dirasakan pedagang, jika membandingkan pendapatan diwaktu yang sama pada tahun-tahun sebelumnya,” Gunawan menuturkan.

Secara keseluruhan, Gunawan berkesimpulan ada pelemahan daya beli untuk masyarakat kelas menengah ke bawah jika melihat fenomena penjualan pedagang kaki lima atau warung di Ramadan ini dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“Tingginya inflasi menjadi salah satu pemicu pelemahan daya beli tersebut,” tandasnya.

(REL/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi