Disrupsi Teknologi Solusi Pacu Pertumbuhan Ekonomi Pascapandemi

Disrupsi Teknologi Solusi Pacu Pertumbuhan Ekonomi Pascapandemi
Ngobrol Bareng Legislator (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia sejak 2020 telah mengubah pola kehidupan serta aktivitas masyarakat, sekaligus mengganggu roda perekonomian global, termasuk di Indonesia. Dalam situasi seperti ini, disrupsi teknologi menjadi salah satu solusi untuk memacu pertumbuhan ekonomi pasca-pandemi.

Anggota Komisi I DPR RI, Prof Sjarifuddin Hasan, menyampaikan bahwa secara makro akan menyinggung mengenai opportunity yang ada dalam menyikapi teknologi yang terus semakin berkembang. Infrastruktur teknologi informasi yang sekarang ini begitu pesat sehingga diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi yang ada.

“Kita bisa melihat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini sudah semakin bagus pasca-pandemi Covid-19. Dalam kuartal I tahun 2023 telah mencapai 5,03%, ini adalah satu prestasi yang bagus karena pada saat pandemi Covid-19 kita mengalami disrupsi kontraksi ekonomi sampai 2%. Yang mana dibandingkan dengan negara-negara tetangga memang pertumbuhan ekonomi 5% itu sedikit lebih rendah dibandingkan negara-negara asia lainnya,” ucap Sjarifuddin, dalam ngobrol bareng legislator, Selasa (23/5).

Pertumbuhan ekonomi ini harus benar-benar dimanfaatkan, terutama generasi muda, yang mana sudah ditunjang dengan infrastuktur yang bagus. Sehingga masyarakat dan generasi muda dapat mengembangkan inovasi dan kreatifitas yang ada secara maksimal sehingga dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.

“Manfaatkan teknologi informasi yang ada dengan menjadi seseorang yang sangat produktif, diantaranya menjadi seorang pengusaha pemula atau entrepreneur. Sehingga nantinya dapat berkontribusi besar terhadap negara, yakni dapat mengurangi jumlah pengangguran yang ada di Indonesia, sehingga kemiskinan yang ada tentunya akan semakin menurun, serta pertumbuhan ekonomi akan meningkat, sehingga income perkapita rakyat indonesia akan semakin tinggi,” pesan Sjarifuddin.

Pegiat Literasi Digital, Gun Gun Siswadi menjelaskan, di era disrupsi teknologi sekarang ini, harus memanfaatkan dengan baik untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Menurut data reportal.com dalam laporan bertajuk ‘Digital 2023: Indonesia’ pengguna internet mencapai 212,6 juta (77%) dan pengguna media sosial mencapai 167 juta (60,4%) dari populasi 276,6 juta penduduk. Sehingga, dengan data tersebut internet dan media sosial dapat dimaksimalkan dan dimanfaatkan dengan baik untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

“Untuk menghadapi era digital ini, terdapat peta jalan Indonesia digital tahun 2021-2024 menurut sumber research centre MGNews. Terdapat 4 program yakni memperluas akses infrastruktur digital, mendorong adopsi teknologi, peningkatan talenta digital yang harus disiapkan, dan menyelesaikan regulasi pendukung. Oleh karena itu, bisnis pun juga harus bertransformasi dari yang konvensional menjadi go online. Karena harus mengikuti perkembangan zaman sehingga nantinya dapat memberikan nilai tambah yang lebih signifikan terutama dalam memacu pertumbuhan ekonomi,” ungkap Siswadi.

Agar sukses menjadi wirausaha atau entrepreneur ada empat yang harus dilakukan yaitu adalah harus memiliki passion terhadap bisnis, fokus terhadap produk dan pelanggan, tidak takut gagal, serta kemampuan untuk mewujudkan suatu ide menjadi bisnis.

Digitalisasi usaha bukan hanya promosi di media sosial akan tetapi juga menciptakan rantai pasok produksi yang efektif dan efisien dengan mencari supplier secara online trgabung dalam e-commerce atau membangun website e-commerce sendiri, digital marketing untuk pemasaran produk, mengadaptasi pembayaran cashless, transfer dan dompet digital, dan gunakan meeting dan pengajaran online untuk internal.

“Untuk memulai bisnis online, terdapat beberapa langkah awal yang harus dipahami yaitu riset produk dan tentukan konsep produk, tentukan nama brand, buat business plan, persiapkan modal, cari supplier dan vendor, serta promosi dan jualan,” jelasnya.

Dosen FEM IPB, Lukytawati Anggraeni, menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang harus disiapkan dan diperlukan di era disrupsi teknologi sekarang ini. Banyak pekerjaan yang tidak bisa kita bayangkan kedepannya. Jaman dulu tidak ada akan tetapi justru di era disrupsi teknologi banyak peluang-peluang yang bisa dimanfaatkan dan penciptaan lapangan pekerjaan baru yang bisa jadi peluang.

Distrupsi teknologi merupakan bagian dari revolusi industri, di mana revolusi industri yang ditandai dengan kemunculan superkomputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, cloud computing, sistem big data, rekayasa genetika dan perkembangan neuroteknologi yang memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak.

“Adanya revolusi industri Disruptive technology hadir begitu cepat dan pesat sehingga memberi ancaman bagi industri-industri raksasa. Di era yang baru ini, ukuran perusahaan tidak perlu besar, namun perusahaan tersebut haruslah ‘lincah’ dalam memanfaatkan teknologi dan informasi,” jelasnya.

Terdapat standar keterampilan yang harus dikuasai yakni ketrampilan umum dan keterampilan khusus. Ketrampilan umum yaitu mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi dan menguasai teknik, prinsip, dan pengetahuan proseduran tentang penggunaan teknologi informasi.

Keterampilan khusus yaitu mampu secara mandiri mendesain proses bisnis dalam suatu sistem informasi akuntansi yang mendukung penyediaan informasi berbasis teknologi informasi untuk mendukung pengendalian manajemen dan pengambilan keputusan dengan pendekatan siklus pengembangan sistem (System Development Life Cycle).

“Dengan teknologi yang berkembang sangat pesat kita harus menyiapkan beberapa hal untuk masa depan diantaranya adalah menginvestasikan pada pengembangan digital skills, menerapkan prototype teknologi baru learn by doing, pendidikan berbasis international certification dan digital skills, responsif terhadap industri, bisnis dan perkembangan teknologi, serta Pembelajaran berbasis human-digital skills,” pesan Lukytawati.

(REL/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi